JANGAN OM (PART18)
Isi Postingan:
JANGAN OM PART18
…CERITADEWASA…
.
.
.
Aryo menatap Kinan
dengan pandangan yang masih
dipenuhi gairah setelah ciuman
panas yang baru saja mereka
bagi. Tapi harapannya tiba-tiba
sirna ketika Kinan berkata
pelan, Maaf Mas, tapi aku
belum siap.
Aryo lalu melepaskan Kinan
dan mengusap wajahnya kasar,
Sampai kapan Kinan? Ucap
Aryo frustasi.
Maaf Mas, jawab Kinan
sambil menunduk takut, seakan
mengerti kekecewaan Aryo.
Aryo hanya bisa mendsah
kecewa. Dengan enggan, dia
berbalik dan berjalan menuju
kamar mndi. Dalam hati, dia
bergumam, Sial, aku ini punya
dua istri. Kenapa masih harus
main sendiri?
..
Suara dsahan pintu kamar
mandi tertutup, membuat
Kinan merasa bersalah pada
Aryo. Tapi apa boleh buat, dia
masih trauma membayangkan
rasa sakitnya saat Aryo
memaksanya dulu.
Setelah kejadian penolakan
tadi, Aryo masih tampak
murung. Sejak sore, ia
mengurung diri di ruang
kerjanya, tenggelam dalam
diam dan ketidakpuasan.
Bahkan saat masuk jam makan
malam pun, Aryo masih
mengurung dirinya di ruang
kerjanya.
Tuan Aryo kemana?
Tumben nggak ikut makan
malam tanya Mbok Sumi
keheranan, pasalnya Aryo tidak
pernah melewatkan makan
malam sebelumnya.
lalu Kinan pun
mengarahkan pandangannya
kepada Mbok Sumi yang berada
di dapur, nggak tahu Mbok,
kayaknya masih di ruang
kerjanya.
Oh….begitu?
tumben-tumbenan Tuan Aryo
nggak makan malam. Mbak
Sumi sedikit mengkhawatirkan
Aryo.
…
Kinan, yang juga merasa
heran dengan sikap Aryo,
memutuskan membuatkan
secangkir kopi untuk suaminya,
berharap itu bisa memperbaiki
suasana.
Dengan hati-hati, Kinan
mengetuk pintu ruang kerja
Aryo. Mas, boleh aku masuk?
tanyanya lembut.
Aryo melirik kearah pintu
sekilas, lalu menjawab singkat,
Masuklah.
Kinan membuka pintu dan
melangkah masuk, lalu
meletakkan secangkir kopi di
meja kerja Aryo. Ini aku
buatkan kopi, Mas, ucapnya
sambil tersenyum, berharap
bisa mencairkan suasana. Tapi
Aryo hanya bergumam singkat
tanpa mengalihkan
pandangannya dari layar laptop.
Kinan tetap berdiri di depan
Aryo, merasa ada yang perlu
dijelaskan atau diperbaiki. Aryo
meliriknya dengan tatapan
datar, kemudian berkata, Apa
lagi?
Kinan tergagap, sedikit
canggung. Enggak… enggak ada
apa-apa, Mas, jawabnya dengan
suara pelan. Kalau begitu, aku
keluar dulu, lanjutnya.
Aryo tidak berkata apa-apa,
kembali menatap layar
komputernya, meninggalkan
Kinan yang hanya bisa
menghela napas kecil sebelum
beranjak keluar dari ruangan.
…
Sejak pagi, wajah Aryo
terlihat semakin ditekuk dan
dingin. Kinan yang biasanya
berbagi obrolan hangat dengan
suaminya hanya bisa diam, tak
berani bertanya. Sepanjang
perjalanan menuju kampus,
keheningan menyelimuti
mereka. Ketika tiba di depan
kampus, Kinan pun berpamitan,
namun Aryo hanya berdeham
pelan, tanpa sepatah kata pun
sebagai balasan.
Suasana dingin Aryo
rupanya tak berhenti di situ. Di
ruang kelas, sosok Pak Aryo
yang dikenal tegas tapi tak
sampai menakutkan, kini
terlihat tatapannya begitu tajam
dan menyeramkan, bak
Harimau yang siap menerkam
mangsanya. Tiba-tiba saja, Aryo
memberikan kuis mendadak
yang membuat mereka semakin
ketar-ketir.
….
Pak Aryo kenapa sih?
Mukanya seram banget hari ini,
bisik salah satu mahasiswa pada
temannya. Biasanya juga jutek,
tapi hari ini lebih seram dari
biasanya.
Iya, mana pagi-pagi dikasih
kuis lagi! Baru lihat mukanya aja
udah bikin jantungan, sahut
temannya dengan nada cemas.
Ada masalah hidup apa sih,
Pak Aryo? Perasaan sering
banget nyiksa kita, tambah
mahasiswa lain, setengah
bercanda namun penuh
kekhawatiran. Tanpa mereka
ketahui, bahwa masalah hidup
dosen di depannya itu adalah
teman mereka sendiri, Kinan.
Kinan, yang ikut berada di
ruangan, hanya bisa mendengar
bisikan-bisikan itu dalam diam.
Dari tempat duduknya, ia
memperhatikan suaminya yang
berdiri di depan kelas,
memberikan soal kuis sambil
menatap para mahasiswa
dengan wajah dingin, tanpa
banyak bicara. Tidak biasanya
Aryo membawa suasana hati
seperti ini ke kelas.
….
Saat waktu istirahat tiba,
Kinan menuju kantin bersama
teman-temannya, Fuji dan Sally.
Kebetulan, mereka bertiga
sudah menyelesaikan semua
kelas untuk hari itu, tapi seperti
biasa, mereka memilih untuk
bersantai dulu di kantin.
Maaf, aku telat. Soalnya
tadi pelajaran Pak Roni molor,
kata kinan sambil tersenyum
kecil.
Enggak apa-apa, sini duduk,
Kinan, jawab Sally sambil
menepuk kursi kosong di
samping Fuji. Kinan pun duduk
di sebelah mereka.
Guys, udah pada denger
gosip terbaru belum? tanya Fuji
dengan nada bersemangat.
Gosip apaan? Sally
langsung penasaran.
Itu, si Salsa sama Nina tadi
pagi dipanggil ke kantornya Pak
Aryo. Katanya mereka diskors,
bahkan si Salsa diancam bakal
dikeluarin dari kampus!
ungkap Fuji, matanya berbinar
penuh antusias.
Ah, yang bener? Kok bisa
sampai segitunya? tanya Sally
dengan nada tak percaya.
Emang mereka ngelakuin
kesalahan apa sih, sampai bisa
mau dikeluarin dari kampus?
Fuji mendekatkan suaranya
sambil berkata, Denger-denger
sih, mereka ngerjain mahasiswi
baru kemarin. Sampai dikunci
di dalam gudang. Makanya Pak
Aryo marah banget.
Wah, keterlaluan sih kalau
sampai begitu. Ngerjain
mahasiswi baru aja udah nggak
bener, apalagi sampai ngunciin
di gudang belakang kampus
kayak gitu, sahut Sally dengan
nada tak percaya.
….
Kinan, yang sejak tadi
mendengarkan percakapan itu
dengan serius, langsung
membelalakkan matanya. Jadi
mereka yang kemarin ngunciin
aku digudang, batin Kinan
Kinan berpura-pura tidak
tahu, padahal dalam hati ia
masih bingung mengapa Salsa
dan Nina bisa tega berbuat
begitu. Salsa dan Nina, kenapa
bisa sampai berbuat seperti itu?
tanyanya dengan nada
penasaran.
Nggak tahu juga sih
pastinya, jawab Fuji sambil
mengangkat bahu. Katanya sih,
Salsa tuh cemburu gara-gara si
Ketua BEM, si Niko yang
gantengnya pas-pas an itu,
ngajak ngobrol mahasiswi baru.
Dasar aneh tuh Salsa, cuma
karena diajak ngobrol doang
sampai tega ngerjain kayak gitu,
sahut Sally, geleng-geleng
kepala. Dia nggak tahu apa
kalau gudang belakang tuh
serem, banyak hantunya.
Sally kemudian menatap
Kinan. Eh, kamu sendiri
kemarin ke mana, Kin? Kok
dicari-cari nggak ada? Bahkan
Pak Aryo sampai neleponin Fuji,
katanya ponselmu ketinggalan
di ruang kelas.
…
Fuji yang mendengar itu
langsung teringat sesuatu. Loh,
bukannya kamu kemarin bilang
kalau terkunci di gudang?
Jangan-jangan, kamu yang
dikunciin sama Nina dan Salsa
di gudang kemarin?
Mendengar itu, Kinan
hanya terdiam, tapi akhirnya
menganggukkan kepala pelan.
Iya, kemarin aku yang dikunciin
sama Salsa dan Nina di gudang.
Padahal aku beneran nggak
kenal sama mereka. Aku juga
nggak tahu salahku apa sampai
mereka tega ngunciin aku di
situ, ucap Kinan dengan wajah
kesal. Mana gudangnya sumpek,
penuh debu… dan sumpah,
horror banget! lanjutnya,
mengingat kembali ketakutan
yang ia rasakan saat terkunci
sendirian.
Fuji dan Sally saling
pandang, terlihat terkejut
sekaligus kasihan. Wah, gila sih
mereka sampai berbuat kayak
gitu. Nggak heran Pak Aryo
marah, gumam Sally.
….
Setelah puas mengobrol
dengan, Kinan pun
memutuskan untuk pamit
pulang kepada Fuji dan Sally. Ia
segera menghubungi sopirnya,
Pak Danang, untuk
menjemputnya di kampus
karena merasa malas bertemu
dengan Aryo. Begitu tiba di
rumah, Kinan langsung menuju
kamar, mndi, dan merebahkan
tbuhnya di kasur. Tak butuh
waktu lama, ia pun terlelap.
Dalam tidurnya, Kinan
merasakan ada sesuatu yang
menindih tbuhnya. Saat ia
menoleh ke belakang,
dilihatnya Aryo sudah tertidur
pulas sambil memeluknya.
Kinan membangunkan Aryo
pelan karena melihat langit di
luar sudah gelap. Mas, bangun,
udah malam. Mandi dulu gih,
ucapnya, menyadari Aryo masih
mengenakan pakaian yang ia
pakai ke kampus tadi pagi.
Dengan suara berat, Aryo
bertanya pelan, Jam berapa
sekarang?
Kinan mengambil
ponselnya yang terletak di meja
samping tempat tidur. Udah
jam setengah tujuh, Mas.
Bangun dulu, mandi. Nanti
kemalaman lho.
Aryo membuka matanya
sedikit. Malas ah, nggak mau
mandi, gumamnya, setengah
bercanda.
Mas Aryo bau, tau, canda
Kinan sambil menutup
hidungnya. Padahal, Aryo
sangat wangi, bahkan parfum
yang dipakainya dari pagi pun,
masih melekat di pakaiannya.
Aryo mengangkat alisnya,
tersenyum tipis. Yaudah,
mandiin kalo gitu.
Emang Mas Aryo bayi,
minta dimandiin? sungut
Kinan.
Ya nggak apa-apa kan,
sekali-kali. Lagian kamu istriku,
jawab Aryo sambil
mengedipkan mata.
Kinan tertawa kecil.
Yaudah, aku siapin air mandi aja
ya, buat Mas Aryo berendam.
Biar badannya rileks, nggak
marah-marah terus.
Emang kapan aku marah?
tanya Aryo, terlihat penasaran.
Dari tadi pagi, Mas Aryo
cemberut terus. Mahasiswa di
kampus pada takut, tahu, lihat
Mas yang mukanya serem
begitu.
Biarin aja, Aryo hanya
menjawab singkat.
Kinan menggelengkan
kepala sambil mendengus pelan,
malas menanggapi Aryo yang
tampak cuek. Ia pun bergegas ke
kamar mandi, menyiapkan air
hangat untuk berendam
suaminya, berharap suasana
hati Aryo bisa lebih baik setelah
berendam.
…
Saat Aryo masuk ke kamar
mandi dan mulai membuka
pakaiannya, Kinan yang masih
menuangkan sabun ke bathtub
sedikit terkejut dengar
kehadirannya. Udah siap, Mas,
airnya kalau mau berendam,
ucap Kinan sambil menoleh.
Namun, tanpa peringatan,
Aryo menarik tangannya dan
membawanya masuk ke dalam
bathtub bersamanya. Kinan
menjerit kecil, tubuhnya
langsung basah terkena air
hangat. Mas Aryo! Apa-apaan
sih? Aku kan udah mndi! seru
Kinan marah dan protes kepada,
Aryo.
Aryo hanya tersenyum jahil.
Temani aku berendam,
sebentar aja, ucapnya lembut.
Kinan menghela napas
psrah, namun tak bisa
menahan senyumnya. Ia pun
akhirnya melepaskan pakaian
yang tersisa dan bergabung
dengan Aryo di dalam bathtub.
Di sana, mereka berdua duduk
berendam dalam kehangatan air,
menikmati momen
kebersamaan yang intim ini.
…
Mas, Kinan boleh nanya
nggak? tanya kinan dengan
nada ragu.
Nanya apa? jawab Aryo,
matanya masih terpejam
menikmati air hangat.
Tapi… jangan marah ya,
Mas! cicit Kinan sambil
mengintip reaksi Aryo.
Hmm, gumam Aryo,
memberi isyarat agar Kinan
melanjutkan pertanyaannya.
Kinan menggigit bbirnya
sebentar, lalu berkata pelan,
Mas Aryo di sini terus, emang
istrinya nggak marah?
Istri?? Bukankah kamu
istriku? tanya Aryo, menggoda
Kinan.
Kinan yang sebel sama Aryo
pun, lalu mencbit pinggang
Arya pelan.Maksudku istri
pertamanya Mas Aryo.
Aryo membuka matanya,
lalu menghela napas pendek.
Enggak, jawabnya singkat.
Masa sih? Kinan semakin
penasaran.
Melihat tatapan Kinan,
Aryo akhirnya memutuskan
untuk menjelaskan. Istriku
sekarang ada di luar negeri.
Kami dulu menikah hanya
karena kesepakatan bisnis.
Kami pun nggak saling
mencintai, jadi kami menjalani
hidup masing-masing, tanpa
mencampuri urusan satu sama
lain.
Kinan mengangguk pelan,
mulai mengerti. Jadi… Mas dan
istri Mas memang dari awal
nggak ada hubungan yang
dekat?
Aryo mengangguk. Ya.
Kami hanya menjalani peran
masing-masing, tanpa ada
ikatan emosi. Makanya, kalau
aku di sini pun, dia nggak
keberatan.
…
Mendengar itu, Kinan
merasa lega tapi juga tak bisa
menyembunyikan sedikit rasa
simpati. Hubungan yang
dijalani Aryo selama ini tampak
jauh dari kata bahagia. Ia pun
sekarang mengerti, betapa
kesepiannya Aryo selama ini.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts