Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

Malam Pertama di Kos-Kosan

Posted on June 5, 2025 By admin

Malam Pertama di Kos-Kosan

Isi Postingan:

Malam Pertama di Kos-Kosan

Alya baru seminggu tinggal di Jakarta. Kota yang katanya penuh harapan, tapi juga penuh kejutan. Ia berasal dari Semarang, seorang gadis sederhana yang baru saja mendapat pekerjaan sebagai admin di sebuah kantor ekspor-impor. Setelah menimbang biaya dan lokasi, ia memilih tinggal di sebuah rumah kos sederhana di Tebet. Tidak terlalu besar, tapi nyaman.

Kamar Alya sempit, hanya muat kasur, meja kecil, dan lemari plastik. Tapi yang membuatnya lebih penasaran adalah penghuni kamar sebelahseorang cowok bernama Rio. Tinggi, berkacamata, dan punya senyum yang tidak bisa dilupakan. Alya belum pernah berbicara panjang dengan Rio, hanya sekadar halo saat bertemu di lorong. Tapi entah mengapa, tiap tatapan Rio membuat jantungnya berdebar aneh.

Malam itu Jakarta diguyur hujan sejak sore. Petir saling bersahutan. Alya baru saja mandi, mengenakan celana pendek santai dan kaus longgar. Rambutnya masih basah. Dia duduk di kasur sambil scroll ponsel, ketika listrik padam.

Gubrak!

Sebuah petir menyambar begitu keras, membuat jendela bergetar. Alya terlonjak kaget. Ia takut. Bukan hanya pada gelap, tapi pada perasaan ditinggal sendirian dalam suasana mencekam.

Ia memberanikan diri membuka pintu, lalu berdiri di lorong. Kosan sunyi. Hanya suara hujan dan gelegar petir yang menemani. Beberapa detik kemudian, pintu kamar sebelah terbuka pelan. Dari balik cahaya ponsel, tampak wajah Rio.

Kamu nggak apa-apa? tanyanya.

Alya mengangguk cepat. Aku takut gelap katanya malu-malu.

Rio tersenyum. Sini deh, ke kamar aku aja dulu. Sambil nunggu listrik nyala.

Alya sempat ragu, tapi hawa dingin dan suasana mencekam membuatnya melangkah masuk ke kamar Rio. Di dalam, lebih hangat. Rio menyalakan lampu darurat kecil di pojokan. Kamarnya lebih rapi dari yang Alya bayangkan. Ada aroma parfum yang lembut.

Rio menunjuk kasurnya. Duduk sini aja, santai.

Alya duduk dengan hati deg-degan. Kausnya agak lembab, dan kulitnya masih terasa dingin. Rio duduk di sampingnya, agak dekat. Tapi tak ada kata-kata. Hanya suara hujan deras di luar.

Petir kembali menyambar. Spontan, Alya memeluk lengan Rio. Maaf, ucapnya cepat.

Gak apa-apa, kata Rio lembut. Ia bahkan mengusap pelan punggung Alya yang sedikit menggigil.

Aku nggak biasa sendirian, gumam Alya.

Tenang. Sekarang kamu nggak sendiri.

Hening. Tapi penuh makna.

Rio menatapnya. Tatapan itu lama, dalam, dan tidak biasa. Alya merasa ada sesuatu yang hangat menjalar dari dada hingga perutnya. Lalu bibir mereka perlahan saling mendekat. Ciuman pertama itu lembut, ragu, tapi penuh keinginan.

Tak butuh waktu lama, mereka sudah saling menjelajahi. Nafas keduanya mulai berat. Rio mencium leher Alya, membuat gadis itu mendesah pelan. Tubuh mereka saling melekat, seperti dua magnet yang akhirnya menyatu.

Boleh aku…? tanya Rio pelan.

Alya menatap matanya dan mengangguk.

Rio menarik kaus Alya dengan hati-hati. Jemarinya menyentuh kulitnya yang masih dingin. Alya menggigil, tapi bukan karena cuaca. Rio menyusuri lehernya dengan bibir, tangannya menjelajahi pinggang dan punggung. Keduanya melepas satu per satu pakaian, perlahan, seperti tak ingin melewatkan momen apapun.

Tidak ada desahan berlebihan, tidak ada kata-kata vulgar. Tapi setiap sentuhan membawa rasa yang lebih dalam dari sekadar hasrat. Alya merasa dirinya benar-benar diinginkan, dihargai. Pelukan Rio erat, gerakannya lembut tapi tetap penuh gairah.

Mereka menyatu. Tubuh mereka bergerak seirama, seperti tarian dalam gelap. Alya menutup mata, menikmati setiap sentuhan, setiap kecupan, dan setiap bisikan kecil di telinganya. Rasanya seperti berada di dunia lain.

Malam itu, Alya tidak hanya merasakan kenikmatan fisik, tapi juga rasa diterimaditemani.

Setelah semuanya reda, mereka berbaring dalam diam. Rio meraih selimut dan menutup tubuh mereka. Lalu ia memeluk Alya dari belakang.

Terima kasih bisik Rio.

Untuk apa?

Untuk percaya.

Alya tersenyum dalam gelap. Ia merasa hangat. Aman. Dan untuk pertama kalinya sejak pindah ke Jakarta, ia merasa… tidak sendiri.


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
Next Post: Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan

Related Posts

Tetangga menggoda (part11) Kisah Menarik
Tetangga menggoda (part7) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART71) Kisah Menarik
TERDIAM DALAM TAKDIR (PART12) Kisah Menarik
Tetangga idaman (PART32) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART68) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme