BALADA BESAN DAN MENANTU (PART39)
Isi Postingan:
BALADA BESAN DAN MENANTU PART39
…CERITADEWASA…
Pak Amat menenggelmkan wajahnya ke
dalam kedua tangannya, merasa malu dan
bersalah. Apa yang terjadi denganku?
bisiknya dalam hati, seraya berusaha keras
mengusir perasaan itu. Tapi, semakin keras ia
berusaha, semakin sulit baginya untuk
menghilangkan bayangan tbuh Umi yang
tengah bercinta dengan Pak Wira.
..
..
Kejernihan pikirannya mulai terkikis,
digantikan oleh hawa nfsu yang tak biasa.
Pak Amat tahu ada yang salah. Namun, ia tak
bisa menghentikan arus perasaan itu, seolah
ada kekuatan yang menariknya lebih dalam.
Pak Amat podcast hiburan baru saja keluar dari kamar mndi,
masih dengan handuk yang mellit di
pinggngnya. Tubuhnya masih basah oleh sisa
-sisa air, namun ia tak sempat mengeringkan
diri ketika jntungnya tiba-tiba berdetak
kencang. Dari jendela kaca, ia melihat Umi
Latifah berdiri di depan pintu rumahnya.
Tatapan mata Umi terlihat gugup, namun
tekad kuat tampak jelas di wajahnya.
.
.
.
Mungkin dia sudah mengetuk dari tadi, pikir
Pak Amat. Tanpa pikir panjang, meskipun
masih belum berpakaian, Pak Amat langsung
menemui Umi Latifah di depan pintu. Ada
sesuatu yang ganjil dalam perasaan Pak Amat
-antara kegugupan dan keinginan tak terduga
yang masih tersisa setelah mandi. Namun ia
berusaha untuk mengendalikan diri.
.
.
Assalamu’alaikum, Umi, sapa Pak Amat
dengan suara agak serak. Maaf, saya baru
selesai mandi.
Umi Latifah menatap Pak Amat, sejenak
matanya terhenti di tbuh Pak Amat yang
hanya berbalut handuk. Wajahnya tampak
sedikit tegang, namun ia segera mengalihkan
pandangannya.
Wa’alaikumussalam, Pak Amat, jawabnya
lembut, meskipun ada getar di suaranya.
Maaf ganggu. Saya harus bicara… ada hal
penting yang perlu kita bahas.
.
.
Pak Amat mengangguk. Baik, mari masuk.
Mereka pun berjalan ke dapur, tempat yang
lebih sepi dan jauh dari jangkauan pandangan
luar. Meja makan di dapur menjadi saksi bisu
pertemuan yang entah mengapa terasa sangat
ganjil. Pak Amat masih mengenkan handuk,
sementara Umi Latifah duduk dengan sikap
gelisah. Ada jeda panjang sebelum akhirnya
Umi Latifah berbicara.
.
.
.
Pak Amat, Umi Latifah memulai, suaranya
rendah namun tegas. Saya rasa, kita perlu
bicara tentang… apa yang terjadi belakangan
ini.
Pak Amat menelan ludah, tbuhnya tiba-tiba
terasa panas. Apakah yang akan dibicarakan
Umi Latifah adalah tentang apa yang dia lihat
tadi malam? Atau tentang kndom yang dia
temukan di gubug sawah?
Apa yang Umi maksud? tanya Pak Amat
dengan hati-hati, meskipun ia sudah menduga
arah pembicaraan ini.
Umi Latifah menarik napas dalam-dalam,
tampak berusaha mengumpulkan keberanian.
Saya tahu… mungkin Pak Amat sudah
melihat sesuatu yang seharusnya tidak dilihat.
Pak Amat terdiam, tenggorokannya terasa
kering. Ia tahu Umi Latifah sedang berbicara
tentang hubungan gelapnya dengan Pak Wira.
Di dalam dirinya, perasaan bersalah mulai
muncul lagi, namun bersamaan dengan itu,
ada perasaan aneh yang muncul-perasaan
yang tidak seharusnya ia rasakan terhadap
Umi Latifah.
.
.
.
Saya… semalam memang tidak sengaja
melihat sesuatu, kata Pak Amat perlahan,
mengakui dengan nada berbisik.
Umi Latifah menunduk, wajahnya tampak
diliputi rasa malu. Saya tidak akan membela
diri, Pak Amat… Saya tahu apa yang kami..
.
.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts