Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

TERDIAM DALAM TAKDIR (PART17)

Posted on June 4, 2025 By admin

TERDIAM DALAM TAKDIR (PART17)

Isi Postingan:

TERDIAM DALAM TAKDIR PART17

…Ceritadewasa…

.

.

.

Hari ini adalah pernikahan mbak

Salma dengan Yanto akan

dilangsungkan. Kemarin malam saat

menyusul ke rumah kedua orang

tuannya mas Arman tak mampu

meluluhkan hati mbak Sari agar

menggagalkan perjodohan mbak

Salma dan Yanto.

Aku sempat bersih keras akan

melakukan apa saja agar pernikahan

itu gagal. Namun, mas Arman

melarangku, bahkan kami bertengkar

hebat, lantaran aku yang tetap kekeh

ingin memperjuangkan nasib mbak

Salma, agar tidak menikah dengan

lelaki berengsek itu.

Mas, aku mau ke dalam dulu,

ya? izinku pada mas Arman yang

tengah asyik mengobrol bersama

tamu jauh yang masih saudara.

la hanya mengangguk seraya

memberi izin. Aku melangkah masuk

ingin menemui mbak Salma. Namun,

tak sengaja runguku mendengar

percakapan, antara mbak Sari dan

suaminya.

.

.

.

Aku mendekat, kemudian

menempelkan telinga ke daun pintu

kamar mbak Sari yang menyisakan

sedikit celah.

Aku harus segera ke kantor,

ucap mas Johan pada istrinya.

Kamu mau ngapain ke kantor?

Hari ini pernikahan Salma, dan

rombongan besan sebentar lagi tiba.

Mereka harus tahu bahwa menantu

rumah ini adalah seorang pengusaha

hebat, terang mbak Sari membuatku

muak mendengarnya.

Ada masalah di kantor, pihak

investor dari perusahaan Chandra

akan menarik semua sahamnya!

Biarkan saja, tanpa investor itu

juga, perusahaanmu masih bisa jalan,

kan?

Kau ini tidak tahu apa-apa soal

perusahaan, kerjamu hanya

menghamburkan uang saja. Jadi kau

tak mengerti, ejek mas Johan.

Perusahaan Chandra itu adalah

penanam saham terbanyak di

perusahaanku, sekitar tujuh puluh

persen. Jadi, jika mereka mencabut

sahamnya bisa-bisa kita bangkrut.

Penjelasan mas Johan membuat

mbak Sari terdengar histeris dengan

kata ‘bangkrut’

Alasan apa yang membuat

mereka ingin menarik sahamnya?

tanya mbak Sari.

Menurut mereka bahwa

keuntungan yang di dapatkan dari

perusahaan kita sangat sedikit.

Sombong sekali pimpinannya itu,

siapa namanya? Sandra, ya? ucap

mbak Sari, membuat telingaku panas

mendengarnya. Jika ia tahu aku

adalah putri dari wanita yang dia olok,

sudah pasti Kakak iparku itu akan

merasa takut dan bertekuk lutut di

kakiku.

.

.

.

Namun, aku tak mau mbak Sari

menerimaku karena harta dan

kedudukan. Melainkan karena ia

benar-benar tulus menerimaku apa

adanya.

Mungkin itu akan sangat sulit

bagiku, untuk membuat mbak Sari

membuatnya sadar, tapi sebisa

mungkin aku akan berjuang dengan

prinsipmu ini, di terima dengan tulus

sebagai Lilis wanita miskin.

Lilis! suara ibu mengejutkanku

dari belakang. Aku menoleh dan saat

ibu akan kembali membuka mulutnya,

lekas kuletakkan jari telunjukku di

depan bibir memberinya kode agar

tidak berisik.

Ibu mengatupkan mulutnya

setelah kuberi kode agar diam.

Kemudian membawa wanita awal

enam puluha itu menjauh dari depan

kamar mbak Sari menuju dapur.

Kamu ngapain, Lis, Di depan

kamar Sari? tanyanya, bingung.

Aku… Itu, enggak

ngapa-ngapain, jawabku tersenyum.

Ibu mertuaku itu mengerutkan

kening, sembari menatapku dengan

tatapan menilai. Seolah berkata aneh.

Ah, iya, Mbak Salma mana, Bu?

tanyaku mengalihkan.

Terdengar helaan napas kasar

dari mulut ibu mertuaku itu, Seolah ia

mencoba melepaskan beban besar,

lalu berucap. Dikamar, lagi di rias. Ibu

enggak tega lihatnya, sejak semalam

mbakmu nangis terus.’

 

.

.

.

Mata keriput itu mulai di penuhi

kaca-kaca, aku tahu ibu pasti sangat

sedih tak bisa berbuat apa-apa untuk

putrinya.

Kuelus pundaknya seraya

menyalurkan ketenangan, agar ibu tak

terus bersedih. Mungkin inilah takdir

mbak Salma. Sabar dan ikhlas adalah

jalan terbaik.

Setelah ibu terlihat tenang, lantas

aku berpamitan untuk menemui Mbak

Salma, yang kemudian diangguki

olehnya.

Kaki jenjangku melangkah masuk

ke dalam ruangan dengan nuansa

merah jambu dan putih. Di mana

ranjang dengan ukuran king size yang

telah di taburi kelopak bunga mawar

yang bau harumnya tercium hingga

Indera penciuman. Namun, keindahan

kamar ini tidaklah seindah hati

pengantin wanita yang tengah di rias.

Mbak, udah atuh jangan nangis

terus! Ini make up nya jadi enggak

selesai-selesai, protes si perias

wanita bertubuh langsing itu.

Aku menghampiri di mana mbak

Salma berada, dan saat ia melihat

kehadiranku. Tubhnya langsung

menghambur memelkku.

Lis, Mbak enggak mau nikah

sama pria itu, ucapnya terisak.

Kak, biar saya saja yang

melanjutkan, pintaku pada si perias

dengan riasan mencolok itu. lantas ia

memberikan alat Make up nya padaku,

setelah itu keluar dari dalam kamar ini.

.

.

..


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: TERDIAM DALAM TAKDIR (PART18)
Next Post: TERDIAM DALAM TAKDIR (PART16)

Related Posts

JANGAN OM (PART20) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART02) Kisah Menarik
ADIK IPAR PELIPUR LARA(PART26) Kisah Menarik
ADIK IPAR PELIPUR LARA (PART2) Kisah Menarik
TETANGGA MENGGODA (PART23) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART19) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme