JANGAN OM (PART58)
Isi Postingan:
JANGAN OM PART58
…
..
.
Diranjang kamarnya, Kinan
memluk Aryo ert. Tbuh
lelaki itu terasa hangat,
napsnya teratur, meskipun
terlihat lelah setelah aktivitas
panas yang baru saja mereka
lalui. Mata Aryo terpejam,
sementara Kinan memainkan
jemrinya di dda lelaki itu.
Mas… suara Kinan
terdengar lembut, hampir
seperti bisikan.
…
Hmm, ada apa? Tdurlah
Kinan, ini sudah malam, Aryo
menjawab singkat tanpa
membuka matanya.
Aku belum ngantuk,
lanjut Kinan sambil
mengeratkan pelkannya. Aku
boleh cerita nggak, Mas?
Bicaralah, jawab Aryo
dengan nada datar.
Kinan menarik napas
panjang sebelum akhirnya
berkata, Tadi siang, di kantin
kampus, aku berantem sama
salah satu mahasiswi. Aku… aku
jambak rambutnya. Suaranya
terdengar ragu, tapi ada amarah
yang tersirat di dalamnya. Dia
bilang anak yang aku kandung
itu anak haram.
Mata Aryo langsung terbuka
mendengar pengakuan itu. la
menatap Kinan dengan tatapan
tajam. Kenapa kamu
menjambaknya, Kinan?
tanyanya, nada suaranya penuh
tekanan.
Kinan menunduk, merasa
takut pada reaksi Aryo. Maaf,
Mas. Aku terlalu emosi waktu
itu. Aku terima kalau mereka
bilang aku pelakor atau wanita
murahan, tapi aku nggak
Terimalahkalau mereka bilang
anakku anak haram. Air
matanya mulai mengalir,
membuat tubuhnya bergetar
dalam pelukan Aryo.
…
Aryo mendsah panjang,
lalu tiba-tiba memluk Kinan
lebih erat. Harusnya kamu
nggak cuma jambak rambutnya,
Kinan. Kalau aku di posisi kamu,
mungkin aku sudah menampar
atau memukulnya.
Kinan terdiam, terkejut
mendengar ucapan Aryo. Mas
Aryo nggak marah sama aku
karena berantem? tanyanya
dengan nada bingung, matanya
masih dipenuhi air mata.
Aryo tersenyum kecil, kali
ini tatapannya jauh lebih
lembut. Aku nggak marah,
Kinan. Selama kamu benar, aku
nggak akan marah. Tapi kamu
harus tetap hati-hati. Aku takut
kalau kamu kenapa-napa karena
berantem.
Mendengar itu, Kinan
merasa lega. Ia menyandarkan
kepalanya kembali ke dada Aryo,
merasa lebih tenang. Meski
hatinya masih marah dengan
apa yang terjadi siang tadi,
pelukan Aryo membuatnya
merasa lebih baik.
Di ruang tamu yang luas dan
mewah, Juan duduk di kursi
berlapis kulit, menatap tajam ke
arah wanita yang duduk di
depannya. Wanita itu, Aruna,
terlihat cantik dengan rambut
hitam panjang yang tergerai.
Namun, senyum cerah di
wajahnya membuat Juan sedikit
terganggu. Wanita itu terlalu
bahagia akhirnya bisa bertemu
dengan Juan, laki-laki yang
diam-diam disukainya selama
ini.
…
Begitu Juan tiba di rumah
tadi,n ibunya langsung meminta
dia menemui Aruna, wanita
yang katanya akan dijodohkan
dengannya. Kini, mereka duduk
berhadapan, dalam suasana
yang canggung.
Jadi, kamu yang mau
dinikahkan denganku, bocah?
Juan bertanya dingin,
tatapannya seperti menusuk.
Aruna, yang tampaknya tak
terpengaruh, malah tersenyum
lebar. Iya, Mas, jawabnya ceria
sambil mengangguk.
Juan menghela napas, lalu
bersandar ke kursinya. Berapa
umurmu sekarang? Bukankah
seharusnya kamu baru masuk
kuliah tahun ini? Kenapa mau
disuruh menikah denganku?
Nada bicaranya lebih terdengar
seperti interogasi dibanding
pertanyaan biasa.
Aruna tidak langsung
menjawab. Ia tampak berpikir
sejenak, kemudian berkata
dengan nada santai, Runa
sekarang sudah 20 tahun, Mas.
Tapi iya, baru mulai kuliah
tahun ini. Tahun lalu sempat
cuti karena sakit.
Juan mengangkat alis,
sedikit tertarik. Di mana kamu
kuliah sekarang?
Aruna menyebutkan nama
kampus yang familiar. Juan
langsung mengenalinya
kampus milik Aryo, sepupunya.
la mengangguk pelan, tanpa
berkata apa-apa.
Jadi, Juan melanjutkan,
nada suaranya masih dingin,
apa alasanmu setuju dijodohkan
denganku?
…
Aruna terdiam sejenak.
Wajahnya menunjukkan bahwa
ia sedang berpikir keras. Tapi
beberapa detik kemudian, ia
tersenyum lagi dan menjawab
dengan polos, Karena Mas Juan
ganteng dan hot. Mirip aktor
Hollywood.
Jawaban itu membuat Juan
tertegun sejenak. Ia
memandang Aruna dengan
tatapan tak percaya. Ganteng
dan hot? ulangnya, seolah
memastikan ia tidak salah
dengar.
Aruna mnengangguk,
ekspresi wajahnya tetap polos.
Iya. Mas Juan itu kayak aktor
film-film Hollywood. Tinggi,
putih, dan ganteng. Makanya
Aruna suka.
Juan menghela napas,
memijat pelipisnya. la tahu
dirinya tampan–ibunya sering
memujinya sejak kecil. Ayahnya
yang berdarah Amerika dan
ibunya yang orang Jawa
memberi wajah tampan yang
banyak dikagumi orang. Namun,
mendengar pujian blak-blakan
seperti itu dari calon istri yang
bahkan tak menunjukkan rasa
malu sedikit pun benar-benar
membuatnya bingung.
Runa, ujar Juan akhirnya,
suaranya terdengar lebih pelan,
itu alasan terbodoh yang pernah
aku dengar untuk menikah.
Tapi itu jujur, Mas, balas
Aruna ringan. Ia masih
tersenyum, tak terpengaruh
oleh komentar Juan yang tajam.
Juan hanya bisa menghela
napas panjang. la tahu
hubungan ini mungkin tak akan
mudah, tapi ia tak bisa
mengabaikan bahwa ada sesuatu
tentang Arunaentah
senyumnya, polosnya, atau
keberaniannya yang
membuatnya menarik dari dulu.
Juan menghela napas
panjang sambil menatap Aruna
yang masih tersenyum di
depannya. Oke… kita nggak
usah bahas soal perjodohan
dulu, ya. Aku nggak mau
buru-buru nikah, dan kamu juga
masih sangat muda sekali. Kita
jalani pendekatan dulu, Nada
suaranya sedikit lebih lembut
dibanding sebelumnya.
Aruna mengangguk cepat,
tapi matanya tetap berbinar,
menatap Juan penuh antusias.
Ok, Mas, jawabnya.
Oh, ya, Juan melanjutkan,
kini menatap Aruna dengan
lebih serius. Kamu bilang kamu
kuliah di universitas X. Kamu
kenal Kinan?
Ekspresi Aruna berubah, ia
mengangguk lalu menggeleng
cepat. Hal itu membuat Juan
bingung. Apa mnaksudmu?
tanyanya.
…
Aku tahu Kinan, Mas. Tapi
aku nggak kenal dia secara
pribadi, jawab Aruna. Kami
satu angkatan, bahkan satu
kelas. Tapi Kinan itu orangnya
tertutup. Jadi aku nggak dekat
dengannya.
Juan mengangguk perlahan,
mencerna penjelasan Aruna.
Namun, sebelum ia sempat
berbicara lagi, Aruna
melanjutkan, Tapi beberapa
hari belakangan, nama Kinan
bikin gempar di seluruh kampus.
Ternyata dia itu istri muda dari
Pak Aryo, dosen yang terkenal
killer dikampus! Ya, walaupun
gantengnya mirip Mas Juan,
tapi dia itu galak kayak monster
99
Juan terdiam sejenak, lalu
tertawa mendengar deskripsi
Aruna. Monster galak itu
adalah sepupuku, Runa. Jadi
kalau kita jadi menikah, dia juga
bakal jadi sepupumu.
99
Aruna terkejut, matanya
membesar. Sepupu? Jadi pak
Aryo sepupu mas Juan? Kok
Runa nggak pernah lihat Pak
Aryo main ke sini dari dulu?
tanya Aruna, penasaran. Tapi
ya, kalau diperhatikan sih
emang agak mirip, Mas Juan
sama Pak Aryo.
…
Juan tersenyum kecil. Mas
Aryo ikut keluarga dari
bapaknya. Ibunya Mas Aryo,
yaitu tanteku, meninggal waktu
dia masih bayi. Om Bambang,
ayahnya Mas Aryo, udah
menikah lagi. Jadi, Mas Aryo
jarang banget datang ke sini.
Oh, pantes, gumam
Aruna, sambil mengangguk
kecil.
Juan mencondongkan
tubuhnya sedikit ke depan,
tatapannya kini lebih serius.
Aku bisa minta bantuan kamu,
Runa? Apa kamu bisa dipercaya
?
Aruna langsung
mengangguk. Bantuan apa,
Mas? tanyanya penasaran.
Bantu aku ngavwasin Kinan
di kampus, jawab Juan dengan
nada penuh keyakinan.
Sepertinya dia sedang diincar
oleh seseorang. Kamu kan jago
karate, tapi aku mau kamu
jangan terlalu mencolok. Aku
sedang menyelidiki gosip yang
menyebar di kampus dan
mencari pelakunya.
Aruna menatap Juan,
matanya berbinar karena
merasa dipercaya. Ia langsung
mengangguk. Baiklah, Runa
bakal bantu Mas Juan.
Tapi… Aruna tersenyum
nakal. Runa mau bantu kalau
Mas Juan setuju dengan
perjodohan ini.
Juan mendengus pelan,
jelas ia tidak terkejut dengan
permintaan itu. la
menyandarkan punggung ke
kursi sambil berkata dengan
nada menyindir, Emang aku
bisa nolak kemauan Kanjeng
Ratu Diah Ayu Rahmawati?
Dari ujung matanya, Juan
melirik ke arah pintu. Ila tahu
betul ibunya sedang menguping
pembicaraan mereka dari balik
tembok.
….
Pagi itu, saat Aryo tiba di
kampus, ponselnya bergetar.
Sebuah pesan masuk dari Juan.
Aryo segera menekan tombol
panggil, menghubungi
sepupunya. Suara Juan
terdengar santai, tapi tetap
serius di seberang sana.
Halo, Juan. Bagaimana?
Apa kamu sudah mendapatkan
petunjuk siapa penyebar gosip
itu? tanya Aryo langsung ke
inti pembicaraan.
Sudah, Mas, jawab Juan.
Sepertinya pelaku penyebar
gosip itu adalah salah satu
mahasiswa di kampusmu. Aku
menemukan bahwa dia
mengirim dan menyebarkan
berita itu melalui komputer di
kampus. Artinya, dia punya
akses langsung ke fasilitas di
sana.
Aryo mengernyit. Lalu,
apa kamu sudah tahu siapa
orangnya?
Sudah, jawab Juan lagi.
Aku sudah melacak email
pengirim yang menyebarkan
gosip itu. Tapi menurutku, ini
bukan saatnya langsung
menangkapnya. Aku yakin
kalau dia tidak bekerja
sendirian. Orang ini terlihat
pintar dan cukup berpengaruh
di kampus, jadi aku ragu apa
motif orang ini menyebarkan
gosip tersebut. Tidak mungkin
seorang ketua BEM, nekat
menyebarkan gosip murahan
hanya punya masalah pribadi
denganmu atau istri mudamu,
Kinan,
…
Aryo terdiam sejenak,
mempertimbangkan kata-kata
Juan.Jadi ini ulah ketua BEM?
Bagaimana kamu yakin kalau
dia bekerjasama dengan orang
lain?
Melihat cara dia
menyebarkan gosip ini, rasanya
terlalu terorganisir untuk hanya
sekadar serangan emosional.
Aku menduga ada rencana lebih
besar di balik ini, mungkin
sesuatu yang melibatkan
kehancuran nama baikmu dan
Kinan sebagai awal dari skema
yang lebih besar. Dan dia juga
dibantu seorang ahli IT untuk
menutupi identitasnya,
menurutku ini terlalu janggal
kalau seorang mahasiswa
menyewa ahli IT untuk
melindungi aksi kejahatannya.
Kenapa dia tidak langsung
menyuruh alhi IT itu yang
membobol sistem dikampusmu
dan menyebarkan gosip itu.
Kenapa harus dia sendiri yang
melakukannya, pasti dia juga
korban kambing hitam dari
dalang dibalik rencana ini.
Aryo mengangguk kecil,
meskipun Juan tak bisa
melihatnya. Sejak awal aku
juga mencurigaihal yang sama.
Gosip ini mulai beredar setelah
aku berniat menceraikan Siska.
Aku sempat menduga dia
terlibat, tapi aku belum punya
bukti.
Kalau begitu, aku bisa
membantu mencari bukti dan
mengungkap siapa pelaku
sebenarnya, kata Juan. Tapi,
saranku lebih baik sekarang mas
Aryo ikuti permainan mereka.
Aku yakin, mereka punya
rencana lebih besar di balik
gosip ini. Ini bukan sekadar
upaya untuk merusak nama
baikmu,
…
Aryo menghela napas
panjang. Kekhawatiran tentang
Kinan menghantui pikirannya.
Aku mengerti, tapi bagaimana
dengan Kinan? Bukankah ini
akan semakin
membahayakannya kalau aku
membiarkan mereka
melanjutkan rencana mereka?
Kinan juga sekarang sedang
hamil.
Juan tertawa kecil,
mencoba menenangkan Aryo.
Tenang, Mas. Aku sudah
menyuruh wanita yang akan
dijodohkan denganku, untuk
mengawasi Kinan di kampus.
Dia juga mahasiswi di sana, dan
kebetulan dia ahli bela diri. Aku
yakin dia bisa menjaga Kinan
dengan baik tanpa menarik
perhatian.
Aryo menghela napas lagi,
kali ini sedikit lebih lega.
66
Baiklah, kalau begitu. Untuk
sementara, kita ikuti permainan
mereka. Aku juga penasaran
sampai sejauh mana mereka
akan bertindak dan apa tujuan
sebenarnya di balik semua ini.
Aku juga akan menempatkan
pengawal disisi Kinan dikampus
mulai sekarang.
Juan tersenyum puas. Itu
langkah yang tepat, Mas.
Jangan khawatir, aku akan tetap
memantau dari sisi luar, dan
Runa akan memnastikan Kinan
aman,
Percakapan pun berakhir,
tapi pikiran Aryo nmasih berat. la
tahu gosip ini bukanlah akhir
dari segalanya, melainkan
permulaan dari sebuah
konspirasi yang lebih besar.
Namun, ia tidak akan tinggal
diam. Jika musuhnya ingin
bermain, Aryo akan
memastikan ia yang akan
memenangkan permainan ini.
Di ruang kelas yang
dipenuhi dengan suara
bisik-bisik dan tatapan tajam,
Kinan berjalan masuk dengan
langkah tenang. Ia tahu, gosip
yang beredar masih menjadi
bahan pembicaraan, tapi ia
memilih untuk tetap tenang dan
tidak peduli. Dengan kepala
tegak, ia langsung menuju
tempat duduknya yang biasa.
Tiba-tiba, seorang gadis
ceria dengan senyyuman lebar
menghampirinya. Hai,
sapanya dengan nada ramah. Itu
adalah Runa, salah satu
mahasiswi di kelas yang selama
ini tidak terlalu akrab
dengannya.
….
Kinan tersenyum kecil.
Hai, jawabnya singkat.
Aku boleh duduk di sini?
tanya Runa sambil menunjuk
kursi kosong di sebelah Kinan.
Silakan, jawab Kinan,
tetap dengan nada ramah.
Runa langsung duduk di
kursi tersebut dan mengulurkan
tangannya. Kenalin, aku Runa
, katanya penuh semangat.
Kinan menjabat tangan
Runa. Aku Kinan, balasnya
singkat.
Kita udah beberapa bulan
satu kelas, tapi kita nggak saling
kenal ya? tanya Runa sambil
tersenyum kecil. Ada sedikit
tawa dalam nada suaranya.
Kinan mengangguk pelan.
Iya, mungkin karena kita jarang
ngobrol, jawabnya.
Runa terkekeh. Sepertinya
begitu, baiklah mulai sekarang
kita harus sering ngobrol biar
akrab? Aku mau jadi temanmu,
ucapnya penuh keyakinan.
Kinan terdiam sejenak.
Tatapannya tertuju pada wajah
Runa yang tampak tulus dan
ceria. Akhirnya, ia mengangguk.
Oke, katanya singkat.
Ada sesuatu dari Runa yang
membuat Kinan merasa
nyaman. Selama beberapa hari
terakhir, saat gosip buruk
tentangnya beredar, Kinan
menyadari bahwa Runa tidak
pernah terlihat ikut bergosip
atau membicarakannya. Gadis
itu selalu terlihat ceria dan
ramah, sementara Kinan sendiri
terlalu tertutup selama ini,
sehingga mereka tidak pernah
benar-benar mengenal satu
sama lain.
….
Saat jam kuliah usai, Kinan
membereskan
barang-barangnya dan bersiap
menuju kantin seperti biasa.
Namun, sebelum ia melangkah,
Runa kembali bertanya, Kamu
mau ke mana?
Aku mau ke kantin.
Biasanya aku ketemu
teman-temanku di sana, jawab
Kinan.
Oh, boleh aku ikut?
Kebetulan aku juga lapar, kata
Runa dengan nada ceria.
Kinan mengangguk. Boleh,
kalau kamu mau. Kita bisa ke
sana bareng.
99
Runa tersenyum lebar.
Terima kasih, Kinan, ucapnya
tulus.
Mereka berdua berjalan
keluar kelas, menuju kantin.
Sepanjang perjalanan, mereka
berbincang ringan, kadang
tertawa kecil mendengar
lelucon sederhana. Meski baru
saja memulai percakapan, Kinan
mulai merasa bahwa mungkin
kehadiran Runa bisa membuat
harinya yang penuh tekanan
menjadi sedikit lebih ringan.
Tanpa mereka sadari, dari tadi
ada seseorang yang mengawasi
gerak gerik mereka disudut
ruangan.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts