JANGAN OM (PART71)
Isi Postingan:
JANGAN OM PART71
…
..
.
Pagi ini, Niko sudah berada
di kantor Aryo. la duduk dengan
tegang di depan pria yang
tampak begitu tenang
menatapnya. Keduanya diam
cukup lama hingga akhirnya
Aryo membuka percakapan
dengan nada dingin.
Jadi, kamu tetap tidak mau
mengakui perbuatanmu? tanya
Aryo tajam.
Niko menelan ludah,
mencoba menguasai
kegugupannya. Tidak, Pak.
Saya tidak pernah menyebarkan
foto-foto Bapak dengan Kinan.
Saya bukan pemilik akun itu,
jawabnya dengan suara bergetar.
Aryo tersenyum kecil,
senyuman yang lebih
menyerupai ejekan. Ia berdiri
dari kursinya, berjalan perlahan
mendekati Niko, lalu bersandar
pada meja di sampingnya.
Dengan santai, Aryo menepuk
pundak Niko, membuat lelaki
muda itu semakin gugup.
…
Keringat dingin mulai
membasahi pelipisnya.
Kalau kamu tidak salah,
tidak usah gugup, ujar Aryo
pelan, namun nadanya penuh
tekanan. Dengarkan aku
baik-baik, Niko. Aku punya
rekaman CCTV di hotel saat
kamu bertemu Siska, mantan
istriku. Aku juga punya bukti
kalau dia sering mentransfer
uang ke rekeningmu. Jadi,
sangat mudah bagiku mencari
tahu siapa pengirim foto dan
video di grup kampus ini.
Jangan pernah berbohong di
depanku, karena aku bukan
orang bodoh.
Wajah Niko memucat. Ia
mencoba menyangkal, tapi
mulutnya kelu. Akhirnya,
dengan suara gemetar, ia
berkata, Maafkan saya, Pak.
Saya hanya disuruh istri Anda.
Saya dibayar untuk
melakukannya. Tolong… tolong
jangan laporkan saya ke polisi.
Aryo menatapnya tanpa
ekspresi. la berjalan ke arah
meja kerjanya, mnembuka salah
satu laci, lalu mengeluarkan
sebuah amplop. Amplop itu
diletakkannya di atas meja,
tepat di depan Niko.
Aku tidak akan
melaporkanmu ke penjara,
ucap Aryo tegas. Ini masalah
internal kampus, dan aku tidak
mau nama kampus ini menjadi
buruk. Tapi, Maaf.. Aryo
menatapnya tajam, membuat
Niko tak berani menatap balik.
Kamu tidak bisa kuliah di sini
lagi.
…
Mata Niko membesar. Ia
ingin membantah, tapi tatapan
Aryo sudah cukup untuk
menghentikannya. Dengan
tangan gemetar, ia mengambil
amplop itu, menyadari bahwa
tidak ada lagi yang bisa ia
lakukan selain menerima
keputusan itu.
Niko keluar dari ruangan
Aryo dengan amarah yang
membara, tapi ia menahannya
rapat-rapat. Tanpa
mengucapkan sepatah kata pun,
ia berjalan keluar dengan
langkah cepat, wajahnya penuh
kekecewaan dan frustrasi.
Setelah mengambil tasnya, ia
menuju parkiran dengan wajah
yang ditekuk.
Di kejauhan, Rosa,
kekasihnya, melihat ekspresi
Niko yang tidak biasa. Ia segera
menghampirinya dengan
khawatir.
Kamu kenapa, Niko?
tanya Rosa dengan nada cemas.
Niko menghela napas
panjang, mencoba menahan
emosinya, lalu menjawab pelan,
Aku di-DO dari kampus.
Mata Rosa membesar. Apa
? serunya tak percaya. Ia segera
menarik tangan Niko,
membawanya ke area belakang
kampus yang sepi, agar tidak
ada orang lain yang mendengar
percakapan mereka. Mereka
berhenti di dekat sebuah gudang
tua dan masuk kedalamnya.
Apa maksud kamu, Nik?
Kenapa kamu di-DO? Apa
alasannya? tanya Rosa
bertubi-tubi, masih tidak
percaya dengan apa yang baru
didengarnya.
Tiba-tiba, Niko menendang
tumpukan barang di dalam
gudang itu, membuat suara
keras yang memantul di
ruangarn sempit. la
melampiaskan kemarahannya
tanpa peduli.
…
Aryo brengsek! Dia
mengeluarkanku karena tahu
aku bekerja sama dengan
mantan istrinya buat
menyebarkan berita, foto, dan
video tentang dia dan Kinan!
teriak Niko penuh emosi. Anj
ng emang si Aryo! lanjutnya,
menggertakkan giginya.
Rosa tertegun mendengar
pengakuan itu. Namun, ia
segera menghampiri Niko,
mencoba menenangkannya.
Nik, sudah. Jangan
marah-marah begini. Sabar
dulu, ya, ujarnya sambil
menyentuh lengannya perlahan.
Niko menghela napas
panjang, mencoba meredakan
emosinya. Rosa menatapnya
dengan serius.
Terus, kamu mau gimana
sekarang? Mau lanjut kuliah di
mana? tanya Rosa hati-hati.
Niko menggeleng. Belum
tahu, Ros. Mungkin aku mau
cuti dulu sampai akhir tahun.
Habis itu baru cari kampus yang
baru, jawabnya, suaranya
mulai tenang meski masih ada
rasa kecewa yang kentara.
Rosa mendekat, mengelus
wajah Niko dengan lembut.
Yaudah, sabar dulu, ya. Kita
pikirkan bareng-bareng apa
yang harus dilakukan. Habis ini,
kita cari cara untuk balas
perbuatan Aryo ke kamu.
Mendengar ucapan Rosa,
mata Niko sedikit melembut.
Meski amarahnya belum
sepenuhnya reda, kehadiran
Rosa memberinya sedikit rasa
tenang. la mengangguk pelan,
merasa setidaknya ia tidak
sendirian dalam menghadapi
masalah ini.
Sementara, Aryo yang
duduk di ruangannya, merasa
lega karena perlahan masalah
yang mengganggu hidupnya
mulai terselesaikan. Satu per
satu orang yang mencoba
mengusik kehidupannya
berhasil diatasi, meskipun Heri,
salah satu ancaman terbesarnya,
masih belum diketahui
keberadaannya. Namun, untuk
saat ini, Aryo memilih untuk
menikmati kedamaian sejenak.
Ketukan di pintu
menginterupsi lamunannya.
Sebuah paket makanan siang
kembali datang, seperti
sebelumnya, disertai secarik
kertas kecil bergambar bunga
biru–bunga langka yang sangat
disukai Kinan. Aryo tersenyum
kecil sambil membuka paket itu,
mendapati sushi dari restoran
favoritnya di dalamnya.
Bagaimana Kinan bisa tahu
kalau aku suka sushi ini?
gumam Aryo pelan, sambil
mulai menyantap makanan
tersebut. Rasa favoritnya
langsung membangkitkan selera
makannya, dan ia menikmati
setiap potongan dengan puas.
Tak lama setelah selesai
makan, ketukan lain terdengar
di pintu ruangannya.
Masuk, ucap Aryo sambil
melirik ke arah pintu.
Pintu terbuka,
memperlihatkan Kinan dengan
senyum cerah yang
mengembang di wajahnya. la
masuk dengan langkah santai,
membawa kehangatan yang
langsung mengisi ruangan.
Ada apa, Kinan? Tumben
kamu ke sini, tanya Aryo
penasaran sambil tersenyum
kearah Kinan.
Kinan mendekat dan
berhenti di samping kursi Aryo.
Nggak apa-apa, Mas. Aku cuma.
.. tiba-tiba kangen sama Mas
Aryo, jawabnya dengan nada
manja, senyumnya tak pernah
surut.
…
Aryo memandang Kinan
dengan curiga bercampur geli.
la tahu istrinya ini terlalu pintar
untuk sekadar datang tanpa
alasan. Ia menarik Kinan agar
lebih dekat, mendudukannya di
atas meja kerjanya, lalu
memutar kursinya hingga ia
berada tepat di hadapan Kinan.
Kenapa? Apa yang kamu
inginkan sampai tiba-tiba
berubah jadi semanis ini? tanya
Aryo sambil memicingkan
matanya. la tahu, biasanya
Kinan bersikap seperti ini saat
ada sesuatu yang diinginkannya.
Kinan hanya tersenyum
kecil, lalu mengalungkan
tangannya ke leher Aryo. Ia
menunduk sedikit, mengecup
bibir Aryo dengan lembut.
Aku cuma merindukanmu,
Mas. Hanya itu saja. Jangan
berpikiran macam-macam,’
jawab Kinan dengan suara
lembut.
Aryo tertawa kecil, lalu
menarik tengkuk Kinan,
membalas kecupan itu dengan
lebih dalam. Tangan kanannya
bergerak ke bawah meja,
menekan tombol yang membuat
pintu ruangan terkunci
otomatis. Ia tahu mereka
membutuhkan privasi untuk
momen ini.
Tangan Aryo mulai
menangkup gundukan kenyal
milik Kinan, yang masih
terbalut dress pendek. Sejak
hamil, Kinan lebih sering
mengenakan pakaian seperti itu,
terutama karena perutnya yang
mulai membuncit di usia
kehamilan hampir enam bulan.
Aryo menyentuhnya dengan
lembut, seolah menyalurkan
rasa cinta dan perhatian lewat
sentuhannya.
Ruangan itu dipenuhi
keheningan, kecuali desahan
lembut dari Kinan dan suara
napas mereka yang saling
bertaut. Aryo memandang
Kinan dengan penuh cinta,
menyadari betapa besar rasa
cintanya pada wanita yang kini
tengah mengandung anak
mereka.
….
Aryo dengan cekatan
merapikan tumpukan berkas di
mejanya. Pandangannya
kemudian teralihkan pada
Kinan yang duduk didepannya.
Dengan lembut, ia
mengisyaratkan Kinan untuk
berbaring di atas meja kerja.
Kinan menurut,membiarkan tubuhnya
terlentang di atas permukaan
kayu yang dingin. Aryo
membungkuk di antara kedua
kaki Kinan, perlahan membuka
paha Kinan hingga membuat
posisi yang sempurna. Jari-jari
tangannya dengan lembut
menyentuh bahan celana dalam
Kinan, perlahan
menurunkannya hingga
terlepas sempurna dan mulai
melucuti pakaian Kinan,lalu
menaruhnya dimeja sebelah
Kinan.
Kinan mendesah pelan
ketika lidah hangat Aryo mulai
menjelajahi lembah miliknya.
Sensasi yang asing namun
menyenangkan menjalar ke
seluruh tubuhnya. Aryo dengan
cepat melepas ikat pinggang dan
membuka resleting celananya.
Dengan satu geralkan cepat, ia
memasukkan miliknya yang
sudah tegak sempurna ke dalam
tubuh Kinan. Keduanya larut
dalam dunia mereka sendiri.
Nafas mereka memburu,
desahan-desahan kecil lolos dari
bibir mereka. Ruang kerja yang
semula sunyi kini dipenuhi oleh
suara-suara yang penuh gairah.
Setelah beberapa saat
mereka sama-sama mencapai
kepuasan. Aryo lalu
mengangkat tubuh Kinan
dengan hati-hati,
menggendongnya menuju
kamar pribadi yang berada di
dalam kantornya. Langkahnya
mantap namun lembut,
memastikan istrinya merasa
nyaman di pelukannya. Setelah
sampai di kamar, ia merebahkan
Kinan perlahan di atas kasur,
tubuhnya yang masih polos
tampak lelah dengan nafas yang
masih tidak beraturan.
Kamu masih ada jadwal
kuliah setelah ini? tanya Aryo
sambil mengelus lembut kepala
Kinan.
Kinan menggeleng pelan.
Nggak ada, Mas, jawabnya
dengan suara pelan, hampir
seperti bisikan.
….
Aryo tersenyum.Kamu
sudah makan siang? tanyanya
lagi, memastikan.
Kinan menggeleng sekali
lagi. Belum, aku tadi ke sini
karena ingin ngajak Mas Aryo
makan siang, ucapnya,
meskipun suaranya mulai
melemah. Rasa kantuk
menyerangnya dengan cepat,
efek dari kelelahan setelah
aktivitas intens mereka tadi.
Tidurlah. Aku akan
memesankan makanan
untukmu. Nanti aku bangunkan
,ujar Aryo lembut.
Kinan tidak menjawab lagi.
Matanya perlahan terpejam,
tubuhnya menyerah pada rasa
lelah. Aryo memperhatikan
wajahnya yang damai, lalu
menarik selimut untuk
menutupi tubuhnya. Ia
membungkuk, mengecup
kening istrinya sebelum
melangkah pergi.
Sejak usia kandungannya
memasuki lima bulan, Kinan
memang jadi lebih mudah lelah
dan sering mengantuk. Aryo
memahaminya, dan selalu
memastikan istrinya
mendapatkan waktu istirahat
yang cukup.
Setelah memastikan Kinan
nyaman, Aryo masuk ke kamar
mandi untuk membersihkan
diri dan berganti pakaian. Air
dingin menyegarkan tubuhnya,
mengembalikan fokusnya pada
pekerjaan yang menumpuk.
Selesai bersiap, ia kembali ke
ruang kerjanya.
Sebelum melanjutkan
pekerjaannya, Aryo
menghubungi Fiko, asisten
kepercayaannya. Fiko, tolong
belikan makanan untuk Kinan
di restoran langgananku. Aku
akan memberikan daftar
makanan apa saja yang harus
kamu beli. Antar langsung ke
ruangan saya, jika sudah datang
, katanya.
Baik, Pak Aryo, jawab Fiko
sigap.
Aryo menutup telepon dan
melanjutkan pekerjaannya.
Meski sibuk, pikirannya tetap
pada Kinan. Ia ingin
memastikan istrinya tidak
hanya merasa aman, tetapijuga
selalu tercukupi asupan gizinya,
terutama selama masa
kehamilannya.
..
Tak berapa lama kemudian,
Fico datang membawa makanan
pesanan Aryo. Dia
meletakkannya di meja kerja
Aryo. Setelah itu, Fico keluar
dari ruangan tanpa banyak
bicara. Aryo pun segera masuk
ke kamar untuk
membangunkan Kinan.
Bangunlah Kinan, kamu
harus makan dulu, ucap Aryo
lembut sambil membelai wajah
Kinan.
Kinan membuka matanya
perlahan dan menatap Aryo.
Iya, Mas, jawabnya, lalu
bangkit dan duduk. Namun,
matanya masih terlihat kantuk.
Bajuku di mana, Mas?
tanya Kinan, menyadari dia
sekarang masih dalam keadaan
polos.
Oh, bajumu masih di luar.
Sebentar, aku ambilkan, jawab
Aryo sambil melangkah keluar
kamar untuk mengambil baju
Kinan yang tergeletak di meja
kerja. Namun, saat membuka
pintu, Aryo terkejut melihat
Juan sudah berada di
ruangannya.
Juan, kapan kamu datang?
tanya Aryo.
Juan tersenyum tipis. Baru
saja. Dari tadi aku mengetuk
pintu, tapi tidak ada jawaban.
Jadi, aku langsung masuk saja.
Asistenmu bilang kamu ada di
dalam.
Aryo hanya mengangguk
kecil sambil mengumpulkan
baju Kinan. Namun, Juan yang
memperhatikan baju-baju itu
hanya tersenyum penuh arti.
Sepertinya habis ada
perang’ di kantor ini, ya?goda
Juan
..
Aryo tidak menanggapi. Dia
segera kembali ke kamar,
menyerahkan baju pada Kinan,
dan menyuruhnya segera
berpakaian. Setelah itu, Kinan
masuk ke kamar mandi untuk
membersihkan diri. Sementara
itu, Aryo tersenyum kecil
melihat Kinan dalam keadaan
polos seperti itu. Milik Aryo
berdenyut pelan, mengingat
percintaan mereka beberapa
saat tadi.
Aryo lalu memutuskan
keluar dari kamar dan
menemukan Juan masih
menunggu di ruangannya. Ada
apa? Tumben kamu ke sini,
tanya Aryo.
Aku ke sini untuk
menjemput Runa, tapi
sepertinya dia masih di
perpustakaan mencari buku. Ibu
menyuruhku mengantarnya
membeli cincin pertunangan,
jawab Juan santai.
Aryo menatap Juan dengan
alis terangkat. Jadi, kalian akan
bertunangan sebentar lagi?
Juan mengangguk kecil.
Iya. Aku tidak punya pilihan
lain.
Aryo tertawa kecil. Kau
akan merasakan kehidupan
yang sesungguhnya setelah
menikah.
…
Juan menghela napas
panjang. Itu menurutmu. Tapi
bagiku menikah itu rumit.
Banyak masalah. Setelah
menikah, kita tidak akan bebas
pergi ke mana pun dan dengan
siapa pun, karena pasti ada yang
marah dan bawel.
Aryo tersenyum mendengar
keluhan Juan. Tunggu saja
sampai kau menikah.
Pandanganmu pasti berubah.
Di tengah percakapan itu,
Kinan keluar dari kamar,
mendekati Aryo, dan mencium
pipinya. Mas Juan, menikah itu
memang hanya satu persen
enaknya, dan 99 persen… enak
banget!goda Kinan sambil
tertawa.
Kinan kemudian berkata
dengan serius, Memangnya
Mas Juan nggak mau merasakan
bahagianya setiap bangun tidur
melihat wanita yang kamu
cintai berbaring di sampingmu?
Atau saat sakit, ada yang
merawatmu dengan penuh
perhatian? Dan saat dikelilingi
anak-anak kecil yang cantik dan
tampan, bukankah itu
kebahagiaan yang tak
tergantikan?
Juan hanya mendengus
tanpa menjawab. Dia tidak
pernah memikirkan kehidupan
berkeluarga karena merasa itu
hanya akan merepotkan.
Aryo kenmudian mengambil
makanan yang dibawa Fico tadi
dan menyerahkannya pada
Kinan. Kinan memandangnya
bingung. Loh, kok cuma satu,
Mas? Mas Aryo nggak makan?
Aryo menggeleng. Aku
sudah kenyang. Tadi aku sudah
makan sushi yang kamu belikan
Sushi? tanya Kinan
bingung. Sushi apa, Mas? Aku
baru tahu Mas Aryo suka sushi.
Aryo terdiam,
mengingat-ingat. Memang
benar, selama menikah, dia
tidak pernah makan sushi
bersama Kinan. Lalu siapa yang
mengirimkan sushi itu? Berapa
hari ini, ada kurir yang selalu
nganter makanan buat aku. Dan
hari ini, aku dapat kiriman
Sushi. Kukira itu dari kamu
Kinan.
…
Kinan ikut bingung. Mas
Aryo, aku nggak pernah ngirim
makanan untuk Mas. Kalau pun
aku beliin makanan, pasti aku
anter kesini sendiri, ngapain
lewat kurir.
Juan yang mendengar
percakapan mereka ikut
menyahut. Maksudmu,
beberapa hari ini kamu sering
mendapat kiriman makanan
dari orang yang nggak dikenal?
Aryo mengangguk. Dia
mengambil beberapa kertas
kecil dari mejanota dengan
gambar bunga biru-dan
menunjukkan pada Kinan.
Kurir itu bilang dari mahasiswi
dikampus ini. Dan dia selalu
memberikan note dengan
gambar bunga biru kesukaan
Kinan. Makanya aku kira dari
Kinan.
Ini bukan dariku, Mas. Lagi
pula ini bukan tulisanku, tegas
Kinan.
Juan bertanya, Sejak kapan
kamu dapat kiriman seperti ini?
Aryo berpikir sejenak.
…
Semingguan ini. Tapi dulu,
beberapa bulan yang lalu, aku
juga sempat dapat kiriman
barang dan makanan tanpa
nama. Waktu itu, aku tidak
terima karena tahu itu pasti dari
salah satu mahasiswi di sini
yang menyukaiku. Tapi bebrapa
bulan belakangan berhenti, dan
baru seminggu inimulai lagi.
Aryo memandang Kinan
dan Juan bergantian. Siapa yang
mengirimkan makanan itu, dan
apa tujuannya?
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts