BALADA BESAN DAN MENANTU (PART40)
Isi Postingan:
BALADA BESAN DAN MENANTU PART40
…CERITADEWASA..
.
Umi Latifah menunduk, wajahnya tampak
diliputi rasa malu. Saya tidak akan membela
diri, Pak Amat… Saya tahu apa yang kami..lakukan salah. Saya hanya… tidak tahu harus
bagaimana lagi.
Pak Amat
mengangguk pelan, namun
pikirannya dipenuhi oleh pergultan batin. Di
satu sisi, ia merasa iba pada Umi Latifah yang
tampak terjebak dalam situasi yang sulit,
namun di sisi lain, bayangan peristiwa
semalam kembali merasuki pikirannya. Ia
berusaha keras untuk tetap tenang, tetapi
hasrat aneh yang sempat muncul saat mandi
kembali mengganggu benaknya.
.
.
.
Jadi, apa yang ingin Umi bicarakan? tanya
Pak Amat, suaranya mulai goyah.
Umi Latifah mendongak, tatapannya kini lebih
tajam. Saya hanya ingin tahu… apakah Pak
Amat akan memberitahu orang lain tentang
ini?
Pak Amat terkejut dengan pertanyaan itu.
Tidak, Umi. podcast hiburan Itu bukan urusan saya… dan saya
tidak ingin menyebarkan aib orang lain.
Ada kelegaan di wajah Umi Latifah, namun
sekaligus rasa penasaran. Terima kasih, Pak
Amat. Saya harap kita bisa menyimpan ini
sebagai rahasia.
.
.
.
Pak Amat mengerutkan keningnya, matanya
melebar saat mendengar pengakuan Umi
Latifah yang tak terduga. Jadi… kondom itu
milik siapa sebenarnya, Umi? tanya Pak Amat
dengan suara pelan namun sarat rasa
penasaran.
Umi Latifah menunduk malu, wajahnya
memerah, dan suaranya bergetar. Itu… bekas
Pak Sarnu, jawabnya lirih, sambil mengggit
bbirnya, jelas terganggu oleh pengakuannya
sendiri.
Pak Amat makin terperanjat.
menatap tajam ke arah Umi Latifah, tapi
pikirannya bergolak. Pak Sarnu? Pemborong
sayuran yang terkenal licik dan mlutnya
kotor? Lelaki yang jauh dari sosok terhormat
dan seringkali membuat masalah di desa?
Kenapa Umi Latifah mau terlibat dengan
seseorang seperti itu?
.
.
Pak Sarnu? Pak Amat mengulang dengan
nada heran, tak bisa menutupi
kekecewaannya. Bukankah dia itu… bajingan?
Umi, kenapa bisa…?
Umi Latifah menghela napas panjang,
wajahnya masih tertunduk. Pak Amat, saya
bukan ingin membela diri. Saya tahu ini salah.
Tapi… Ustad Bidin, suami saya, sudah lama
tidak memberi nafkah batin. Dia lebih sering
tinggal di rumah istri mudanya. Saya merasa…
sendirian.
Pak Amat menghela napas, merasa campuran
antara kemarahan, kebingungan, dan iba. Dia
tidak bisa memahami bagaimana wanita yang
dikenal religius seperti Umi Latifah bisa
terjebak dalam kehidupan yang begitu
bertentangan dengan prinsip-prinsip agama
yang dia jalani. Tapi dia juga tidak bisa
sepenuhnya menyalahkannya. Perasaan sepi,
kurangnya perhatian, dan pengabaian bisa
membuat seseorang rapuh.
mampu
Jadi… Umi melakukan ini karena… Pak Amat
menggantungkan kalimatnya, seolah tak
menyelesaikannya. Namun,
pandangannya yang tajam cukup untuk
memberi isyarat bahwa ia ingin penjelasan
lebih.
.
.
.
Umi Latifah menarik napas panjang, suaranya
bergetar saat menjawab. Saya lemah, Pak
Amat… bisiknya, matanya menerawang
seakan sedang mengingat kembali kesalahan
yang telah ia lakukan. Saya lemah… dan Pak
Sarnu juga Pak Wira, memanfaatkan
kelemahan saya.
Pak Amat terdiam, menatap wanita di
depannya dengan sorot mata yang sulit dibaca.
Bayangan Pak Sarnu, Pak Wira, dan segala
pengkhianatan yang dilakukan oleh Umi
Latifah seolah menjadi beban yang menumpuk
di pikirannya. Ia tak lagi melihat sosok Umi
Latifah yang dulu ia hormati sebagai istri
seorang ustad. Perubahan ini begitu drastis,
seperti ada sisi gelap yang selama ini tak
pernah ia bayangkan.
.
.
.
Umi… Pak Amat akhirnya bersuara, namun
kali ini suaranya terdengar berat dan bergetar,
Saya tidak tahu harus berkata apa. Tapi ini…
ini tidak benar. Ada kekecewaan dan
keheranan yang tak bisa ia sembunyikan,
ia berusaha mengendalikan
namun
perasaannya yang bergolak.
Umi Latifah menundukkan kepala, terlihat
menyesal. Saya tahu, Pak Amat. Saya tahu…
Tapi saya mohon… bantu saya menjaga
rahasia ini. Saya tidak punya siapa-siapa lagi
yang bisa saya percayai. Suaranya pelan,
hampir seperti bisikan, namun penuh dengan
permohonan. Saya takut semuanya hancur
kalau ini terbongkar.
.
.
.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts