Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

BALADA BESAN DAN MENANTU (PART40)

Posted on June 4, 2025 By admin

BALADA BESAN DAN MENANTU (PART40)

Isi Postingan:

BALADA BESAN DAN MENANTU PART40

…CERITADEWASA..

.

Umi Latifah menunduk, wajahnya tampak

diliputi rasa malu. Saya tidak akan membela

diri, Pak Amat… Saya tahu apa yang kami..lakukan salah. Saya hanya… tidak tahu harus

bagaimana lagi.

Pak Amat

mengangguk pelan, namun

pikirannya dipenuhi oleh pergultan batin. Di

satu sisi, ia merasa iba pada Umi Latifah yang

tampak terjebak dalam situasi yang sulit,

namun di sisi lain, bayangan peristiwa

semalam kembali merasuki pikirannya. Ia

berusaha keras untuk tetap tenang, tetapi

hasrat aneh yang sempat muncul saat mandi

kembali mengganggu benaknya.

.

.

.

Jadi, apa yang ingin Umi bicarakan? tanya

Pak Amat, suaranya mulai goyah.

Umi Latifah mendongak, tatapannya kini lebih

tajam. Saya hanya ingin tahu… apakah Pak

Amat akan memberitahu orang lain tentang

ini?

Pak Amat terkejut dengan pertanyaan itu.

Tidak, Umi. podcast hiburan Itu bukan urusan saya… dan saya

tidak ingin menyebarkan aib orang lain.

Ada kelegaan di wajah Umi Latifah, namun

sekaligus rasa penasaran. Terima kasih, Pak

Amat. Saya harap kita bisa menyimpan ini

sebagai rahasia.

.

.

.

Pak Amat mengerutkan keningnya, matanya

melebar saat mendengar pengakuan Umi

Latifah yang tak terduga. Jadi… kondom itu

milik siapa sebenarnya, Umi? tanya Pak Amat

dengan suara pelan namun sarat rasa

penasaran.

Umi Latifah menunduk malu, wajahnya

memerah, dan suaranya bergetar. Itu… bekas

Pak Sarnu, jawabnya lirih, sambil mengggit

bbirnya, jelas terganggu oleh pengakuannya

sendiri.

Pak Amat makin terperanjat.

menatap tajam ke arah Umi Latifah, tapi

pikirannya bergolak. Pak Sarnu? Pemborong

sayuran yang terkenal licik dan mlutnya

kotor? Lelaki yang jauh dari sosok terhormat

dan seringkali membuat masalah di desa?

Kenapa Umi Latifah mau terlibat dengan

seseorang seperti itu?

.

.

Pak Sarnu? Pak Amat mengulang dengan

nada heran, tak bisa menutupi

kekecewaannya. Bukankah dia itu… bajingan?

Umi, kenapa bisa…?

Umi Latifah menghela napas panjang,

wajahnya masih tertunduk. Pak Amat, saya

bukan ingin membela diri. Saya tahu ini salah.

Tapi… Ustad Bidin, suami saya, sudah lama

tidak memberi nafkah batin. Dia lebih sering

tinggal di rumah istri mudanya. Saya merasa…

sendirian.

Pak Amat menghela napas, merasa campuran

antara kemarahan, kebingungan, dan iba. Dia

tidak bisa memahami bagaimana wanita yang

dikenal religius seperti Umi Latifah bisa

terjebak dalam kehidupan yang begitu

bertentangan dengan prinsip-prinsip agama

yang dia jalani. Tapi dia juga tidak bisa

sepenuhnya menyalahkannya. Perasaan sepi,

kurangnya perhatian, dan pengabaian bisa

membuat seseorang rapuh.

mampu

Jadi… Umi melakukan ini karena… Pak Amat

menggantungkan kalimatnya, seolah tak

menyelesaikannya. Namun,

pandangannya yang tajam cukup untuk

memberi isyarat bahwa ia ingin penjelasan

lebih.

.

.

.

Umi Latifah menarik napas panjang, suaranya

bergetar saat menjawab. Saya lemah, Pak

Amat… bisiknya, matanya menerawang

seakan sedang mengingat kembali kesalahan

yang telah ia lakukan. Saya lemah… dan Pak

Sarnu juga Pak Wira, memanfaatkan

kelemahan saya.

Pak Amat terdiam, menatap wanita di

depannya dengan sorot mata yang sulit dibaca.

Bayangan Pak Sarnu, Pak Wira, dan segala

pengkhianatan yang dilakukan oleh Umi

Latifah seolah menjadi beban yang menumpuk

di pikirannya. Ia tak lagi melihat sosok Umi

Latifah yang dulu ia hormati sebagai istri

seorang ustad. Perubahan ini begitu drastis,

seperti ada sisi gelap yang selama ini tak

pernah ia bayangkan.

.

.

.

Umi… Pak Amat akhirnya bersuara, namun

kali ini suaranya terdengar berat dan bergetar,

Saya tidak tahu harus berkata apa. Tapi ini…

ini tidak benar. Ada kekecewaan dan

keheranan yang tak bisa ia sembunyikan,

ia berusaha mengendalikan

namun

perasaannya yang bergolak.

Umi Latifah menundukkan kepala, terlihat

menyesal. Saya tahu, Pak Amat. Saya tahu…

Tapi saya mohon… bantu saya menjaga

rahasia ini. Saya tidak punya siapa-siapa lagi

yang bisa saya percayai. Suaranya pelan,

hampir seperti bisikan, namun penuh dengan

permohonan. Saya takut semuanya hancur

kalau ini terbongkar.

 

.

.

.

NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: BALADA BESAN DAN MENANTU (PART42)
Next Post: BALADA BESAN DAN MENANTU (PART39)

Related Posts

ADIK IPAR PELIPUR LARA(PART30) Kisah Menarik
ADIK IPAR PELIPUR LARA (PART9) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART69) Kisah Menarik
ADIK IPAR PELIPUR LARA (PART24) Kisah Menarik
Tetangga idaman (PART55) Kisah Menarik
TERDIAM DALAM TAKDIR (PART18) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme