Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

JANGAN OM (PART71)

Posted on June 4, 2025 By admin

JANGAN OM (PART71)

Isi Postingan:

JANGAN OM PART71

…

..

.

Pagi ini, Niko sudah berada

di kantor Aryo. la duduk dengan

tegang di depan pria yang

tampak begitu tenang

menatapnya. Keduanya diam

cukup lama hingga akhirnya

Aryo membuka percakapan

dengan nada dingin.

Jadi, kamu tetap tidak mau

mengakui perbuatanmu? tanya

Aryo tajam.

Niko menelan ludah,

mencoba menguasai

kegugupannya. Tidak, Pak.

Saya tidak pernah menyebarkan

foto-foto Bapak dengan Kinan.

Saya bukan pemilik akun itu,

jawabnya dengan suara bergetar.

Aryo tersenyum kecil,

senyuman yang lebih

menyerupai ejekan. Ia berdiri

dari kursinya, berjalan perlahan

mendekati Niko, lalu bersandar

pada meja di sampingnya.

Dengan santai, Aryo menepuk

pundak Niko, membuat lelaki

muda itu semakin gugup.

…

Keringat dingin mulai

membasahi pelipisnya.

Kalau kamu tidak salah,

tidak usah gugup, ujar Aryo

pelan, namun nadanya penuh

tekanan. Dengarkan aku

baik-baik, Niko. Aku punya

rekaman CCTV di hotel saat

kamu bertemu Siska, mantan

istriku. Aku juga punya bukti

kalau dia sering mentransfer

uang ke rekeningmu. Jadi,

sangat mudah bagiku mencari

tahu siapa pengirim foto dan

video di grup kampus ini.

Jangan pernah berbohong di

depanku, karena aku bukan

orang bodoh.

Wajah Niko memucat. Ia

mencoba menyangkal, tapi

mulutnya kelu. Akhirnya,

dengan suara gemetar, ia

berkata, Maafkan saya, Pak.

Saya hanya disuruh istri Anda.

Saya dibayar untuk

melakukannya. Tolong… tolong

jangan laporkan saya ke polisi.

Aryo menatapnya tanpa

ekspresi. la berjalan ke arah

meja kerjanya, mnembuka salah

satu laci, lalu mengeluarkan

sebuah amplop. Amplop itu

diletakkannya di atas meja,

tepat di depan Niko.

Aku tidak akan

melaporkanmu ke penjara,

ucap Aryo tegas. Ini masalah

internal kampus, dan aku tidak

mau nama kampus ini menjadi

buruk. Tapi, Maaf.. Aryo

menatapnya tajam, membuat

Niko tak berani menatap balik.

Kamu tidak bisa kuliah di sini

lagi.

…

Mata Niko membesar. Ia

ingin membantah, tapi tatapan

Aryo sudah cukup untuk

menghentikannya. Dengan

tangan gemetar, ia mengambil

amplop itu, menyadari bahwa

tidak ada lagi yang bisa ia

lakukan selain menerima

keputusan itu.

 

Niko keluar dari ruangan

Aryo dengan amarah yang

membara, tapi ia menahannya

rapat-rapat. Tanpa

mengucapkan sepatah kata pun,

ia berjalan keluar dengan

langkah cepat, wajahnya penuh

kekecewaan dan frustrasi.

Setelah mengambil tasnya, ia

menuju parkiran dengan wajah

yang ditekuk.

Di kejauhan, Rosa,

kekasihnya, melihat ekspresi

Niko yang tidak biasa. Ia segera

menghampirinya dengan

khawatir.

Kamu kenapa, Niko?

tanya Rosa dengan nada cemas.

Niko menghela napas

panjang, mencoba menahan

emosinya, lalu menjawab pelan,

Aku di-DO dari kampus.

Mata Rosa membesar. Apa

? serunya tak percaya. Ia segera

menarik tangan Niko,

membawanya ke area belakang

kampus yang sepi, agar tidak

ada orang lain yang mendengar

percakapan mereka. Mereka

berhenti di dekat sebuah gudang

tua dan masuk kedalamnya.

Apa maksud kamu, Nik?

Kenapa kamu di-DO? Apa

alasannya? tanya Rosa

bertubi-tubi, masih tidak

percaya dengan apa yang baru

didengarnya.

Tiba-tiba, Niko menendang

tumpukan barang di dalam

gudang itu, membuat suara

keras yang memantul di

ruangarn sempit. la

melampiaskan kemarahannya

tanpa peduli.

…

Aryo brengsek! Dia

mengeluarkanku karena tahu

aku bekerja sama dengan

mantan istrinya buat

menyebarkan berita, foto, dan

video tentang dia dan Kinan!

teriak Niko penuh emosi. Anj

ng emang si Aryo! lanjutnya,

menggertakkan giginya.

Rosa tertegun mendengar

pengakuan itu. Namun, ia

segera menghampiri Niko,

mencoba menenangkannya.

Nik, sudah. Jangan

marah-marah begini. Sabar

dulu, ya, ujarnya sambil

menyentuh lengannya perlahan.

Niko menghela napas

panjang, mencoba meredakan

emosinya. Rosa menatapnya

dengan serius.

Terus, kamu mau gimana

sekarang? Mau lanjut kuliah di

mana? tanya Rosa hati-hati.

Niko menggeleng. Belum

tahu, Ros. Mungkin aku mau

cuti dulu sampai akhir tahun.

Habis itu baru cari kampus yang

baru, jawabnya, suaranya

mulai tenang meski masih ada

rasa kecewa yang kentara.

Rosa mendekat, mengelus

wajah Niko dengan lembut.

Yaudah, sabar dulu, ya. Kita

pikirkan bareng-bareng apa

yang harus dilakukan. Habis ini,

kita cari cara untuk balas

perbuatan Aryo ke kamu.

Mendengar ucapan Rosa,

mata Niko sedikit melembut.

Meski amarahnya belum

sepenuhnya reda, kehadiran

Rosa memberinya sedikit rasa

tenang. la mengangguk pelan,

merasa setidaknya ia tidak

sendirian dalam menghadapi

masalah ini.

 

Sementara, Aryo yang

duduk di ruangannya, merasa

lega karena perlahan masalah

yang mengganggu hidupnya

mulai terselesaikan. Satu per

satu orang yang mencoba

mengusik kehidupannya

berhasil diatasi, meskipun Heri,

salah satu ancaman terbesarnya,

masih belum diketahui

keberadaannya. Namun, untuk

saat ini, Aryo memilih untuk

menikmati kedamaian sejenak.

Ketukan di pintu

menginterupsi lamunannya.

Sebuah paket makanan siang

kembali datang, seperti

sebelumnya, disertai secarik

kertas kecil bergambar bunga

biru–bunga langka yang sangat

disukai Kinan. Aryo tersenyum

kecil sambil membuka paket itu,

mendapati sushi dari restoran

favoritnya di dalamnya.

Bagaimana Kinan bisa tahu

kalau aku suka sushi ini?

gumam Aryo pelan, sambil

mulai menyantap makanan

tersebut. Rasa favoritnya

langsung membangkitkan selera

makannya, dan ia menikmati

setiap potongan dengan puas.

Tak lama setelah selesai

makan, ketukan lain terdengar

di pintu ruangannya.

Masuk, ucap Aryo sambil

melirik ke arah pintu.

Pintu terbuka,

memperlihatkan Kinan dengan

senyum cerah yang

mengembang di wajahnya. la

masuk dengan langkah santai,

membawa kehangatan yang

langsung mengisi ruangan.

Ada apa, Kinan? Tumben

kamu ke sini, tanya Aryo

penasaran sambil tersenyum

kearah Kinan.

Kinan mendekat dan

berhenti di samping kursi Aryo.

Nggak apa-apa, Mas. Aku cuma.

.. tiba-tiba kangen sama Mas

Aryo, jawabnya dengan nada

manja, senyumnya tak pernah

surut.

…

Aryo memandang Kinan

dengan curiga bercampur geli.

la tahu istrinya ini terlalu pintar

untuk sekadar datang tanpa

alasan. Ia menarik Kinan agar

lebih dekat, mendudukannya di

atas meja kerjanya, lalu

memutar kursinya hingga ia

berada tepat di hadapan Kinan.

Kenapa? Apa yang kamu

inginkan sampai tiba-tiba

berubah jadi semanis ini? tanya

Aryo sambil memicingkan

matanya. la tahu, biasanya

Kinan bersikap seperti ini saat

ada sesuatu yang diinginkannya.

Kinan hanya tersenyum

kecil, lalu mengalungkan

tangannya ke leher Aryo. Ia

menunduk sedikit, mengecup

bibir Aryo dengan lembut.

Aku cuma merindukanmu,

Mas. Hanya itu saja. Jangan

berpikiran macam-macam,’

jawab Kinan dengan suara

lembut.

Aryo tertawa kecil, lalu

menarik tengkuk Kinan,

membalas kecupan itu dengan

lebih dalam. Tangan kanannya

bergerak ke bawah meja,

menekan tombol yang membuat

pintu ruangan terkunci

otomatis. Ia tahu mereka

membutuhkan privasi untuk

momen ini.

Tangan Aryo mulai

menangkup gundukan kenyal

milik Kinan, yang masih

terbalut dress pendek. Sejak

hamil, Kinan lebih sering

mengenakan pakaian seperti itu,

terutama karena perutnya yang

mulai membuncit di usia

kehamilan hampir enam bulan.

Aryo menyentuhnya dengan

lembut, seolah menyalurkan

rasa cinta dan perhatian lewat

sentuhannya.

Ruangan itu dipenuhi

keheningan, kecuali desahan

lembut dari Kinan dan suara

napas mereka yang saling

bertaut. Aryo memandang

Kinan dengan penuh cinta,

menyadari betapa besar rasa

cintanya pada wanita yang kini

tengah mengandung anak

mereka.

….

Aryo dengan cekatan

merapikan tumpukan berkas di

mejanya. Pandangannya

kemudian teralihkan pada

Kinan yang duduk didepannya.

Dengan lembut, ia

mengisyaratkan Kinan untuk

berbaring di atas meja kerja.

Kinan menurut,membiarkan tubuhnya

terlentang di atas permukaan

kayu yang dingin. Aryo

membungkuk di antara kedua

kaki Kinan, perlahan membuka

paha Kinan hingga membuat

posisi yang sempurna. Jari-jari

tangannya dengan lembut

menyentuh bahan celana dalam

Kinan, perlahan

menurunkannya hingga

terlepas sempurna dan mulai

melucuti pakaian Kinan,lalu

menaruhnya dimeja sebelah

Kinan.

Kinan mendesah pelan

ketika lidah hangat Aryo mulai

menjelajahi lembah miliknya.

Sensasi yang asing namun

menyenangkan menjalar ke

seluruh tubuhnya. Aryo dengan

cepat melepas ikat pinggang dan

membuka resleting celananya.

Dengan satu geralkan cepat, ia

memasukkan miliknya yang

sudah tegak sempurna ke dalam

tubuh Kinan. Keduanya larut

dalam dunia mereka sendiri.

Nafas mereka memburu,

desahan-desahan kecil lolos dari

bibir mereka. Ruang kerja yang

semula sunyi kini dipenuhi oleh

suara-suara yang penuh gairah.

Setelah beberapa saat

mereka sama-sama mencapai

kepuasan. Aryo lalu

mengangkat tubuh Kinan

dengan hati-hati,

menggendongnya menuju

kamar pribadi yang berada di

dalam kantornya. Langkahnya

mantap namun lembut,

memastikan istrinya merasa

nyaman di pelukannya. Setelah

sampai di kamar, ia merebahkan

Kinan perlahan di atas kasur,

tubuhnya yang masih polos

tampak lelah dengan nafas yang

masih tidak beraturan.

Kamu masih ada jadwal

kuliah setelah ini? tanya Aryo

sambil mengelus lembut kepala

Kinan.

Kinan menggeleng pelan.

Nggak ada, Mas, jawabnya

dengan suara pelan, hampir

seperti bisikan.

….

Aryo tersenyum.Kamu

sudah makan siang? tanyanya

lagi, memastikan.

Kinan menggeleng sekali

lagi. Belum, aku tadi ke sini

karena ingin ngajak Mas Aryo

makan siang, ucapnya,

meskipun suaranya mulai

melemah. Rasa kantuk

menyerangnya dengan cepat,

efek dari kelelahan setelah

aktivitas intens mereka tadi.

Tidurlah. Aku akan

memesankan makanan

untukmu. Nanti aku bangunkan

,ujar Aryo lembut.

Kinan tidak menjawab lagi.

Matanya perlahan terpejam,

tubuhnya menyerah pada rasa

lelah. Aryo memperhatikan

wajahnya yang damai, lalu

menarik selimut untuk

menutupi tubuhnya. Ia

membungkuk, mengecup

kening istrinya sebelum

melangkah pergi.

Sejak usia kandungannya

memasuki lima bulan, Kinan

memang jadi lebih mudah lelah

dan sering mengantuk. Aryo

memahaminya, dan selalu

memastikan istrinya

mendapatkan waktu istirahat

yang cukup.

Setelah memastikan Kinan

nyaman, Aryo masuk ke kamar

mandi untuk membersihkan

diri dan berganti pakaian. Air

dingin menyegarkan tubuhnya,

mengembalikan fokusnya pada

pekerjaan yang menumpuk.

Selesai bersiap, ia kembali ke

ruang kerjanya.

Sebelum melanjutkan

pekerjaannya, Aryo

menghubungi Fiko, asisten

kepercayaannya. Fiko, tolong

belikan makanan untuk Kinan

di restoran langgananku. Aku

akan memberikan daftar

makanan apa saja yang harus

kamu beli. Antar langsung ke

ruangan saya, jika sudah datang

, katanya.

Baik, Pak Aryo, jawab Fiko

sigap.

Aryo menutup telepon dan

melanjutkan pekerjaannya.

Meski sibuk, pikirannya tetap

pada Kinan. Ia ingin

memastikan istrinya tidak

hanya merasa aman, tetapijuga

selalu tercukupi asupan gizinya,

terutama selama masa

kehamilannya.

 

..

Tak berapa lama kemudian,

Fico datang membawa makanan

pesanan Aryo. Dia

meletakkannya di meja kerja

Aryo. Setelah itu, Fico keluar

dari ruangan tanpa banyak

bicara. Aryo pun segera masuk

ke kamar untuk

membangunkan Kinan.

Bangunlah Kinan, kamu

harus makan dulu, ucap Aryo

lembut sambil membelai wajah

Kinan.

Kinan membuka matanya

perlahan dan menatap Aryo.

Iya, Mas, jawabnya, lalu

bangkit dan duduk. Namun,

matanya masih terlihat kantuk.

Bajuku di mana, Mas?

tanya Kinan, menyadari dia

sekarang masih dalam keadaan

polos.

Oh, bajumu masih di luar.

Sebentar, aku ambilkan, jawab

Aryo sambil melangkah keluar

kamar untuk mengambil baju

Kinan yang tergeletak di meja

kerja. Namun, saat membuka

pintu, Aryo terkejut melihat

Juan sudah berada di

ruangannya.

Juan, kapan kamu datang?

tanya Aryo.

Juan tersenyum tipis. Baru

saja. Dari tadi aku mengetuk

pintu, tapi tidak ada jawaban.

Jadi, aku langsung masuk saja.

Asistenmu bilang kamu ada di

dalam.

Aryo hanya mengangguk

kecil sambil mengumpulkan

baju Kinan. Namun, Juan yang

memperhatikan baju-baju itu

hanya tersenyum penuh arti.

Sepertinya habis ada

perang’ di kantor ini, ya?goda

Juan

..

Aryo tidak menanggapi. Dia

segera kembali ke kamar,

menyerahkan baju pada Kinan,

dan menyuruhnya segera

berpakaian. Setelah itu, Kinan

masuk ke kamar mandi untuk

membersihkan diri. Sementara

itu, Aryo tersenyum kecil

melihat Kinan dalam keadaan

polos seperti itu. Milik Aryo

berdenyut pelan, mengingat

percintaan mereka beberapa

saat tadi.

Aryo lalu memutuskan

keluar dari kamar dan

menemukan Juan masih

menunggu di ruangannya. Ada

apa? Tumben kamu ke sini,

tanya Aryo.

Aku ke sini untuk

menjemput Runa, tapi

sepertinya dia masih di

perpustakaan mencari buku. Ibu

menyuruhku mengantarnya

membeli cincin pertunangan,

jawab Juan santai.

Aryo menatap Juan dengan

alis terangkat. Jadi, kalian akan

bertunangan sebentar lagi?

Juan mengangguk kecil.

Iya. Aku tidak punya pilihan

lain.

Aryo tertawa kecil. Kau

akan merasakan kehidupan

yang sesungguhnya setelah

menikah.

…

Juan menghela napas

panjang. Itu menurutmu. Tapi

bagiku menikah itu rumit.

Banyak masalah. Setelah

menikah, kita tidak akan bebas

pergi ke mana pun dan dengan

siapa pun, karena pasti ada yang

marah dan bawel.

Aryo tersenyum mendengar

keluhan Juan. Tunggu saja

sampai kau menikah.

Pandanganmu pasti berubah.

Di tengah percakapan itu,

Kinan keluar dari kamar,

mendekati Aryo, dan mencium

pipinya. Mas Juan, menikah itu

memang hanya satu persen

enaknya, dan 99 persen… enak

banget!goda Kinan sambil

tertawa.

Kinan kemudian berkata

dengan serius, Memangnya

Mas Juan nggak mau merasakan

bahagianya setiap bangun tidur

melihat wanita yang kamu

cintai berbaring di sampingmu?

Atau saat sakit, ada yang

merawatmu dengan penuh

perhatian? Dan saat dikelilingi

anak-anak kecil yang cantik dan

tampan, bukankah itu

kebahagiaan yang tak

tergantikan?

Juan hanya mendengus

tanpa menjawab. Dia tidak

pernah memikirkan kehidupan

berkeluarga karena merasa itu

hanya akan merepotkan.

Aryo kenmudian mengambil

makanan yang dibawa Fico tadi

dan menyerahkannya pada

Kinan. Kinan memandangnya

bingung. Loh, kok cuma satu,

Mas? Mas Aryo nggak makan?

Aryo menggeleng. Aku

sudah kenyang. Tadi aku sudah

makan sushi yang kamu belikan

Sushi? tanya Kinan

bingung. Sushi apa, Mas? Aku

baru tahu Mas Aryo suka sushi.

Aryo terdiam,

mengingat-ingat. Memang

benar, selama menikah, dia

tidak pernah makan sushi

bersama Kinan. Lalu siapa yang

mengirimkan sushi itu? Berapa

hari ini, ada kurir yang selalu

nganter makanan buat aku. Dan

hari ini, aku dapat kiriman

Sushi. Kukira itu dari kamu

Kinan.

…

Kinan ikut bingung. Mas

Aryo, aku nggak pernah ngirim

makanan untuk Mas. Kalau pun

aku beliin makanan, pasti aku

anter kesini sendiri, ngapain

lewat kurir.

Juan yang mendengar

percakapan mereka ikut

menyahut. Maksudmu,

beberapa hari ini kamu sering

mendapat kiriman makanan

dari orang yang nggak dikenal?

Aryo mengangguk. Dia

mengambil beberapa kertas

kecil dari mejanota dengan

gambar bunga biru-dan

menunjukkan pada Kinan.

Kurir itu bilang dari mahasiswi

dikampus ini. Dan dia selalu

memberikan note dengan

gambar bunga biru kesukaan

Kinan. Makanya aku kira dari

Kinan.

Ini bukan dariku, Mas. Lagi

pula ini bukan tulisanku, tegas

Kinan.

Juan bertanya, Sejak kapan

kamu dapat kiriman seperti ini?

Aryo berpikir sejenak.

…

Semingguan ini. Tapi dulu,

beberapa bulan yang lalu, aku

juga sempat dapat kiriman

barang dan makanan tanpa

nama. Waktu itu, aku tidak

terima karena tahu itu pasti dari

salah satu mahasiswi di sini

yang menyukaiku. Tapi bebrapa

bulan belakangan berhenti, dan

baru seminggu inimulai lagi.

Aryo memandang Kinan

dan Juan bergantian. Siapa yang

mengirimkan makanan itu, dan

apa tujuannya?

NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: JANGAN OM (PART72)
Next Post: JANGAN OM (PART70)

Related Posts

JANGAN OM (PART69) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART28) Kisah Menarik
TETANGGA IDAMAN (PART29) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART19) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART78) Kisah Menarik
TERDIAM DALAM TAKDIR (PART7) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme