Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
Isi Postingan:
Judul Rahasia di Balik Ruang Meeting
Dalam kantor yang terlihat tenang, ada sesuatu yang diam-diam terbakar.
Luna sudah bekerja sebagai sekretaris pribadi Pak Rayhan selama hampir setahun. Pria itu dikenal sebagai sosok yang dingin, profesional, dan jarang tersenyum. Tapi di balik jas mahal dan kata-kata singkatnya, ada sesuatu yang membuat Luna penasaran. Ada tatapan yang kadang membuat lehernya merinding. Ada jarak yang terasa dekat, tapi tak pernah terjamah.
Sampai suatu hari, sebuah kejadian kecil mengubah semuanya.
Ruang meeting hari itu kosong, hanya mereka berdua. Luna sedang mempersiapkan proyektor untuk presentasi. Tapi kabelnya tersangkut. Ia membungkuk sedikit untuk menjangkau stop kontak, lalu tanpa sadar roknya sedikit tersingkap.
Dari sudut ruangan, Pak Rayhan memperhatikan. Tatapannya tidak seperti biasanya. Ada jeda. Ada keheningan panjang yang membuat jantung Luna berdegup lebih cepat.
Kamu sering lupa menutup pintu ruang meeting ya? tanyanya dengan nada ringan.
Maaf, Pak saya kira nggak ada siapa-siapa.
Tapi saya ada, Luna.
Luna berdiri tegak, membalikkan badan. Pandangan mereka bertemu. Dalam satu detik itu, tidak ada suara lain. Hanya ketegangan yang menggantung.
Pak Rayhan melangkah perlahan, mendekat, lalu berdiri di belakang Luna. Tidak menyentuh. Tapi napasnya bisa terasa di pundaknya.
Kamu tahu, saya suka dengan cara kamu kerja. Rapi, cepat… dan penuh kejutan.
Luna hanya bisa tersenyum kecil. Terima kasih, Pak.
Tangannya menyentuh bahu Luna, lembut tapi pasti. Luna memejamkan mata. Ada arus listrik yang mengalir. Jantungnya seperti ingin melompat keluar dari dadanya.
Tapi ciuman itu tak pernah terjadi.
Pak Rayhan hanya menunduk, membisikkan di telinga Luna, Kadang, profesionalisme itu… terlalu membosankan.
Hari-Hari Setelah Itu
Sejak kejadian itu, hubungan mereka berubah. Tak ada yang vulgar. Tapi semuanya terasa lebih panas dari sebelumnya. Tatapan di meja kerja, sapaan di lift, dan catatan kecil di atas meja Luna setiap pagi
Kopi pahit, seperti kemarin. – R
Di balik senyum Pak Rayhan, Luna bisa merasakan pria itu menyimpan banyak rahasia. Dan salah satunya adalah dirinya.
Malam Itu di Pantry
Jumat sore, kantor hampir kosong. Semua tim keluar untuk event, hanya Luna dan Pak Rayhan yang tertinggal.
Pesan masuk di HP-nya
Rayhan Jangan pulang dulu. Ke pantry lantai 5. Sekarang.
Dengan degup jantung tak karuan, Luna melangkah ke pantry. Ruangan itu sepi. Lampu kuning temaram. Jendela besar menampilkan langit senja kota.
Tak lama kemudian, pintu terbuka. Pak Rayhan masuk dengan dua gelas kopi di tangan.
Saya pikir, kopi sore ini lebih enak kalau diminum berdua.
Mereka duduk di sofa kecil. Jaraknya nyaris tak ada.
Luna kamu tahu nggak? Kamu bahaya buat saya.
Saya cuma sekretaris, Pak.
Justru itu.
Tangannya menyentuh jari Luna. Lalu naik perlahan ke pergelangan tangan. Sentuhan itu ringan, tapi cukup membuat Luna lupa pada ruang dan waktu.
Kalau saya cium kamu sekarang, kamu marah?
Luna menatap matanya, lalu menjawab pelan.
Kalau ciumannya pelan mungkin saya diam aja.
Dan benar saja, ciuman itu pun datang. Singkat. Dalam. Tapi cukup membuat tubuh Luna gemetar.
Fantasi yang Terwujud
Beberapa minggu kemudian, mereka ada tugas luar kota. Hanya berdua. Satu hotel, dua kamar. Tapi malamnya, pesan masuk lagi
Rayhan Kamu tidur belum?
Luna Baru mau.
Rayhan Pintu kamarmu… terkunci?
Luna Kalau saya bilang belum, Bapak mau apa?
Beberapa menit kemudian, pintu diketuk pelan.
Rayhan berdiri di ambang pintu, mengenakan kaus putih dan celana santai.
Saya hanya mau ngobrol.
Ngobrolnya di tempat tidur?
Kalau kamu izinkan.
Malam itu, tidak ada suara keras. Tidak ada teriakan. Hanya desahan lembut, tawa kecil, dan bisikan panas yang menyebut nama Luna dengan suara serak.
Tangannya menjelajah pelan. Menyentuh setiap sudut tubuh Luna dengan rasa hormat namun tetap membuatnya menggeliat dalam kenikmatan.
Kamu tahu, Luna? Selama ini saya nggak bisa tidur tanpa membayangkan kamu… Tanpa membayangkan tubuh kamu yang lembut, aroma kulitmu… dan suara kamu saat menyebut nama saya.
Luna berbisik kembali, Dan saya nggak bisa lagi kerja normal, Pak… sejak saya tahu rasanya disentuh kamu.
Dan Semuanya Tetap Rahasia
Keesokan harinya, di kantor, mereka kembali seperti biasa. Pura-pura tak terjadi apa-apa. Tapi hanya mereka yang tahu
Setiap kali Luna menatap catatan kecil itu di atas mejanya…
Kopi pahit, seperti kemarin.
…ia tahu, rasa itu tidak pernah benar-benar hilang. Hanya berpindah ke tempat yang lebih dalam. Dan lebih panas.
Related: Explore more posts