Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

TERDIAM DALAM TAKDIR (PART31)

Posted on June 4, 2025 By admin

TERDIAM DALAM TAKDIR (PART31)

Isi Postingan:

TERDIAM DALAM TAKDIR PART31

…CERITA DEWASA…

.

.

.

Aku tak habis pikir dengan apa

yang di katakan oleh mama barusan.

Ma, sampai kapan pun aku tak

akan pernah maumeninggalkan

suamiku. Tegasku.

Vira, tolonglah ini demi kebaikan

kamu. Mamatidak sanggup jika

sesuatu terjadi lebih parah dari

kemarin! tegas mama mulaitersulut

emosi.

Aku tahu perasaan mama, ia

khawatir jikaterjadi sesuatu lagi

padaku, tapi kekhawatirannya itu

terlalu berlebihan.

Aku tak akan pernah memenuhi

keinginannya jika harus

mengorbankan pernikahanku.

Ke esokkan harinya aku kembali

ke rumah mertuaku. Rasa rindu pada

Sila tak bisa terbendung lagi.

Kuketuk pintu kayu itu pelan

mengucapkansalam.

.

.

.

Tak lama terdengar bunyi hendel

pintu di buka dari dalam.

Menampilkan sosok renta bapak

mertuaku.

Wa’alikummussalam, Lilis?kaget

bapak kaget.

Lantas kuraih tangannya dan

menciumnya takzim.

Pak, boleh Lilis masuk?

mohonku. Lalu ia mengangguk

mengiyakan permintaanku. Bapak

bergeser memberi akses jalan untukku

masuk ke dalam rumahnya.

Gegas aku berjalan menuju kamar

yang pernah kutempati bersama

suami dan anakku itu.

Kubuka pintu perlahan, menatap

dua orang yang paling berharga dalam

hidupku, tengah tertidur dengan wajah

damai di sana.

Aku tersenyum menatap mereka

berdua. Tak berani mengganggu

lantas pergi ke dapur, membuatkan

makanan kesukaan mereka dengan

bahan-bahan yang baru kubeli tadi

sebelum datang ke mari.

..

Lis! panggil ibu tiba-tiba dari

belakang. Aku menoleh pada wanita

yang kepalanya sudah di tumbuhi

uban itu.

Wajahnya terlihat sendu,

membuatku seketika diliputi rasa

khawatir.

Ada apa, Bu? tanyaku. lbu

sakit? lanjutku.

Lis, ada yang ingin ibu bicarakan

sama kamu, ucapnya.Lantas aku

mengangguk mengiyakan ajakannya.

Bapak mengajakku ke dalam

kamarnya menemui Dela yang

terbaring lemah sedari malam. Lalu

aku menghampirinya duduk di tepian

di dipannya meraih tangan bocah

berusia lima tahunan itu.

Sudah di bawa ke dokter belum?

Sudah, semalam di bawa sama

Arman, tapi ya begitu, enggak mau

makan. Bagaimana lbu mau kasih

obat,

Mama … ucap Dela lirih.

Dari semalam Dela

manggil-manggil Sari terus, lbu kasian

lihatnya. Ibu mengusap pipinya yang

mulai di basahi air mata.

.

.

.

Aku ikut mendirikan air mata

menatap iba pada tubuh kecil di

hadapanku. Tak tega melihatnya

terbaring lemah di atas kasur.

Lis, kalau boleh Ibu mau minta

sama kamu, tolong maafkan

Mbakmu, pinta ibu.

Dari awal juga Lilis sudah maafin

Mbak Sari, Bu. Sungguh Lilis enggak

pernah Menyimpan dendam pada

mbak Sari.

Maksud lbu, tolonglah minta

sama Bu Sandra untuk mencabut

laporannya. Menatap wajah ibu

mengiba seperti itu aku jadi tidak

tega.

Baiklah, Bu. Nanti Lilis coba

bujuk Mama, jawabku.

Usai dari rumah mertuaku aku

pulang ke rumah menemui mama,

untuk membicarakan soal gugatan

yang di layangkannya pada mbak Sari.

Sudah pulang? tanya mama,

saat aku masuk ke ruang kerjanya.

Mama lebih sering kerja di rumah

dibandingkan di kantor. Kadang ia ke

kantor saat ada urusan tertentu saja,

selebihnya ada Danu yang

mengurusnya.

.

.

.

Semenjak mama pensiun sejak

sebulan yang lalu, kantor ia alihkan

untuk sementara pada anak

sahabatnya itu. Sebenarnya mama

ingin aku yang mengurus perusahaan

yang sudah sejak lama di rintis oleh

almarhum papa itu. Namun, aku

menolaknya karena aku lebih memilih

kehidupan sederhana bersama

suamiku.

Ma, ada yang ingin aku bicarakan

denganmu, pintaku.

Bicaralah, ucapnya, tanpa

mengalihkan tatapannya pada

tumpukan dokumen di hadapannya.

Ma, aku minta sama Mama,

tolong cabut gugatan yang Mama

layangkan pada Mbak Sari, ungkapku.

Membuat ibu angkatku itu beralih

menatapku.

Menutup dokumen yang tengah ia

periksa dan menyingkirkannya ke

samping, kedua tangannya bertumpu

di atas meja kayu di depannya.

…

Kenapa au ingin berbelas

kasihan pada orang yang telah

berbuat jahat padamu? selidiknya.

Aku tak tega melihat kondisi

anaknya, yang tengah sakit karena

merindukan Mbak Sari, jelasku.

Lantas apakah waktu dia

melukaimu, wanita itu pernah

memikirkan perasaanku, Sila dan

suamimu?! tanyanya sarkas.

Ma, sudahlah itu sudah berlalu,

lagi pula sekarang aku baik-baik saja.

Keluarlah, Aku tak bisa

memenuhi permintaanmu! putusnya

telak.

Lantas ia sibukkan dirinya

kembali dengan map-map yang

tengah menunggu di periksa dan di

tanda tangani olehnya.

Aku menghela napas dan

membuangnya kasar.

Aku akan melakukan apa pun

yang Mama mau, jika Mama

mencabut gugatan itu, ucapku tak

menyerah.

.

.

.

Mendengar apa yang kukatakan,

lantas ia menghentikan gerakkan

tangannya yang tengah

membolak-balik kertas berisi saham

milyaran rupiah.

Kau serius? tanyanya. Baik,

kalau begitu, bercerailah dengan

suamimu, maka aku akan mencabut

gugatan itu, ungkapnya.

kecuali itu, sergahku, Memberi

pengecualian.

Tidak ada pengeculian!

Ma! Perceraian itu di larang oleh

agama. Maka dari itu aku tak ingin

bercrai dengan mas Arman, apalagi

kami saling mencintai dan rumah

tangga kami pun baik-baik saja!

terangku meyakinkan dengan nada

sedikit meninggi.

..

Jika rumah tanggamu baik-baik

saja, enggak mungkin kamu bisa

keguguran.

Itu memang sudah takdir Allah,

Ma. Memang jalannya harus seperti

itu. Aku masih terus mendebatnya

tanpa henti.

Sudahlah! berhenti mendebatku

terus. Sekarang keluarlah, dan pikirkan

baik-baik syarat yang kuberikan tadi!

putusnya.

Bada subuh aku mendapatkan

telepon dari ibu, sengaja aku

menitipkan nomor Handphone-ku

padanya agar aku mudah

berkomunikasi dengannya untuk

menanyakan keadaan putri dan

suamiku.

.

.

.

Ibu memberi kabar jika Dela

masuk rumah sakit, karena semalam

demamnya tinggi sekali, karena

khawatir mas Arman dan bapak

membawanya langsung ke IGD.

Dan sekarang aku telah sampai di

alamat rumah sakit yang ibu berikan

padaku tadi saat bertelepon. Berlari

menyusuri lorong gedung khusus

menaobati orana sakit ini dengan

tergesa.

Di ujung lorong sana aku

menemukan mas Arman berdiri

menghadap jendela. Dengan langkah

pelan aku mendekat padanya.

Mas, panggilku, membuatnya

menoleh tanpa ekspresi.

Tak ada jawaban dari bbirnya,

atau sekedar menyapa pun sepertinya

ia sudah enggan.

Bagaimana keadaan Dela?

tanyaku.

Sudah membaik, tak lagi panas

seperti semalam, jawabnya datar.

Alhamdulillah, syukurlah kalau

begitu.

Kemudian aku melangkah masuk

ke ruang di mana Dela dirawat, usia

berpamitan pada mas Arman. Tubuh

ringkih itu terkulai lemah dengan infus

yang menempel di tangan kanannya.

Terlihat bapak di sampingnya

tengah tertidur di sisi brankar degan

posisi kepala di topang oleh kedua

lengannya.

Tak ingin mengganggu keduanya,

aku pun kembali keluar dan mengajak

mas Arman sarapan ke kantin rumah

sakit.

Awalnya suamiku menolak.

Namun, setelah aku membujuknya, ia

pun mengiyakan ajakanku.

.

.

.

Di sinilah aku dan mas Arman

sekarang menikmati secangkir kopi

dengan roti bakar dengan aroma

mentega yang menggiurkan.

Sarapan dulu, Mas, tawarku,

sembari menyodorkan roti kemulutnya

dengan tanganku.

la terdiam menatapku, aku

memberinya isyarat dengan sedikit

mengangguk agar ia membuka

mulutnya. Kebiasaan inilah yang

sering kami lakukan saat makan,

saling menyuapi penuh cinta.

Kulihat mata kelamnya tak lagi

terlihat tajam, berganti dengan

tatapan sendu dan mulai berembun. la

mulai membuka mulutnya menggigit

roti dari tanganku.

NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin

ceritadewasa

ceritanovel

mertuamenantu

selingkuh

foto

fotoai

gambar

text

foryou


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: TERDIAM DALAM TAKDIR (PART32)
Next Post: TERDIAM DALAM TAKDIR (PART30)

Related Posts

TERDIAM DALAM TAKDIR (PART8) Kisah Menarik
Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan Kisah Menarik
Tetangga menggoda (PART15) Kisah Menarik
ADIK IPAR PELIPUR LARA(PART28) Kisah Menarik
TERDIAM DALAM TAKDIR (PART34) Kisah Menarik
Tetangga menggoda ( 00 ) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme