JANGAN OM (PART26)
Isi Postingan:
JANGAN OM PART26
..
Aryo melajukan mobilnya
lebih cepat menuju villa,
hatinya dipenuhi rasa rindu
yang mendalam. Sesampainya
di sana, tanpa membuang waktu,
ia langsung menarik lengan
Kinan menuju kamar.
Mas, mau ngapain sih
buru-buru? Aku lapar, belum
makan siang, keluh Kinan
dengan nada manja. Namun,
Aryo tak menggubrisnya. Ia
terus menggenggam tangan
Kinan erat hingga mereka tiba di
dalam kamar.
Begitu pintu tertutup, Aryo
langsung mendekat dan
mencium bibir Kinan penuh
gairah. Tiga hari tanpa bertemu
terasa seperti setahun bagi Aryo.
Aku kangen kamu, Kinan,
bisiknya seraya mulai melpas
satu per satu baju yang
dikenakan Kinan. Perlahan, ia
menuntun tbuh Kinan ke
kasur, matanya dipenuhi
kerinduan yang tak terkatakan.
Kinan hanya bisa terdiam,
ppinya memerah merespons
perlakuan Aryo. Meski sempat
menggerutu tadi, ada sebersit
rasa bahagia di hatinya melihat
betapa Aryo begitu
merindukannya. Namun, rasa
lapar yang tadi ia keluhkan
masih talk sepenuhnya hilang.
Mas, aku beneran lapar,
ucap Kinan pelan, mencoba
menghentikan tangan Aryo
yang mulai berani.
…
Aryo menghentikan
gerakannya sejenak dan
menatap mata Kinan
dalam-dalam. Nanti kita
makan,setelah ini. Sekarang…
Aku ingin kamu jawabnya
sambil tersenyum tipis,
menenangkan.
Kinan menghela napas,
mencoba mencari kata-kata
untuk menolak, tapi tbuhnya
seakan kalah oleh tatapan Aryo
yang penuh cinta.
Aryo kembali mendekat,
mencium leher Kinan dengan
lembut, tangannya membelai
rambutnya. Aku nggak bisa
jauh dari kamu, Kinan. Tiga hari
rasanya seperti se
tahun,
suara serak.
gumamnya dengan
Kinan akhirnya tersenyum
kecil. Tapi janji, setelah ini kita
makan, ya?
Aryo tertawa kecil, Janji.
Apa pun yang kamu mau.
Aryo menatap Kinan
dengan mata yang penuh gairah,
kemudian mulai melucuti
pakaiannya sendiri dengan
perlahan. Lalu kembali
menindih Kinan, tubuhnya
bergerak cekatan, tapi tetap
lembut, seolah mengagumi
setiap inci tubuh Kinan yang
terbuka di hadapannya.
Kamu tahu, aku selalu
menunggu momen ini,
bisiknya di telinga Kinan,
suaranya serak namun penuh
hsrat.
…
Kinan hanya tersenyum
kecil, wajahnya memerah.
Kamu kan pergi bersama mbak
Siska, Mas, balasnya lirih,
setengah menggoda, setengah
mempertanyakan.
Aryo berhenti sejenak,
menatap wajah Kinan. Tetap
saja itu berbeda, Kinan. Saat
bersama Siska, rasanya nggak
seperti ini,
Kinan memalingkan wajah,
tak ingin Aryo melihatnya
tersipu malu, tapi getaran di
hatinya tak bisa disembunyikan.
Aryo memegang dagunya,
memaksa tatapan mereka
bertemu lagi.
Kamu selalu jadi candu
buat aku, ucap Aryo tegas
sebelum memasukkan miliknya
secara perlahan. Aryo lalu
mulai menggerakkan
pinggulnya perlahan namun
pasti. Mereka berdua larut
dalam pusaran gairah yang
tercipta. Gerakan yang awalnya
pelan, semakin lama semakin
liar seiring memuncaknya
kenikmatan yang tercipta.
Kamu luar biasa sayang.
Lenguh Aryo saat mencapai
puncaknya..
Kegirahannya, yang
selama tiga hari ini tertahan,
akhirnya menemukan
pelepasannya. Segalanya
tentang Kinan terasa istimewa
baginya, meski sudah ada Siska
di hidupnya. Bersama Kinan,
semuanya terasa lebih hidup.
…
.
Keesokan paginya, Kinan
tampak lemas, setelah kegiatan
panas mereka semalaman.
Tbuhnya masih terbaring di
tempat tdur ketika Aryo selesai
mandi. Dengan suara pelan,
Kinan berkata, Mas, hari ini
aku izin nggak masuk kuliah
dulu, ya. Aku nggak enak badan,
badanku lemas.
Aryo menoleh ke arahnya,
lalu mendekat sambil
menyentuh kening Kinan.
Hmm, emang agak panas,
gumamnya. Aryo menatap
Kinan dengan khawatir,
kemudian berkata, Kalau gitu,
istirahat aja dulu hari ini. Nanti
minum obat setelah makan, ya.
Kalau nanti sore masih panas,
kita ke dokter, oke?
Kinan hanya mengangguk
lemah sambil menarik selimut
lebih tinggi. Tbuhnya kembali
merebah di atas kasur, mencoba
mengumpulkan tenaga yang
tersisa. Aryo membetulkan
posisi selimut Kinan dan
memastikan ia nyaman,
sebelum melangkah keluar
kamar untuk
berangkat kekampus.
…
Sebelum berangkat ke
kampus, Aryo memanggil Mbok
Sumi yang tengah sibuk di
dapur. Mbok, hari ini Kinan
nggak masuk kuliah. Badannya
panas dan sekarang dia masih
tidur. Tolong nanti kalau dia
sudah bangun, suruh dia makan
lalu minum obat penurun panas,
ya, ucap Aryo dengan nada
penuh perhatian.
Iya, Tuan. Kalau begitu,
nanti Mbok bikinkan bubur
dulu buat non Kinan, jawab
Mbok Sumi sambil mengangguk.
Makasih ya, Mbok. Tolong
jaga Kinan baik-baik. Kalau ada
apa-apa, langsung hubungi saya
pesan Aryo sebelum
melangkah pergi.
Iya, Tuan. Jangan
khawatir, biar Mbok yang urus,
balas Mbok Sumi, mneyakinkan
Aryo.
Aryo menghela napas
panjang. Sebenarnya. hatinya
berat meninggalkan Kinan
dalam kondisi seperti itu.
Namun, jadwal mengajar pagi
ini tidak bisa ia abaikan. Setelah
itu, siang nanti ia harus
langsung ke perusahaan untuk
rapat penting bersama para
petinggi.
Setelah memastikan
semuanya terkendali, Aryo
akhirnya berpamitan dan
melangkah keluar rumah. Di
dalam mobil, pikirannya masih
terus memikirkan kondisi
Kinan. Ia berharap gadis itu
segera membaik.
Sementara Siska
dirumahnya, duduk gelisah di
ruang tamu rumahnya yang
sepi. Pikirannya tidak tenang
sejak kemarin. Sejak pulang dari
Jakarta, Aryo langsung pergi
entah ke mana, dan tadi malam
tidak pulang ke rumah.
Ke mana sebenarnya mas
Aryo pergi? gumam Siska
sambil memandangi layar
ponselnya, berharap ada pesan
atau telepon dari suaminya.
Namun, layar tetap hening,
membuat rasa curiganya
semakin dalam. Sepertinya
sekarang dia jarang pulang ke
rumah. Apa dia punya
selingkuhan di luar sana?
…
Pikiran itu membuat Siska
semakin resah. la menggigit
bibir bawahnya, lali
menggelengkan kepala
kuat-kuat. Tidak… Mas Aryo
tidak boleh punya selingkhan.
Itu akan sangat berbahaya kalau
sampai dia menceraikan aku.
la menarik napas panjang,
mencoba menenangkan diri.
Bagaimanapun, Siska masih
sangat membutuhkan Aryo,
terutama untuk mendukung
ambisinya menjadi model
internasional. Lagipula, aku
tidak mau kehilangan sumber
ATM-ku, gumamnya dengan
nada tajam, mencengkeram
ponselnya erat-erat.
Siska tahu betul bahwa
pernikahannya dengan Aryo
lebih bersifat transaksional
daripada emosional. Namun, ia
tak peduli selama mimpinya
tercapai. Aku harus
memastikan Aryo tetap di
tanganku, apa pun caranya,
pikir Siska dengan penuh tekad.
Tak tahan dengan
kecurigaannya, Siska akhirnya
memutuskan untuk bertindak.
Ia mengambil ponselnya dan
menghubungi seseorang.
…
Setelah beberapa nada sanmbung,
suara berat di ujung telepon
menjawab.
Ya, Bu Siska. Ada yang bisa
saya bantu?
Siska menarik napas
panjang sebelum menjawab,
Saya butuh bantuan Anda. Ada
sesuatu yang harus Anda
selidiki,.
Seperti biasa, saya siap.
Apa yang ingin Anda ketahui?
tanya pria itu, seorang detektif
Swasta yang pernah Siska
gunakan jasanya sebelumnya.
Selidiki suami saya, Aryo,
ucap Siska, nadanya penuh
tekad. Akhir-akhir ini dia
sering tidak pulang ke rumah.
Saya ingin tahu ke mana dia
pergi dan apa yang dia lakukan.
Dan… Siska terdiam sejenak,
memastikan tidak ada yang
mendengar percakapannya, ..
siapa wanita bernama Kinan.
Cari tahu semuanya tentang dia,
apa hubungannya dengan Aryo.
Pria di ujung telepon tidak
bertanya lebih jauh. Baik, Bu.
Saya akan segera mulai
penyelidikan. Informasi awal
apa yang bisa Anda berikan
tentang wanita itu?
Saya hanya tahu namanya
Kinan, jawab Siska
Dimengerti. Saya akan
menghubungi Anda lagi setelah
mendapatkan informasi lebih
lanjut, kata detektif itu
sebelun menutup panggilan.
Siska menurunkan
ponselnya dengan tangan
gemetar, campuran rasa takut
dan amarah memenuhi dirinya.
la tidak tahu apa yang akan
ditemukan, tetapi satu hal yang
pasti ia harus tahu
kebenarannya, apa pun
risikonya. Baginya, Aryo adalah
kunci dari kehidupan yang
diinginkannya, dan ia tidak
akan membiarkan siapa pun
merebut itu darinya.
Kinan terbangun ketika
jarum jam sudah menunjukkan
pukul 10 pagi. Matanya yang
masih berat perlahan terbuka,
dan ia melihat sosok Mbok Sumi
duduk di kursi dekat tempat
tidurnya.
Kamu sudah bangun,
Nduk? Gimana keadaanmu?
tanya Mbok Sumi lembut,
mendekat untuk memerilksa
keadaan Kinan.
Kinan mencoba bangkit dan
duduk bersandar di ranjang.
Kepalaku pusing, Mbok.
Badanku lemas banget,
jawabnya dengan suara pelan,
matanya masih setengah
terpejam.
..
Mbok Sumi mengulurkan
tangannya untuk menyentuh
kening Kinan, memastikan suhu
tubuhnya. Masih panas, Nduk
, gumam Mbok Sumi dengan
nada khawatir. Yasudah,
tunggu sebentar, Mbok
ambilkan makan sama obat
dulu, ya.
Kinan hanya mengangguk
pelan sambil kembali
menyandarkan kepalanya di
kepala ranjang. Mbok Sumi
segera turun ke dapur,
mengambil semangkuk bubur
hangat yang sudah ia siapkan
sejak pagi, lengkap dengan
segelas air putih dan obat
penurun panas.
Tak lama kemudian, Mbok
Sumi kembali ke kamar Kinan,
membawa nampan kecil berisi
bubur dan obat. Ia
meletakkannya di meja kecil di
samping ranjang Kinan. Ini,
Nduk. Ayo makan dulu, biar
nanti badanmu lebih kuat, ujar
Mbok Sumi sambil membantu
Kinan duduk lebih tegak.
Kinan mencoba tersenyum
tipis. Terima kasih, Mbok,
ucapnya pelan sebelum mulai
menyuapkan bubur ke
mulutnya.
Mbok Sumi duduk di
sampingnya, memastikan Kinan
makan dengan cukup dan
meminum obat setelahnya.
Dalam hati, Mbok Sumi
berharap Kinan segera pulih
dari sakitnya. Ia tahu betapa
perhatian Tuan Aryo terhadap
istri mudanya ini, dan Mbok
Sumi merasa bertanggung jawab
untuk menjaga Kinan sebailk
mungkin.
Perut Kinan terasa sangat
lapar, tapi saat melihat
semangkuk bubur di depannya,
rasa mual langsung
menghampiri. Meski begitu, ia
tetap mencoba menyuapkan
beberapa sendok karena merasa
tidak enak hati pada Mbok Sumi
yang telah susah payah
menyiapkan makanan
untuknya.
Namun, baru tiga suap,
perutnya semakin mual. Ia
buru-buru menyingkirkan
mangkuk bubur dan berlari ke
kamar mandi. Di sana, Kinan
memuntahkan apa yang baru
saja ia makan.
Mbok Sumi yang melihat
kejadian itu langsung mengikuti
Kinan ke kamar mandi. Nduk,
pelan-pelan, ya, katanya
sambil memijat lembut tengkuk
Kinan, berusaha membantu
Kinan merasa lebih nyaman.
Setelah muntahnya
berhenti, Kinan membasuh
wajahnya dengan air dingin.
Badannya masih terasa lemas,
dan Mbok Sumi segera
menuntunnya kembali ke
tempat tidur.
…
Kamu nggak apa-apa,
Nduk? tanya Mbok Sumi
dengan nada khawatir.
Kinan menggeleng pelan
sambil memaksakan senum.
Nggak apa-apa, Mbok. Maafya,
tapi kayaknya aku belum bisa
makan bubur itu. Perutku mual
banget tadi, mbok, ucapnya
lirih.
Mbok Sumi mengangguk
mengerti. Iya, jangan
dipaksakan. Kalau gitu, kamu
mau makan apa? Mbok masakin
yang kamu mau, ya, tanyanya
lembut.
Kinan terdiam sejenak,
memikirkan apa yang mungkin
bisa dimakannya tanpa merasa
mual. Dalam hati, ia tiba-tiba
merindukan masakan ibunya.
Aku pengen nasi uduk, Mbok…
buatan Ibu, ucap Kinan dengan
suara pelan, matanya berbinar
membayangkannya.
NoteL..i .k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts