Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

JANGAN OM (PART8)

Posted on June 4, 2025 By admin

JANGAN OM (PART8)

Isi Postingan:

JANGAN OM PART8

…Ceritadewasa…

.

.

.

Saat kesadarannya mulai

pulih, Kinan membuka mata

dan mendapati dirinya berada di

sebuah kamar yang asing.

Jantungnya berdegup lebih

cepat saat dia mencoba

mengingat apa yang terjadi.

Samar-samar dia terbayang

sedang berada di warung tante

Erni, sedang sibuk menyusun

barang dagangan. Namun,

momen itu dengan cepat

berubah seseorang tiba-tiba

menariknya dari belakang,

memaksanya masuk ke dalam

mobil, dan semuanya menjadi

gelap.

….

Kinan menatap sekeliling.

Ini bukan kamar apartemen

milik Aryo, dan bukan pula

kamar kos Sally atau Fuji.

Dindingnya dihiasi dengan cat

krem dan aroma khas lavender

menguar di seluruh penjuru

ruangan. Perasaan takut

bercampur bingung

menguasainya, mengerucut

pada satu pertanyaan siapa

yang menculiknya? Apakah ini

perbuatan anak buah Madam

Sonia, atau malah anak buah

Aryo?

Pikirannya terhenti ketika

pintu kamar itu terbuka. Sosok

yang masuk membuat dadanya

berdenyut semakin keras. Aryo

muncul dengan senyum sinis di

bibirnya, tatapannya tajam dan

dingin, berbeda jauh dari sikap

ramah yang biasanya dia

tunjukkan.

….

Kau sudah bangun?

tanyanya, nadanya tidak

selembut yang biasa Kinan

dengar.

Kinan merasakan hawa

dingin menjalari punggungnya.

Om Aryo…. kenapa aku ada di

sini? tanyanya, berusaha

menenangkan suara

gemetarnya.

Arya mengangkat satu alis,

mengabaikan pertanyaannya

seolah itu tidak penting. Dia

lebih tertarik pada panggilan

Kinan padanya Om? tanya

tanya Aryo keheranan. Kau

berani memanggil suamimu

dengan sebutan Om? Kau belum

lupa kan Kinan kalau kau sudah

sah menjadi istriku!! Ucap Aryo

menegaskan.

Cuiihh…aku tidak sudi jadi

istrimu Om, kau sudah tua!!!

Kau berharap Aku

memanggilmu Mas??? Jangan

mimpi, Kau itu sudah tua

cocoknya aku panggil Om.

Ucap Kinan memandang Aryo

dengan sinis. Ha..ha..ha.. aku

tidak peduli apa yang kau

katakan Kinan. Yang jelas kau

adalah istriku, dan kau adalah

tawananku sekarang. Jadi

jangan pernah berharap untuk

kabur lagi dariku, atau kau akan

menerima akibatnya.

Aryo pun menatap Kinan

dengan Tatapan yang tajam.

Kemudian dia melanjutkan

perkataannya, Tenang saja, kau

akan aman di sini… selama kau

menurut, jawabnya sambil

berjalan mendekat.

…

Kinan menelan ludah,

menyadari situasinya menjadi

lebih buruk daripada yang dia

bayangkan.

Aryo melangkah mendekat,

matanya yang gelap berkilat

penuh amarah. Kinan bisa

merasakan hawa ancaman yang

menguar dari tubuhnya,

membuat perasaannya semakin

waspada.

Aku sudah berusaha

berbuat baik padamu, Aryo

berkata, nadanya dingin. Tapi

kau malah mencoba kabur. Jadi

jangan salahkan aku kalau

sekarang aku harus berbuat

kasar… dan memaksamu.

Kinan merasakan panas

marah membakar dadanya. Dia

menatap Aryo tajam, tidak

terima diperlakukan seperti ini.

Dengan gerakan cepat, dia

mencoba memberontak,

tangannya terkepal saat dia

mengayunkannya ke arah Aryo.

Namun, Aryo sudah siap. Dia

menangkap pergelangan tangan

Kinan dengan cekatan, senyum

sinisnya semakin lebar.

Jangan membuang

tenagamu sia-sia, bisiknya

dengan nada mengejek.

Namun Kinan terus

memberontak dan memaki

Aryo,

Lepaskan aku brengsek!!

Aku mau pergi, aku tidak mau di

sini denganmu.

….

Dengan gerakan yang cepat,

Aryo menarik dasi yang

tergantung di lehernya dan

mengikat tangan Kinan dengan

kuat. Kinan berusaha

melepaskan diri, namun ikatan

itu terlalu kuat, membatasi

gerakannya. Napasnya

memburu, matanya menatap

Aryo dengan penuh emosi yang

bercampur antara kemarahan

dan ketidakberdayaan. Aryo

kemudian mengambil rantai

borgol dari laci meja dan

memborgol kedua tangan Kinan

pada besi ranjang yang berada di

belakangnya.

…

Aku tidak akan menyerah

begitu saja, Aryo, desis Kinan

dengan nada tajam, meskipun

suaranya sedikit bergetar.

Aryo hanya tersenyum tipis,

seolah-olah itu semua hanyalah

permainan baginya. Dengan

satu gerakan tegas, Aryo

mendorong Kinan, membuat

tbuhnya terdorong ke kasur.

Kinan meringis, namun

kemarahannya lebih kuat

daripada rasa sakit yang ia

rasakan. Sebelum dia sempat

mengumpulkan tenaga untuk

melawan, Aryo sudah mendekat

lagi dan dengan cepat merih

baju Kinan, mencoba

menriknya dengan kuat.

Kinan menjerit, berusaha

mernta, tapi tngannya terkat

dan kedua kkinya dijpit oleh

Aryo. Dengan penuh kebencian,

dia berteriak sambil

mengeluarkan sumpah serapah

pada Aryo, matanya

menatapnya dengan kemarahan

yang membara. Kau akan

menyesali ini, Aryo! Kau tidak

akan pernah mematahkan

kehormatanku, tidak peduli apa

pun yang kau lakukan!

teriaknya dengan tegas,

meskipun suaranya bergetar.

Namun, Aryo hanya

tertawa dingin, seolah

menikmati penderitaan Kinan.

Dia tidak terpengaruh oleh kata-

kata Kinan. Aryo menatap

Kinan dengan tatapan tajam

yang penuh peringatan, lalu

mendekatkan wajahnya. Lebih

baik kau diam dan menurut

kalau tidak ingin hidupmu

makin sengsara, ancamnya,

suaranya rendah tapi penuh

ancaman.

…

Namun, Kinan tidak gentar.

Kemarahan yang selama ini ia

pendam terhadap Aryo kini

memuncak. Dia menatap Aryo

dengan penuh kebencian, lalu

dengan segenap keberanian, dia

meludhi wajahnya. Tangan

dan kakinya memang tidak bisa

digerakkan, tetapi semangatnya

masih membara. Aku tidak

sudi menjadi budakmu, Tuan

Aryo yang terhormat! ucapnya

dengan nada sinis, matanya

menyala penuh perlawanan.

Aryo terdiam sejenak,

terkejut oleh tindakan berani

Kinan. Dia mengusap wajahnya

dengan kasar. Wajahnya

mengeras, dan senyumnya yang

dingin memudar. Baiklah,

kalau itu yang kau pilih,

gumamnya sambil menyeka

ludah dari wajahnya, nada

suaranya kini penuh

kemarahan. Kau akan

menyesal telah menantangku,

Kinan.

…

Aryo mendekati Kinan

dengan gerak yang tegas,

membuka selruh kain yang

menutupi bdan Kinan

menyisakan dalmannya saja.

Sementara Kinan yang terikat

hanya bisa menatap dengan

mata berkaca-kaca, penuh

ketakutan. Air mata perlahan

mengalir di pipinya,

mencerminkan rasa takut dan

ketidakberdayaan yang

mendalam. Dalam hening, suara

lirihnya terdengar memohon,

berharap Aryo akan

menghentikan segala

tindakannya.

…

Namun, tiba-tiba Aryo

berhenti. Matanya menangkap

sesuatu yang membuatnya

tampak ragu, Kinan sedang

datang bulan. Setelah

menyadari situasi yang tidak

memungkinkan, dia

melepaskan pegangannya

dengan wajah masam, menahan

kekesalan yang tampak jelas.

Tanpa sepatah kata, Aryo

berdiri dan berjalan ke arah

pintu, membantingnya dengan

keras saat dia meninggalkan

kamar, meninggalkan Kinan

dalam keadaan ketakutan dan

terpuruk.

Kinan masih terisak di

kamarnya, hatinya remuk dan

tubuhnya terasa lelah. Dia

meratapi nasibnya yang lagi-lagi

harus terjebak dalam kendali

Aryo, tak berdaya melawan

permainan keji yang seolah tak

ada habisnya. Perasaan marah

dan putus asa bercampur

menjadi satu, membuat air

matanya tak henti mengalir.

Sementara itu, di luar

kamar, Aryo berdiri dengan

wajah dingin, lalu memanggil

Mbok Sumi-pembantunya

yang sudah lama bekerja di

rumah itu. Begitu Mbok Sumi

datang, Aryo menatapnya

dengan tatapan penuh perintah.

….

Aku akan pergi mbok, ucap

Aryo datar. Tolong urus Kinan.

Beri dia makan, tapi kalau dia

menolak atau berontak, biarkan

saja. Jangan diberi makan, biar

dia belajar sedikit menghargai

sesuatu.

Mbok Sumi tampak ragu,

tatapannya menyiratkan

simpati yang diam-diam ia

rasakan untuk Kinan. Namun,

ia hanya bisa mengangguk

patuh pada perintah

majikannya, meskipun batinnya

bergolak. Setelah Aryo pergi,

Mbok Sumi menatap pintu

kamar Kinan dengan perasaan

tidak tega, bingung harus

berbuat apa di tengah situasi

yang rumit ini.

Mbok Sumi membuka pintu

kamar dengan hati-hati, dan

pemandangan di depannya

membuat hatinya terasa hancur.

Di sana, Kinan terbaring

dengan pakaian yang

berantakan tbuhnya gemetar

karena menangis. Tangan dan

kakinya trikat, menunjukkan

betapa buruknya perlakuan

yang baru saja ia alami.

Dengan perasaan penuh iba,

Mbok Sumi mendekati Kinan

dan duduk disamping Kinan.

Tanpa berkata apa-apa, ia

mulai melepaskan ikatan di

pergelangan tangan dan kaki

Kinan dengan lembut, berusaha

agar

tidak menambah rasa sakit

yang mungkin masih terasa.

Begitu ikatan itu terlepas, Kinan

langsung merosot, terisak di

pelukan Mbok Sumi.

…

Mbok… tolong aku…,

Kinan berbisik lemah, air mata

masih mengalir deras di pipinya.

Mbok Sumi memeluk Kinan

erat, tangannya mengusap-usap

punggungnya dengan lembut.

Dia pun ikut menangis, tergerak

oleh penderitaan yang dialami

gadis muda itu. Sabar, Nak…

Mbok ada di sini. Kamu tidak

sendirian, ucapnya dengan

suara bergetar, berusaha

menenangkan Kinan. Di dalam

hatinya, Mbok Sumi hanya bisa

berharap ada jalan keluar dari

penderitaan ini, baik untuk

Kinan maupun untuk dirinya

yang juga terjebak dalam situasi

yang sulit.

Mbok Sumi dengan penuh

kesabaran membantu Kinan

merapikan kembali pakaiannya,

menutupi tubuhnya yang masih

bergetar akibat rasa takut dan

trauma yang baru saja dialami.

Setelah memastikan Kinan lebih

tenang, Mbok Sumi beranjak

keluar dan kembali dengan

membawa sepiring makanan

untuk kinan. Dia menaruhnya

di meja samping tempat tdur,

lalu duduk di sebelah Kinan.

….

Ayo, Nak, makanlah

sedikit. Kau butuh tenaga,

bujuk Mbok Sumi dengan

lembut, matanya menyiratkan

kekhawatiran yang mendalam.

Namun, Kinan menggeleng

pelan, masih terbayang rasa

sakit dan ketidakadilan yang ia

rasakan. Aku tidak mau mbok,

aku nggak mau makan. Biarin

aku mti mbok, percuma aku

hidup, kalau hanya dijadikan

budak nafsu oleh tua bangka itu

ucapnya lemah.

Mbok Sumi menggenggam

tangan Kinan dengan lembut.

Nak, dengar Mbok baik-baik,

katanya pelan namun tegas.

Kalau kau ingin keluar dari sini,

kau harus kuat. Kau perlu

tenaga untuk memikirkan cara

untuk kabur. Disini terdapat

banyak penjaga, kamu harus

mencari celah agar bisa kabur

dari sini Nduk. Mbok akan

membantumu sebisanya. Mbok

Sumi mencoba menenangkan

Kinan. Walaupun dia sendiri

ragu, kalau Kinan bisa keluar

dari sini dengan mudah.

Kinan menatap Mbok Sumi

dengan mata yang mulai

bersinar sedikit, menemukan

secercah harapan dalam

kata-kata tulus itu. Dengan

napas yang berat, dia akhirnya

mengangguk dan mulai

mengambil suapan demi suapan

makanan yang diberikan Mbok

Sumi. Meski masih tersisa

ketakutan dan kesedihan di

hatinya, ada sedikit keberanian

yang perlahan muncul kembali,

berkat dukungan Mbok Sumi.

….

Setelah Kinan selesai

makan, Mbok Sumi menatapnya

dengan sorot mata penuh

perhatian, seolah ada hal

penting yang ingin disampaikan.

Dengan suara rendah dan

hati-hati, Mbok Sumi mulai

berbicara, Nak, Mbok tahu

betul bagaimana watak Tuan

Aryo itu. Dia keras, dan dia tidak

segan menyakiti siapa pun yang

berani melawannya atau tidak

menurut padanya. Kalau kau

menuruti keinginannya,

mungkin dia akan lebih lunak

dan mau menuruti

permintaanmu. Tapi… Mbok

tahu, Nak, kau tidak mau

hidupmu diatur olehnya,

apalagi kalau sampai harus

dipaksa mengandung anaknya.

Tapi untuk kebaikanmu, tolong

jangan terlalu membantah

padanya kinan. Mbok tidak mau

terjadi apa-apa padamu, kamu

sudah Mbok anggap, sebagai

cucu Mbok sendiri.

….

Kinan menunduk,

rahangnya mengeras, hatinya

terisi keteguhan untuk tidak

menyerah pada keinginan Aryo.

Walau ucapan Mbok Sumi

memang benar adanya, tapi ia

tetap tidak ingin terjebak dalam

permainan Aryo, meskipun

risiko yang harus dihadapinya

besar. Mbok Sumi menghela

napas, lalu melanjutkan, Mbok

hanya ingin kau berhati-hati,

Nak. Jangan melawannya

terlalu keras. Kalau kau tidak

hati-hati, dia bisa menjadi lebih

kejam, dan Mbok takut kau akan

semakin menderita.

Kinan mengangguk pelan,

meski hatinya bergolak. Pesan

Mbok Sumi jelas terasa, dan ia

tahu bahwa meskipun ia tak

ingin tunduk pada Aryo, ia perlu

cerdas dan berhati-hati dalam

menghadapi pria itu. Ia tidak

akan membiarkan Aryo

mengendalikan hidupnya,

namun kini ia tahu bahwa

langkahnya harus penuh

perhitungan.

NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: JANGAN OM (PART9)
Next Post: JANGAN OM (PART7)

Related Posts

ADIK IPAR PELIPUR LARA (PART23) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART29) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART70) Kisah Menarik
Perkenalkan namaku Rio , aku seorang mahasiswa baru Kisah Menarik
TETANGGA IDAMAN (PART28) Kisah Menarik
Hari Raya Idul Fitri takkan sama lagi setelah Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme