Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

JANGAN OM (PART26)

Posted on June 4, 2025 By admin

JANGAN OM (PART26)

Isi Postingan:

JANGAN OM PART26

..

Aryo melajukan mobilnya

lebih cepat menuju villa,

hatinya dipenuhi rasa rindu

yang mendalam. Sesampainya

di sana, tanpa membuang waktu,

ia langsung menarik lengan

Kinan menuju kamar.

Mas, mau ngapain sih

buru-buru? Aku lapar, belum

makan siang, keluh Kinan

dengan nada manja. Namun,

Aryo tak menggubrisnya. Ia

terus menggenggam tangan

Kinan erat hingga mereka tiba di

dalam kamar.

Begitu pintu tertutup, Aryo

langsung mendekat dan

mencium bibir Kinan penuh

gairah. Tiga hari tanpa bertemu

terasa seperti setahun bagi Aryo.

Aku kangen kamu, Kinan,

bisiknya seraya mulai melpas

satu per satu baju yang

dikenakan Kinan. Perlahan, ia

menuntun tbuh Kinan ke

kasur, matanya dipenuhi

kerinduan yang tak terkatakan.

Kinan hanya bisa terdiam,

ppinya memerah merespons

perlakuan Aryo. Meski sempat

menggerutu tadi, ada sebersit

rasa bahagia di hatinya melihat

betapa Aryo begitu

merindukannya. Namun, rasa

lapar yang tadi ia keluhkan

masih talk sepenuhnya hilang.

Mas, aku beneran lapar,

ucap Kinan pelan, mencoba

menghentikan tangan Aryo

yang mulai berani.

…

Aryo menghentikan

gerakannya sejenak dan

menatap mata Kinan

dalam-dalam. Nanti kita

makan,setelah ini. Sekarang…

Aku ingin kamu jawabnya

sambil tersenyum tipis,

menenangkan.

Kinan menghela napas,

mencoba mencari kata-kata

untuk menolak, tapi tbuhnya

seakan kalah oleh tatapan Aryo

yang penuh cinta.

Aryo kembali mendekat,

mencium leher Kinan dengan

lembut, tangannya membelai

rambutnya. Aku nggak bisa

jauh dari kamu, Kinan. Tiga hari

rasanya seperti se

tahun,

suara serak.

gumamnya dengan

Kinan akhirnya tersenyum

kecil. Tapi janji, setelah ini kita

makan, ya?

Aryo tertawa kecil, Janji.

Apa pun yang kamu mau.

Aryo menatap Kinan

dengan mata yang penuh gairah,

kemudian mulai melucuti

pakaiannya sendiri dengan

perlahan. Lalu kembali

menindih Kinan, tubuhnya

bergerak cekatan, tapi tetap

lembut, seolah mengagumi

setiap inci tubuh Kinan yang

terbuka di hadapannya.

Kamu tahu, aku selalu

menunggu momen ini,

bisiknya di telinga Kinan,

suaranya serak namun penuh

hsrat.

…

Kinan hanya tersenyum

kecil, wajahnya memerah.

Kamu kan pergi bersama mbak

Siska, Mas, balasnya lirih,

setengah menggoda, setengah

mempertanyakan.

Aryo berhenti sejenak,

menatap wajah Kinan. Tetap

saja itu berbeda, Kinan. Saat

bersama Siska, rasanya nggak

seperti ini,

Kinan memalingkan wajah,

tak ingin Aryo melihatnya

tersipu malu, tapi getaran di

hatinya tak bisa disembunyikan.

Aryo memegang dagunya,

memaksa tatapan mereka

bertemu lagi.

Kamu selalu jadi candu

buat aku, ucap Aryo tegas

sebelum memasukkan miliknya

secara perlahan. Aryo lalu

mulai menggerakkan

pinggulnya perlahan namun

pasti. Mereka berdua larut

dalam pusaran gairah yang

tercipta. Gerakan yang awalnya

pelan, semakin lama semakin

liar seiring memuncaknya

kenikmatan yang tercipta.

Kamu luar biasa sayang.

Lenguh Aryo saat mencapai

puncaknya..

Kegirahannya, yang

selama tiga hari ini tertahan,

akhirnya menemukan

pelepasannya. Segalanya

tentang Kinan terasa istimewa

baginya, meski sudah ada Siska

di hidupnya. Bersama Kinan,

semuanya terasa lebih hidup.

…

.

Keesokan paginya, Kinan

tampak lemas, setelah kegiatan

panas mereka semalaman.

Tbuhnya masih terbaring di

tempat tdur ketika Aryo selesai

mandi. Dengan suara pelan,

Kinan berkata, Mas, hari ini

aku izin nggak masuk kuliah

dulu, ya. Aku nggak enak badan,

badanku lemas.

Aryo menoleh ke arahnya,

lalu mendekat sambil

menyentuh kening Kinan.

Hmm, emang agak panas,

gumamnya. Aryo menatap

Kinan dengan khawatir,

kemudian berkata, Kalau gitu,

istirahat aja dulu hari ini. Nanti

minum obat setelah makan, ya.

Kalau nanti sore masih panas,

kita ke dokter, oke?

Kinan hanya mengangguk

lemah sambil menarik selimut

lebih tinggi. Tbuhnya kembali

merebah di atas kasur, mencoba

mengumpulkan tenaga yang

tersisa. Aryo membetulkan

posisi selimut Kinan dan

memastikan ia nyaman,

sebelum melangkah keluar

kamar untuk

berangkat kekampus.

…

Sebelum berangkat ke

kampus, Aryo memanggil Mbok

Sumi yang tengah sibuk di

dapur. Mbok, hari ini Kinan

nggak masuk kuliah. Badannya

panas dan sekarang dia masih

tidur. Tolong nanti kalau dia

sudah bangun, suruh dia makan

lalu minum obat penurun panas,

ya, ucap Aryo dengan nada

penuh perhatian.

Iya, Tuan. Kalau begitu,

nanti Mbok bikinkan bubur

dulu buat non Kinan, jawab

Mbok Sumi sambil mengangguk.

Makasih ya, Mbok. Tolong

jaga Kinan baik-baik. Kalau ada

apa-apa, langsung hubungi saya

pesan Aryo sebelum

melangkah pergi.

Iya, Tuan. Jangan

khawatir, biar Mbok yang urus,

balas Mbok Sumi, mneyakinkan

Aryo.

Aryo menghela napas

panjang. Sebenarnya. hatinya

berat meninggalkan Kinan

dalam kondisi seperti itu.

Namun, jadwal mengajar pagi

ini tidak bisa ia abaikan. Setelah

itu, siang nanti ia harus

langsung ke perusahaan untuk

rapat penting bersama para

petinggi.

Setelah memastikan

semuanya terkendali, Aryo

akhirnya berpamitan dan

melangkah keluar rumah. Di

dalam mobil, pikirannya masih

terus memikirkan kondisi

Kinan. Ia berharap gadis itu

segera membaik.

Sementara Siska

dirumahnya, duduk gelisah di

ruang tamu rumahnya yang

sepi. Pikirannya tidak tenang

sejak kemarin. Sejak pulang dari

Jakarta, Aryo langsung pergi

entah ke mana, dan tadi malam

tidak pulang ke rumah.

Ke mana sebenarnya mas

Aryo pergi? gumam Siska

sambil memandangi layar

ponselnya, berharap ada pesan

atau telepon dari suaminya.

Namun, layar tetap hening,

membuat rasa curiganya

semakin dalam. Sepertinya

sekarang dia jarang pulang ke

rumah. Apa dia punya

selingkuhan di luar sana?

…

Pikiran itu membuat Siska

semakin resah. la menggigit

bibir bawahnya, lali

menggelengkan kepala

kuat-kuat. Tidak… Mas Aryo

tidak boleh punya selingkhan.

Itu akan sangat berbahaya kalau

sampai dia menceraikan aku.

la menarik napas panjang,

mencoba menenangkan diri.

Bagaimanapun, Siska masih

sangat membutuhkan Aryo,

terutama untuk mendukung

ambisinya menjadi model

internasional. Lagipula, aku

tidak mau kehilangan sumber

ATM-ku, gumamnya dengan

nada tajam, mencengkeram

ponselnya erat-erat.

Siska tahu betul bahwa

pernikahannya dengan Aryo

lebih bersifat transaksional

daripada emosional. Namun, ia

tak peduli selama mimpinya

tercapai. Aku harus

memastikan Aryo tetap di

tanganku, apa pun caranya,

pikir Siska dengan penuh tekad.

Tak tahan dengan

kecurigaannya, Siska akhirnya

memutuskan untuk bertindak.

Ia mengambil ponselnya dan

menghubungi seseorang.

…

Setelah beberapa nada sanmbung,

suara berat di ujung telepon

menjawab.

Ya, Bu Siska. Ada yang bisa

saya bantu?

Siska menarik napas

panjang sebelum menjawab,

Saya butuh bantuan Anda. Ada

sesuatu yang harus Anda

selidiki,.

Seperti biasa, saya siap.

Apa yang ingin Anda ketahui?

tanya pria itu, seorang detektif

Swasta yang pernah Siska

gunakan jasanya sebelumnya.

Selidiki suami saya, Aryo,

ucap Siska, nadanya penuh

tekad. Akhir-akhir ini dia

sering tidak pulang ke rumah.

Saya ingin tahu ke mana dia

pergi dan apa yang dia lakukan.

Dan… Siska terdiam sejenak,

memastikan tidak ada yang

mendengar percakapannya, ..

siapa wanita bernama Kinan.

Cari tahu semuanya tentang dia,

apa hubungannya dengan Aryo.

Pria di ujung telepon tidak

bertanya lebih jauh. Baik, Bu.

Saya akan segera mulai

penyelidikan. Informasi awal

apa yang bisa Anda berikan

tentang wanita itu?

Saya hanya tahu namanya

Kinan, jawab Siska

Dimengerti. Saya akan

menghubungi Anda lagi setelah

mendapatkan informasi lebih

lanjut, kata detektif itu

sebelun menutup panggilan.

Siska menurunkan

ponselnya dengan tangan

gemetar, campuran rasa takut

dan amarah memenuhi dirinya.

la tidak tahu apa yang akan

ditemukan, tetapi satu hal yang

pasti ia harus tahu

kebenarannya, apa pun

risikonya. Baginya, Aryo adalah

kunci dari kehidupan yang

diinginkannya, dan ia tidak

akan membiarkan siapa pun

merebut itu darinya.

Kinan terbangun ketika

jarum jam sudah menunjukkan

pukul 10 pagi. Matanya yang

masih berat perlahan terbuka,

dan ia melihat sosok Mbok Sumi

duduk di kursi dekat tempat

tidurnya.

Kamu sudah bangun,

Nduk? Gimana keadaanmu?

tanya Mbok Sumi lembut,

mendekat untuk memerilksa

keadaan Kinan.

Kinan mencoba bangkit dan

duduk bersandar di ranjang.

Kepalaku pusing, Mbok.

Badanku lemas banget,

jawabnya dengan suara pelan,

matanya masih setengah

terpejam.

..

Mbok Sumi mengulurkan

tangannya untuk menyentuh

kening Kinan, memastikan suhu

tubuhnya. Masih panas, Nduk

, gumam Mbok Sumi dengan

nada khawatir. Yasudah,

tunggu sebentar, Mbok

ambilkan makan sama obat

dulu, ya.

Kinan hanya mengangguk

pelan sambil kembali

menyandarkan kepalanya di

kepala ranjang. Mbok Sumi

segera turun ke dapur,

mengambil semangkuk bubur

hangat yang sudah ia siapkan

sejak pagi, lengkap dengan

segelas air putih dan obat

penurun panas.

Tak lama kemudian, Mbok

Sumi kembali ke kamar Kinan,

membawa nampan kecil berisi

bubur dan obat. Ia

meletakkannya di meja kecil di

samping ranjang Kinan. Ini,

Nduk. Ayo makan dulu, biar

nanti badanmu lebih kuat, ujar

Mbok Sumi sambil membantu

Kinan duduk lebih tegak.

Kinan mencoba tersenyum

tipis. Terima kasih, Mbok,

ucapnya pelan sebelum mulai

menyuapkan bubur ke

mulutnya.

Mbok Sumi duduk di

sampingnya, memastikan Kinan

makan dengan cukup dan

meminum obat setelahnya.

Dalam hati, Mbok Sumi

berharap Kinan segera pulih

dari sakitnya. Ia tahu betapa

perhatian Tuan Aryo terhadap

istri mudanya ini, dan Mbok

Sumi merasa bertanggung jawab

untuk menjaga Kinan sebailk

mungkin.

Perut Kinan terasa sangat

lapar, tapi saat melihat

semangkuk bubur di depannya,

rasa mual langsung

menghampiri. Meski begitu, ia

tetap mencoba menyuapkan

beberapa sendok karena merasa

tidak enak hati pada Mbok Sumi

yang telah susah payah

menyiapkan makanan

untuknya.

Namun, baru tiga suap,

perutnya semakin mual. Ia

buru-buru menyingkirkan

mangkuk bubur dan berlari ke

kamar mandi. Di sana, Kinan

memuntahkan apa yang baru

saja ia makan.

Mbok Sumi yang melihat

kejadian itu langsung mengikuti

Kinan ke kamar mandi. Nduk,

pelan-pelan, ya, katanya

sambil memijat lembut tengkuk

Kinan, berusaha membantu

Kinan merasa lebih nyaman.

Setelah muntahnya

berhenti, Kinan membasuh

wajahnya dengan air dingin.

Badannya masih terasa lemas,

dan Mbok Sumi segera

menuntunnya kembali ke

tempat tidur.

…

Kamu nggak apa-apa,

Nduk? tanya Mbok Sumi

dengan nada khawatir.

Kinan menggeleng pelan

sambil memaksakan senum.

Nggak apa-apa, Mbok. Maafya,

tapi kayaknya aku belum bisa

makan bubur itu. Perutku mual

banget tadi, mbok, ucapnya

lirih.

Mbok Sumi mengangguk

mengerti. Iya, jangan

dipaksakan. Kalau gitu, kamu

mau makan apa? Mbok masakin

yang kamu mau, ya, tanyanya

lembut.

Kinan terdiam sejenak,

memikirkan apa yang mungkin

bisa dimakannya tanpa merasa

mual. Dalam hati, ia tiba-tiba

merindukan masakan ibunya.

Aku pengen nasi uduk, Mbok…

buatan Ibu, ucap Kinan dengan

suara pelan, matanya berbinar

membayangkannya.

NoteL..i .k..e..mu penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: ADIK IPAR PELIPUR LARA (PART7)
Next Post: JANGAN OM (PART25)

Related Posts

TERDIAM DALAM TAKDIR (PART9) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART12) Kisah Menarik
Malam di Pantai Kisah Menarik
JANGAN OM (PART48) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART59) Kisah Menarik
TETANGGA IDAMAN (PART38) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme