TERDIAM DALAM TAKDIR (PART14)
Isi Postingan:
TERDIAM DALAM TAKDIR PART14
…Ceritadewasa…
.
..
…
….
Kuhempskan punggung pada
sandaran jok mobil penumpang, lantas
menghela napas lega, setelah
memastikan jika beberapa pria itu tak
mengejar kami lagi.
Aku menoleh pada Sila yang
masih terlelap di sampingku, Jika tahu
ibunya habis lari maraton, ia bisa
tertawa girang melihat hal yang belum
pernah kulakukan di depannya, apalagi
mas Arman ia pasti tak percaya jika
melihat istri lembutnya ini menjadi
bar-bar.
Apa yang telah terjadi? tanya
Danu tanpa menoleh, pria itu fokus
menyetir dan sesekali menatap ke
arah belakang lewat spion.
Tadi, kami di kejar para
berandal, jawabku pura-pura cuek.
Aku tahu! Tapi ada masalah apa
sampai kau di kejar seperti ini, dan ..
siapa dia?
Pertanyaan Danu membuat mbak
Salma menoleh padaku. Sorot
matanya menyiratkan jika ia malu
dengan peristiwa yang menimpanya
tadi.
Dia Kakak iparku, jawabku
singkat.
Lantas podcast hiburan kenapa dia berada di
tempat seperti itu? tanyanya lagi
seperti merendahkan. Tentu saja
membuat mbak Salma tambah minder
dan takut. Terlihat dari raut wajahnya
yang terlihat sendu.
Ada sedikit masalah, jawabku.
Sudahlah kau jangan banyak tanya,
menyetir saja dengan benar!
sergahku, mmbuat lelaki itu terdiam.
Lagi pula apa sih urusannya,
pekerjaan dia hanya mengantarku hari
ini, tidak harus ikut campur masalah
pribadiku.
.
.
.
Beberapa menit kemudian, aku
memergoki Danu yang tengah curi-curi
padang pada mbak Salma yang
tengah terpejam.
Aku sengaja berdehem, dan itu
membuat Danu buru-buru
memfokuskan tatapannya kembali ke
depan.
..
Kenapa Lis? tanya mbak Salma
yang sepertinya ia juga kaget. Aku
menoleh lantas tersenyum pada
perempuan cantik di sebelahku ini.
Enggak apa-apa Mbak, cuman
tadi ada kecoak yang diam-diam curi
pandang, jawabku asal.
Terlihat mbak Salma
mengerutkan keningnya, lalu menoleh
pada spion di depan, dan kulihat
tatapannya bersiborok dengan mata
tajam Danu.
Aku berdehem kembali dan
pura-pura memejamkan mata sambil
menahan tawa.
Kuintip mbak Salma yang salah
tingkah, lalu ikut menyandarkan
punggungnya kembali di sampingku.
.
.
.
Tiba di rumah dengan berjalan
kaki, kulihat mas Arman sudah
menungguku di teras, ia terlihat
tengah bertelepon dengan seseorang.
Saat mendengar salam dariku
dan mbak Salma, mas Arman menoleh
dan mengerutkan kening heran,
kenapa kakaknya bisa bersamaku.
Lis, Mbak? Kok …. tanyanya
yang Kuabaikan begitu saja. Bukan
karena tidak sopan. Namun, membuat
mbak Salma rileks dulu adalah yang
lebih utama.
Setelah Kaka iparku itu tenang,
barulah akan aku ceritakan semua
peristiwa tadi yang hampir saja
membuat mbak Salma kehilangan
harga dirinya sebagai wanita
baik-baik.
Setelah memastikan mbak Salma
sudah tenang, kami pun
menginterogasi beliau. la bercerita
sambil terisak. Sungguh keterlaluan
mbak Sari dengan gampangnya ia
menjodohkan adiknya dengan pria
brengsek itu. Hanya dengan
diming-imingi mahar ratusan juta,
lantas ia mempercayakan perempuan
yang bernasib malang ini pada pria
berandal itu. Sungguh membuatku
semakin emosi jika mengingat
kelakuan mbak Sari yang seperti itu.
Kenapa mbak diam saja?
Seharusnya mbak Salma menolak
perjodohan itu, ucap mas Arman.
Mbak enggak bisa
menolaknya… Mbak takut dengan
Mbak Sari, lagi pula apa yang di
katakannya memang benar adanya,
mungkin hanya dengan menuruti
semua kemauannya, kita bisa bebas
dari hutang budi itu, terang wanita
lemah lembut di hadapanku ini, pantas
ia terisak.
.
.
.
Aku menglus pundaknya seraya
menyalurkan ketenangan agar ia kuat
menghadapi masalah ini.
Ah, iya, sebaiknya Mbak pulang
sekarang, khawatir nanti mbak Sari ke
sini dan marah sama kamu, karena
sudah menolong mbak, ucapnya
hendak berpamitan.
Sebaiknya Mbak jangan pulang
dulu, Mbak Sari pasti akan membawa
mbak pada pria itu kembali. Apalagi
jika ia tahu bahwa pria itu cedera,
cegahku.
Tapi, Lis. Jika Mbak masih di sini,
justru nanti Mbak Sari akan
memarahimu. Biarlah Mbak kembali,
nanti Mbak akan bilang pada Mbak
Sari jika mbaklah yang telah melukai
pria itu.
Kuhela napas panjang dan
mengeluarkannya perlahan. Aku
sudah dapat memprediksi hal itu akan
terjadi. Namun, yang aku takutkan
adalah kondisi mbak Salma nantinya.
Mbak Sari sudah pasti akan
membawa adiknya ini kembali pada
pria brengsek itu.
Mbak Salma, enggak usah
menghawatirkan Lilis, aku bisa
menghadapi mbak Sari, jika nanti dia
marah atau menyerangku, kataku
menenangkan.
Nanti biar aku yang bicara pada
mbak Sari, agar tak menjodohkanmu
dengan pria brengsek itu! sela mas
Arman tiba-tiba. Tangannya mengepal,
wajahnya terlihat merah padam,
seraya menahan kekesalan pada
kakak tertuanya itu.
.
.
.
Tiba-tiba terdengar gedoran pintu
yang membuat kami saling
berpandangan, heran malam begini
siapa yang bertamu? Mas Arman
gegas membukanya.
Terlihat mbak Sari berdiri di
ambang pintu bertolak pinggang,
mukanya terlihat marah-matanya
melotot ke arah mbak Salma yang
mulai ketakutan.
Lantas mbak Sari menerobos
masuk ke arah kami yang masih
duduk di atas tikar, ia menarik tangan
mbak Salma dan menyeretnya.
Aku menghadang aksinya berdiri
tepat di depan mbak Sari. Tidak akan
aku biarkan wanita galak ini
membawa mbak Salma dan
menyerahkannya pada prayang
hampir melakukan pelechan
terhadapnya.
.
.
Minggir! teriaknya.
Aku terdiam tak bergerak sedikit
pun dari hadapannya. Lantas ia
mengangkat tangannya hendak
menamparku. Namun, lengannya
dicekal oleh mas Arman.
Jangan coba-coba menyentuh
istriku! tekannya.
Berani kamu sama kakakmu,
Hah! mbak Sari melepaskan cekalan
tangan dari mas Arman.
Aku tidak akan membiarkan
siapa saja melukai istriku!
Ajari istrimu agar tidak ikut
campur urusanku!
Bukan hanya istriku, aku pun
akan ikut campur, jika menyangkut
mbak Salma, karena ia adalah
kakakku!
Kurang ajar! Kau berani
melawanku, setelah apa yang telah
kuberikan padamu? Ingat kau itu hidup
dari hasil jerih payahku, anak bodoh!
ungkap mbak Sari. Sembari menuding
ke wajah mas Arman dan mbak
Salma.
Terlihat mas Arman menahan
marah. Hatinya pasti amat sangat
terluka jika tiap kali mbak Sari
membahas soal balas budi dari kedua
adiknya ini.
Begitu pun mbak Salma dari
wajahnya aku bisa menebak bahwa ia
pun sama terlukanya seperti suamiku.
Matanya tak henti mengeluarkan
cairan bening.
.
.
.
Apa yang kulakukan pada Salma,
ini adalah bagian dari balas budinya.
Mbak Sari kembali mengungkit.
Baik, jika kau ingin aku dan mbak
Salma membalas budimu dengan
uang… Lepaskan dia, Maka aku janji
akan membayar semua biaya yang
kau keluarkan untuk membesarkan
kami! Putus mas Arman, membuat
mbak Sari tertawa meremehkan.
Orang miskin seperti kamu,
mana bisa membayar semuanya,
ucapnya. Membuatku muak
mendengarnya.
Manusia di depanku ini memang
Sudah keterlaluan. ia tak tahu
kesombongan dan keangkuhannya
bisa saja dalam sekejap berubah
menjadi kesedihan untuknya jika Allah
sudah berkehendak membuatnya
jatuh terpuruk.
Mbak Sari berjalan melewati kami
dengan menabrak aku dan mas
Arman hingga tbuh kami terhuyung
ke samping. Tangannya tak lepas dari
menggenggam lengan mbak Salma.
Sampai di pintu keluar mbak Sari
terdiam saat dua orang pria
berseragam dari pihak yang berwajib
mendatangi rumahku.
Permisi, apa benar ini kediaman
saudari Lilis?
Jantungku berdetak hebat, apa
katanya mereka mencariku? Untuk
apa?
.
.
.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts