JANGAN OM (PART59)
Isi Postingan:
JANGAN OM PART59
…
..
.
David mendatangi rumah
Bu Lasmi dengan langkah
mantap sore ini. Ketika sampai,
Bu Lasmi sedang duduk ditaman
belakang, menikmati secangkir
teh hangat dan menyambut
David dengan tatapan datar.
Ada apa, David? Tumben
sekali kamu datang ke sini,
tanya Bu Lasmi dingin, Pasti
ada sesuatu yang penting
sampai kamu repot-repot
menjengukku seperti ini,
lanjutnya dengan nada
sarkastik. Bu Lasmi berkata
seperti itu, karena
keponakannya itu jarang sekali
datang, bahkan sekadar
menanyakan kabar pun jarang.
David tersenyum tipis,
berusaha mengabaikan
sarkasme itu. Jangan bicara
seperti itu, Bibi. Kalau orang
lain mendengar, mereka bisa
berpikir hubungan kita tidak
harmonis. Aku jarang ke sini
bukan karena tak peduli, tapi
karena sibuk di kampus. Aku
begitu mendedikasikan hidupku
untuk memajukan kampus,
ucap David, menonjolkan diri.
…
Bu Lasmi hanya tersenyum
tipis. Oh, begitu? Terima kasih
karena sudah begitu
memperhatikan kampus. Tapi,
rasanya selama ini Aryo yang
selalu membawa prestasi dan
kemajuan, balasnya, sengaja
menyebut nama cucu
kesayangannya, Aryo, yang
selalu menjadi kebanggaannya.
Ucapan itu membuat hati
David panas. Ia merasa semua
kerja kerasnya selama ini tidak
dihargai. Namun, ia menahan
emosinya dan berkata, Aku
tahu Aryo memang sangat
berprestasi. Tidak bisa
dipungkiri, kemajuan kampus
juga berkat usahanya. Tapi saat
ini, sepertinya kehancuran
kampus juga ada di tangannya.
Tatapan Bu Lasmi berubah
tajam. Apa maksudmu, David?
tanyanya tegas.
David tersenyum tipis,
memberikan jeda sebelum
menjawab. Apakah Bibi belum
mendengar gosip yang beredar
di kampus?
Gosip apa? Bu Lasmi
bertanya dengan nada
penasaran, tapi waspada.
Sekarang semua orang
membicarakan bahwa Aryo
berselingkuh dengan seorang
mahasiswi. Katanya, Aryo
berniat menceraikan istri sah
nya demi seorang pelakor,
karena wanita itu hamil anak
haram dari Aryo, ujar David
dengan nada serius.
Mata Bu Lasmi membelalak.
Tangannya mengepal, berusaha
menahan emosi. Itu tidak
benar! Kinan tidak hamil anak
haram. Mereka menikah sudah
hampir setahun dan mereka
menikah, bukan karena
selingkuh, sanggahnya tegas.
David tertawa kecil, sinis.
Bibi bisa berkata begitu, tapi
orang-orang tidak percaya.
….
Kampus sekarang penuh gosip
bahwa Aryo berselingkuh dan
menghamili mahasiswinya.
Reputasi kampus kita hancur,
Bibi.
Bu Lasmi terdiam, tertekan
oleh tuduhan itu. Lalu, apa
yang kamu inginkan, David?
tanyanya akhirnya. Bu Lasmi
tau, David datang bukan karena
ingin menyampaikan gosip itu,
tapi punya tujuan lain.
David tersenyum dingin.
Aku ingin Bibi menurunkan
Aryo sebagai rektor dan
menyerahkan jabatan itu
padaku. Aku lebih pantas
memimpin kampus daripada
dia, ucapnya tanpa basa-basi.
maaf tak ralat ya, kemarin
jabatan Aryo rektor.
Mata Bu Lasmi melotot.
Lancang sekali kamu, David!
Sadarlah akan posisimu.
Kampus itu milikku, aku yang
mendirikannya, dan aku yang
menentukan siapa yang
memimpin. Kamu tidak berhak
mengaturku! katanya tajam.
David membalas tatapan itu
dengan penuh emosi. Aku
punya hak, Bibi! Jangan lupa,
kampus itu dibangun dengan
uang kakek. Jangan anggap
semuanya milikmu sendiri!
Ayahku juga punya hak yang
sama denganmu.
Bu Lasmi tertawa sinis.
Ayahmu? David, jangan lupa,
ayahmu hanya anak angkat. Dia
tidak punya hak warisan atas
apa pun yang dimiliki keluarga
kami. Ayah David begitu
serakah selama ini. Dia ingin
mengusai seluruh aset keluarga
Hermawan, hanya karena dia
anak laki-laki satu-satunya
dikeluarga. Tapi, dia lupa kalau
dia hanya anak angkat.
Pernyataan itu membuat
darah David mendidih.
Tangannya mengepal erat.
Baik, kalau Bibi tidak mau
menyerahkan jabatan itu
padaku, aku akan
menghancurkan Aryo dan
kampus itu, ancamnya, lalu
berbalik meninggalkan rumah
dengan amarah yang membara.
….
Bu Lasmi hanya bisa
menghela napas panjang,
menyadari bahwa ancaman
David bukan selkadar kata-kata.
Setelah bertemu dengan
bibinya dan tidak mendapatkan
apa yang diinginkannya, David
kemudian menghubungi
seseorang dan mengajaknya
bertemu di sebuah restoran.
David menutup pintu ruangan
VIP di restoran itu dengan rapat
ketika Kartika datang,
memastikan privasi mereka
terjaga. Kartika kini sudah
berdiri di hadapannya,
memasang ekspresi setengah
kesal namun penuh rasa ingin
tahu.
Ada apa, David? Kamu
menyuruhku datang kesini
buru-buru, tanya Kartika, nada
suaranya terdengar tegas
namun tetap lembut.
David tersenyum tipis,
melipat tangan di atas meja.
Duduklah dulu Mbak Tika. Ada
hal penting yang perlu kita
bicarakan, katanya serius.
Kartika mengangkat alis,
namun menuruti permintaan
David. Setelah duduk, dia
menatapnya tajam. Sekarang
katakan, apa yang ingin kamu
bicarakan? Aku tidak bisa
lama-lama di sini. Masih banyak
urusan lain yang harus
kuselesaikan.
David menyeringai.
Urusan lain? Maksudmu arisan
sosialitamu itu? Apakah itu
lebih penting dari urusanku?
sindirnya dengan nada
mengejek.
Kartika mendengus,
menahan emosi. Tidak usah
banyak bicara, David. Katakan
saja apa maumu, balasnya
tajam.
David memanggil seorang
pelayan dan memesan minuman
untuk mereka berdua. Setelah
pelayan itu pergi, dia kembali
menatap Kartika dengan serius.
Aku tadi sudah menemui Bibi
Lasmi. Seperti yang kuduga, dia
menolak keinginanku untuk
menurunkan Aryo dari posisi
rektor dan menggantikannya
denganku.
Kartika menyandarkan
tubuhnya ke kursi, menghela
napas kecil sambil mengusap
pelipis. Aku juga sudah
menduganya. Wanita tua
bangka itu terlalu menyayangi
Aryo. Tidak mungkin dia mau
menyingkirkan cucu
kesayangannya begitu saja,
katanya santai, meski ada nada
frustrasi dalam suaranya.
David mengangguk setuju.
99
….
Lalu, apa rencanamu, Mbak?
Apakah kamu akan terus
membiarkan dia memegang
kendali? Kita tahu dia adalah
hambatan terbesar kita,
Kartika tersenyum kecil,
tatapannya menjadi lebih
dingin. Sepertinya kita hanya
punya satu pilihan, David. Jika
Bibi Lasmi terus-menerus
menghalangi jalan kita, maka
kita harus menyingkirkannya.
Dengan begitu, alkan lebih
mudah bagi kita untuk
menguasai seluruh harta
keluarga Hermawan.
99
David terdiam sejenak,
memproses ucapan Kartika.
Kemudian, dia mengangguk
perlahan. Baiklah, aku setuju.
Jika itu satu-satunya cara, aku
akan membantumu.
Kartika tersenyum puas,
menatap David dengan
pandangan penuh arti. Bagus.
Kita akan melakukannya
dengan hati-hati. Tidak boleh
ada kesalahan. Jika rencana ini
berhasil, kita akan
mendapatkan apa yang
seharusnya menjadi milik kita,
ucapnya dengan nada dingin
namun penuh keyakinan.
David meneguk
minumannya, nmencoba
menenangkan debaran
jantungnya. Sore itu, di ruangan
VIP restoran tersebut, rencana
licik mulai dirancang.
Pagi itu, langit cerah, dan
jalanan mulai dipadati oleh
kendaraan. Aryo mengendarai
mobilnya dengan kecepatan
sedang, namun pandangannya
terlihat kosong, dan sesekali ia
menghela napas panjang. Di
sampingnya, Kinan, istrinya,
memperhatikan dengan
saksama.
Mas, ada apa? Dari tadi
kelihatannya kamu gelisah.
Tidak biasanya seperti ini,
tanya Kinan lembut, berusaha
mencari tahu apa yang
mengganggu pikiran suaminya.
….
Aryo melirik sekilas ke arah
Kinan, kemudian mengalihkan
pandangannya kembali ke jalan.
la terdiam beberapa saat
sebelumn menjawab, Entahlah,
Kinan. Perasaanku tidak enak.
Seperti akan terjadi sesuatu.
Nada suaranya terdengar berat,
tidak seperti biasanya yang
penuh keyakinan.
Kinan mengerutkan kening.
Aryo dikenal sebagai pria yang
selalu tenang, bahkan dalam
situasi yang sulit sekalipun.
Namun kali ini, kegelisahannya
begitu nyata.
Mungkin ini efek stres,
Mas, ujar Kinan mencoba
menenangkan. Belakangan ini
kan Mas Aryo banyak
menghadapi masalah. Mungkin
itu yang mengganggu pikiran
Mas Aryo, lanjutnya,
tersenyum tipis untuk
menyemangati suaminya.
Aryo menganggukpelan,
meski tatapannya masih kosong.
Mudah-mudahan seperti
katamu, ini hanya stres. Bukan
firasat buruk, katanya,
mencoba meyakinkan dirinya
sendiri.
Namun, yang sebenarnya
membuat Aryo khawatir adalah
keselamatan Kinan. Belakangan
ini, dia merasa terlalu banyak
tekanan dari berbagai pihak-
gosip yang beredar, konflik
dengan Siska dan ibunya,
hingga beban tanggung jawab
sebagai rektor. Semua itu
membebani pikirannya. Tapi di
atas segalanya, Aryo hanya
ingin Kinan tetap aman.
Jaga dirimu baik-baik, ya,
Kinan, kata Aryo tiba-tiba,
memecah keheningan.
Kinan menatap suaminya
dengan bingung. Kenapa Mas
bicara begitu? Aku kan baik-baik
saja, jawabnya sambil
tersenyum, mencoba mengusir
kekhawatiran Aryo.
….
Aryo tersenyum kecil,
meski hatinya masih diliputi
keresahan. Ia menggenggam
tangan Kinan sejenak sebelum
kembali fokus mengemudi. Pagi
itu terasa lebih sunyi dari
biasanya, seolah ada sesuatu
yang tak terlihat mengintai di
balik ketenangan kampus.
Sesampainya di kampus,
Aryo dan Kinan berjalan
beriringan di area parkir. Belum
jauh mereka melangkah,
seorang wanita muda dengan
penampilan rapi dan wajah
manis menyapa mereka.
Selamat pagi, Pak Aryo, Bu
Kinan, ucap wanita itu dengan
nada sopan.
Kinan mengerutkan kening,
bingung. la menatap Aryo,
mencari penjelasan. Aryo, yang
sudah mnenduga kebingungan
istrinya, hanya tersenyum tipis
dan mengangguk ke arah wanita
tersebut.
Dia Tyas, ujar Aryo
akhirnya, memperkenalkan
wanita itu. Mulai hari ini, dia
akan menjadi bodyguardmu
selama kamu kuliah. Tyas akan
menjadi teman satu kelas, dan
akan selalu ada di dekatmu. Apa
pun yang kamu butuhkan,
jangan ragu untuk meminta
bantuan darinya. Jika ada hal
yang membuatmu tidak
nyaman, katakan langsung
padanya, jelas Aryo dengan
nada tegas.
…..
Kinan menatap Tyas lebih
dekat. Wanita itu terlihat muda,
manis, namun memiliki tatapan
yang tajam. Tyas kemudian
tersenyum ramah dan
memperkenalkan irinya.
Perkenalkan, nama saya
Tyas. Saya ditugaskan oleh Pak
Aryo untuk mengawal Anda.
Jadi, mulai sekarang, saya akan
memastikan Anda selalu aman,9
ucap Tyas sopan.
Kinan terdiam sejenak
sebelum akhirnya tersenyum
tipis. Kalau begitu, terima
kasih, Tyas. Tapi kita akan
menjadi teman sekelas, kan?
Jadi, tidak perlu terlalu formal
seperti itu. Anggap saja aku
temanmu. Berbicaralah santai
dan panggil aku Kinan saja,
supaya orang lain tidak curiga,
kata Kinan ramah.
Tyas mengangguk. Baik,
Kinan. Saya akan melakukan
sesuai perintah darimu,
jawabnya, mulai mengurangi
formalitas seperti permintaan
Kinan.
99
Mereka berdua pun lalu
menuju ruang kelas karena jam
kuliah hampir dimulai. Di
dalam kelas, Tyas memilih
duduk di barisan belakang
Kinan, memastikan dirinya
selalu mengawasi tanpa
menarik perhatian. Di sisi lain,
Kinan duduk bersama teman
barunya, Runa, yang terlihat
antusias menyambut
kedatangan Kinan.
….
Namun, ada satu orang yang
memperhatikan situasi ini
dengan tatapan tidak nyaman-
Rosa. Ia merasa terganggu
melihat Kinan yang mulai akrab
dengan teman-teman barunya,
apalagi sekarang ditambah
kehadiran Tyas yyang selalu
berada di dekat Kinan. Meski
begitu, Rosa memilih untuk
diam dan hanya mengamati
situasi dari kejauhan.
Di tempat lain, Aryo
berjalan dengan langkah tegas
menuju ruang rapat, meskipun
hatinya terasa berat. Pikirannya
dipenuhi berbagai pertanyaan
bagaimana mungkin rapat
dadakan ini diadakan tanpa
persetujuannya? Dan lebih dari
itu, mengapa para investor
kampus juga hadir? Semua ini
membuatnya merasa bahwa ada
sesuatu yang direncanakan di
belakangnya.
Sesampainya di ruang rapat,
Aryo mendapati seluruh
anggota dewan pengawas
kampus sudah duduk rapi,
termasuk beberapa investor
penting. Di sudut ruangan,
David terlihat tersenyunm sinis,
memandang Aryo seolah
mengejek. Aryo tidak
menghiraukannya, memilih
fokus pada rapat ini. Dia
berjalan menuju kursinya
dengan tenang, meski
kegelisahan mulai menyelimuti
dirinya.
Fiko, asisten Aryo,
mendekat dan berbisik pelan.
Pak Aryo, saya mendengar rapat
ini bertujuan untuk membahas
gosip yang beredar tentang
Anda dan Nona Kinan. Saya
harap Bapak tetap tenang dan
tidak terpancing emosi saat
memberikan penjelasan nanti.
Agar mereka tidak punya celah
untuk meyerang anda, ucap
Fiko memperingatkan.
….
Aryo hanya mengangguk
pelan, mencoba mengendalikan
emosinya. Ia tahu ini adalah
ujian besar yang harus
dihadapinya dengan kepala
dingin.
Setelah semua orang
berkumpul, Pak Suryo, ketua
dewan pengawas, membuka
rapat dengan nada resmi.4
Rapat pagi ini diadakan untuk
membahas masalah serius yang
telah mencemarkan nama baik
kampus kita. Gosip tentang
hubungan terlarang antara Pak
Aryo, sebagai rektor, dan salah
satu mahasiswi yang bernama
Kinan, telah menyebar luas di
kalangan kampus. Dan
berpotensi membuat citra
kampus menjadi buruk, ucap
Pak Suryo tegas.
Aryo menatap Suryo tajam,
namun tetap berusaha menjaga
sikapnya. Ia tahu rapat ini
adalah jebakan yang dirancang
untuk menjatuhkannya.
Seorang anggota dewan
pengawas lainnya angkat bicara.
Pak Aryo, kami mendengar
bahwa Anda berselingkuh
dengan mahasiswi Anda sendiri,
bahkan sampai menghamilinya.
Tidak hanya itu, Anda juga
dikabarkan telah menikahinya
secara diam-diam dan berniat
menceraikan istri pertama Anda.
Kami memerlukan penjelasan
Anda terkait tuduhan ini. Jika
benar, ini adalah tindakan yang
tidak pantas dilakukan oleh
seorangpemimpin akademik,
katanya dengan nada
menyudutkan.
Aryo menarik napas dalam,
berusabha menahan amarah. Ia
berdiri dari kursinya dan mulai
berbicara dengan suara tenang
namun tegas. Saya memahami
kekhawatiran Anda semua.
Namun, saya menyangkal keras
tuduhan tersebut. Gosip yang
beredar adalah fitnah yang
sengaja disebarkan untuk
menjatuhkan saya dan
mencoreng nama baik kampus
ini. Kinan adalah istri sah saya
sebelum kuliah disini, jadi saya
tidak berselingkuh dengan
mahasiswi saya sendiri, seperti
yang dikabarkan, jelas Aryo
tegas.
….
Aryo lalu melanjutkan,
66
Saya menikahi Kinan secara sah,
dan hubungan kami sama sekali
tidak melanggar etika atau
aturan kampus. Mengenai gosip
yang menyebutkan bahwa
Kinan hamil sebelum menikah,
itu adalah kebohongan belaka.
Saya siap memberikan bukti dan
dokumen untukmembuktikan
bahwa semua tuduhan ini tidak
benar.
Ruangan menjadi hening
sejenak. Beberapa anggota
dewan tampak ragu, sementara
yang lain masih memandang
Aryo dengan curiga. Di sudut
ruangan, David terlihat
tersenyum kecil, seolah
menikmati situasi tersebut.
Namun, Aryo tidak gentar. la
tahu bahwa kebenaran ada di
pihaknya, dan ia akan melawan
siapa pun yang mencoba
merusak reputasinya.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts