Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

BALADA BESAN DAN MENANTU (PART42)

Posted on June 4, 2025 By admin

BALADA BESAN DAN MENANTU (PART42)

Isi Postingan:

BALADA BESAN DAN MENANTU PART42

…Ceritadewasa..

Pak Amat mengepalkan tangannya, mencoba..menenangkan diri. Namun semakin ia

menahan, semakin kuat godaan yang

menghampirinya. Ia tahu, satu langkah saja

menuju rumah Umi Latifah, dan semuanya

bisa berubah. Kehormatan, reputasi, serta

harga diri yang telah ia bangun selama ini

akan runtuh dalam sekejap.

.

.

Ya Allah… bisiknya, nyaris putus asa. Malam

itu, meskipun langit bersinar terang, hati Pak

Amat tenggelam dalam kegelapan yang ia

ciptakan sendiri. Di depan masjid, perang

batin itu semakin tak tertahankan.

Pada akhirnya, dengan langkah perlahan dan

hati-hati, Pak Amat menyusuri jalur yang

jarang dilalui, menghindari pandangan siapa

pun yang mungkin lewat. Jalur sepi itu

membawanya menuju halaman samping

rumah Umi Latifah.

.

.

.

Malam semakin sunyi, hanya suara angin yang

sesekali terdengar menggesek dedaunan.

Hatinya masih diliputi pergolakan, tapi

hasratnya mendorongnya untuk terus maju,

meskipun logika berusaha menghentikannya.

Sesampainya di dekat jendela, Pak Amat

mendekat podcast hiburan dengan pelan. Bayangan di balik

kaca rumah Umi Latifah tampak jelas dari

sudut pandang

tempatnya berdiri. Ia

mengintip melalui celah tirai yang sedikit

terbuka, matanya terpaku pada sosok Umi

Latifah yang duduk di ruang tengah.

Wanita itu terlihat begitu santai, menonton

televisi dengan mengenkan daster tipis.

Rambutnya tergerai leps, dan kaki serta

phanya sedikit terlihat, tak tertutup

sempurna oleh dsternya.

Jantung Pak Amat berdegup

Pandangannya tak bisa lepas dari Umi Latifah

yang tampak begitu berbeda dari sosok yang

biasa ia kenal. Bayangan-bayangan yang

muncul di pikirannya semakin lir, mengingat

percakapan mereka siang tadi dan bagaimana

Umi Latifah seakan-akan mengundangnya

untuk datang.

.

.

.

Keringat dingin mulai membasahi dahinya,

meskipun udara malam terasa sejuk. Ia

berusaha menahan diri, tapi pemandangan di

depannya seolah memanggil-manggil sisi

gelap yang selama ini ia coba redam. Perasaan

bersalah dan hasrat bertarung dalam dirinya.

Napasnya terasa berat, sementara ia terus

mengintip, menyadari betapa rapuh dirinya di

hadapan godaan ini.

Pak Amat menelan ludah,

pikirannya

bercampur aduk antara keinginan dan

ketakutan. Namun, satu hal yang pasti, detik

itu ia tahu bahwa batas yang selama ini ia jaga

dengan susah payah mulai retak.

Pak Amat akhirnya menarik napas panjang,

berusaha menenangkan gejolk yang

berkecmuk di dalam dirinya. Dengan cepat, ia

merapalkan istigfar berulang kali, mencoba

menyingkirkan pikiran-pikiran buruk yang

menguasai benaknya. Tangannya terangkat,

mengusap wajahnya yang mulai memerah

oleh perasaan malu dan ketakutan. Hsrat

yang sempat menggoda kini tertahan oleh

keyakinan dan rasa bersalah yang kembali

menguat.

.

.

.

Setelah beberapa detik yang terasa seperti

selamanya, Pak Amat memutuskan untuk

pulang. Langkahnya berat, seolah setiap inci

tbuhnya ingin kembali ke arah rumah Umi

Latifah, namun sisi lain dari dirinya, yang

masih memegang teguh prinsip, menuntun

untuk segera menjauh.

Kakinya melangkah dengan

lambat,

meninggalkan halaman rumah itu. Hatinya

tetap resah, namun ia tahu, berlama-lama di

sana hanya akan menambah dosa yang

mungkin tak bisa ia hapus.

Sementara itu, di sudut gelap malam, Pak

Wira mengawasi dari kejauhan, senyumnya

tipis namun penuh arti. Ia menggeleng-

gelengkan kepala, seolah puas dengan apa

yang baru saja terjadi. Tangannya mengusap

perlahan cincin di jari manisnya, cincin yang

dulu ia dapatkan dari Mbah Terong.

Kilauan di mata Pak Wira semakin kuat ketika

ia menyadari bahwa apa yang dikatakan oleh

Mbah Terong memang benar-kesaktiannya

bekerja dengan sempurna.

.

.

.

Pak Wira tersenyum miring, bibirnya tertarik

ke satu sisi sementara pikirannya kembali ke

momen ketika Pak Amat mencandainya

tentang impoten. Bagi Pak Amat, mungkin itu

hanyalah candaan biasa, celetukan ringan

sesama lelaki dewasa yang sudah saling

mengenal cukup lama.

Namun bagi Pak Wira, kata-kata itu menancap

dalam seperti duri di hatinya. Setiap ejekan

yang keluar dari mulut Pak Amat kala itu,

meski diselimuti tawa, terasa seperti

penghinaan terhadap harga dirinya.

.

.

NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: BALADA BESAN DAN MENANTU (PART43)
Next Post: BALADA BESAN DAN MENANTU (PART40)

Related Posts

JANGAN OM (PART35) Kisah Menarik
Gua Rahasia Kisah Menarik
JANGAN OM (PART33) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART60) Kisah Menarik
TERDIAM DALAM TAKDIR (PART11) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART25) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme