TERDIAM DALAM TAKDIR (PART17)
Isi Postingan:
TERDIAM DALAM TAKDIR PART17
…Ceritadewasa…
.
.
.
Hari ini adalah pernikahan mbak
Salma dengan Yanto akan
dilangsungkan. Kemarin malam saat
menyusul ke rumah kedua orang
tuannya mas Arman tak mampu
meluluhkan hati mbak Sari agar
menggagalkan perjodohan mbak
Salma dan Yanto.
Aku sempat bersih keras akan
melakukan apa saja agar pernikahan
itu gagal. Namun, mas Arman
melarangku, bahkan kami bertengkar
hebat, lantaran aku yang tetap kekeh
ingin memperjuangkan nasib mbak
Salma, agar tidak menikah dengan
lelaki berengsek itu.
Mas, aku mau ke dalam dulu,
ya? izinku pada mas Arman yang
tengah asyik mengobrol bersama
tamu jauh yang masih saudara.
la hanya mengangguk seraya
memberi izin. Aku melangkah masuk
ingin menemui mbak Salma. Namun,
tak sengaja runguku mendengar
percakapan, antara mbak Sari dan
suaminya.
.
.
.
Aku mendekat, kemudian
menempelkan telinga ke daun pintu
kamar mbak Sari yang menyisakan
sedikit celah.
Aku harus segera ke kantor,
ucap mas Johan pada istrinya.
Kamu mau ngapain ke kantor?
Hari ini pernikahan Salma, dan
rombongan besan sebentar lagi tiba.
Mereka harus tahu bahwa menantu
rumah ini adalah seorang pengusaha
hebat, terang mbak Sari membuatku
muak mendengarnya.
Ada masalah di kantor, pihak
investor dari perusahaan Chandra
akan menarik semua sahamnya!
Biarkan saja, tanpa investor itu
juga, perusahaanmu masih bisa jalan,
kan?
Kau ini tidak tahu apa-apa soal
perusahaan, kerjamu hanya
menghamburkan uang saja. Jadi kau
tak mengerti, ejek mas Johan.
Perusahaan Chandra itu adalah
penanam saham terbanyak di
perusahaanku, sekitar tujuh puluh
persen. Jadi, jika mereka mencabut
sahamnya bisa-bisa kita bangkrut.
Penjelasan mas Johan membuat
mbak Sari terdengar histeris dengan
kata ‘bangkrut’
Alasan apa yang membuat
mereka ingin menarik sahamnya?
tanya mbak Sari.
Menurut mereka bahwa
keuntungan yang di dapatkan dari
perusahaan kita sangat sedikit.
Sombong sekali pimpinannya itu,
siapa namanya? Sandra, ya? ucap
mbak Sari, membuat telingaku panas
mendengarnya. Jika ia tahu aku
adalah putri dari wanita yang dia olok,
sudah pasti Kakak iparku itu akan
merasa takut dan bertekuk lutut di
kakiku.
.
.
.
Namun, aku tak mau mbak Sari
menerimaku karena harta dan
kedudukan. Melainkan karena ia
benar-benar tulus menerimaku apa
adanya.
Mungkin itu akan sangat sulit
bagiku, untuk membuat mbak Sari
membuatnya sadar, tapi sebisa
mungkin aku akan berjuang dengan
prinsipmu ini, di terima dengan tulus
sebagai Lilis wanita miskin.
Lilis! suara ibu mengejutkanku
dari belakang. Aku menoleh dan saat
ibu akan kembali membuka mulutnya,
lekas kuletakkan jari telunjukku di
depan bibir memberinya kode agar
tidak berisik.
Ibu mengatupkan mulutnya
setelah kuberi kode agar diam.
Kemudian membawa wanita awal
enam puluha itu menjauh dari depan
kamar mbak Sari menuju dapur.
Kamu ngapain, Lis, Di depan
kamar Sari? tanyanya, bingung.
Aku… Itu, enggak
ngapa-ngapain, jawabku tersenyum.
Ibu mertuaku itu mengerutkan
kening, sembari menatapku dengan
tatapan menilai. Seolah berkata aneh.
Ah, iya, Mbak Salma mana, Bu?
tanyaku mengalihkan.
Terdengar helaan napas kasar
dari mulut ibu mertuaku itu, Seolah ia
mencoba melepaskan beban besar,
lalu berucap. Dikamar, lagi di rias. Ibu
enggak tega lihatnya, sejak semalam
mbakmu nangis terus.’
.
.
.
Mata keriput itu mulai di penuhi
kaca-kaca, aku tahu ibu pasti sangat
sedih tak bisa berbuat apa-apa untuk
putrinya.
Kuelus pundaknya seraya
menyalurkan ketenangan, agar ibu tak
terus bersedih. Mungkin inilah takdir
mbak Salma. Sabar dan ikhlas adalah
jalan terbaik.
Setelah ibu terlihat tenang, lantas
aku berpamitan untuk menemui Mbak
Salma, yang kemudian diangguki
olehnya.
Kaki jenjangku melangkah masuk
ke dalam ruangan dengan nuansa
merah jambu dan putih. Di mana
ranjang dengan ukuran king size yang
telah di taburi kelopak bunga mawar
yang bau harumnya tercium hingga
Indera penciuman. Namun, keindahan
kamar ini tidaklah seindah hati
pengantin wanita yang tengah di rias.
Mbak, udah atuh jangan nangis
terus! Ini make up nya jadi enggak
selesai-selesai, protes si perias
wanita bertubuh langsing itu.
Aku menghampiri di mana mbak
Salma berada, dan saat ia melihat
kehadiranku. Tubhnya langsung
menghambur memelkku.
Lis, Mbak enggak mau nikah
sama pria itu, ucapnya terisak.
Kak, biar saya saja yang
melanjutkan, pintaku pada si perias
dengan riasan mencolok itu. lantas ia
memberikan alat Make up nya padaku,
setelah itu keluar dari dalam kamar ini.
.
.
..
Related: Explore more posts