JANGAN OM (PART38)
Isi Postingan:
JANGAN OM PART38
..
.
.
Setelah pertemuan yang
menguras emosi dengan Siska,
Aryo segera berlalu menuju villa
tempat kinan tinggal.
Sesampainya di villa, Aryo
langsung menaiki tangga
menuju kamar di lantai dua. Di
dalam kamar, Kinan terlihat
sudah terlelap di atas ranjang.
Aryo berjalan pelan-pelan
agar tidak mengganggu Kinan,
lalu masuk ke kamar mndi
untuk membersihkan diri.
Karena terlalu lelah dan
mengantuk, Aryo hanya
mengnakan celna dalam dan
melilitkan handuk di
pinggangnya. Ia merasa terlalu
malas untuk mengenakan
pakaian tdurnya.
Tanpa berpikir panjang,
Aryo naik ke ranjang, menyusup
ke dalam selimut, dan memluk
Kinan dari belakang. Namun,
pelukan itu membuat Kinan
terbangun karena merasa ada
sesuatu yang berat menindih
kakinya. Ia membuka mata dan
berpaling ke belakang, lalu
mendapati Aryo yang sudah
memejamkan mata dengan
wajah tenang.
….
Kinan kemudian berbalik
menghadap Aryo. Ia
memperhatikan wajah pria itu.
Meski usianya hampir
memasuki kepala empat, Aryo
masih tampak sangat gagah dan
tampan. Kulitnya bersih, putih,
dan wajahnya selalu terawat.
Penampilannya yang rapi dan
wangi selalu membuat Kinan
terpesona.
Perlahan, Kinan
mengulurkan tangan,
menyentuh hidung Aryo yang
mancung, lalu menelusuri
wajahnya dengan lembut. Saat
jarinya menyntuh bbir Aryo,
pria itu tiba-tiba membuka
matanya.
Ini masih malam Kinan,
kembali tidur, ujar Aryo
dengan suara serak yang
membuat terdengar menggoda
bagi Kinan.
66
Kinan tersenyum kecil.
Aku sudah terlanjur bangun.
Sekarang aku tidak bisa tdur
lagi, Mas, jawabnya pelan
sambil memainkan jemarinya di
bbir Aryo.
….
Sentuhan itu membuat
Aryo merasa aneh. Girah
dalam dirinya perlahan muncul.
Hentikan, Kinan. Atau aku
akan mengurungmu dibawah
tulbuhku sampai pagi, ujar
Aryo memperingatkan.
Namun, Kinan hanya
tersenyum kecil tanpa
menjawab. Ia malah sengaja
mendekatkan wajahnya, lalu
mengcup lembut bbir Aryo
sebelum melmatnya pelan, hal
itu membuat Aryo tertegun.
…
Kinan…hentikan. Atau aku
akan benar-benar kehilangan
kendali,gumamnya pelan, saat
Kinan melepaskan ciumannya.
Aku nggak bisa, Mas,
jawab Kinan malu sambil
66
menghindari tatapan Aryo.
Tiba-tiba saja aku ingin
mencum bbirmu.
Aryo menatap Kinan dalam
diam, tapi senyuman kecil yang
muncul di wajahnya
menyiratkan perasaan hangat
yang sulit diungkapkan dengan
kata-kata. Dia menatap Kinan
dalam-dalam, lalu dengan
lembut menyentuh tengkuknya.
Ia mendekat dan mencum bbir
Kinan dengan penuh
kehati-hatian. Aryo tahu, ia
harus lebih menjaga perasaan
dan kondisi Kinan, terutama
karena kini Kinan tengah
mengandung.
Namun, Kinan justru
merespons lebih intens dari
biasanya. Dia mulai menyentuh
milik Aryo yang sudah
mengeras dibawah sana. Entah
mengapa, sejak hmil hsrat
dalam dirinya semakin
meningkat, sesuatu yang
bahkan tak dapat ia kendalikan.
Ia mempererat pelukan pada
Aryo, seolah mencari
kehangatan yang lebih.
Di sela-sela cuman itu,
Aryo terdiam sesaat dan
menarik diri. Ia menatap Kinan
dengan ekspresi penuh
keraguan. Kinan, aku tidak
berani. Aku takut menyakitimu.
Aku tidak ingin kejadian seperti
kemarin terulang, ucapnya
dengan nada serius.
Kinan tersenyum kecil,
sedikit malu. Aku tahu, Mas.
Tapi… aku tidak bisa menahan
keinginan ini, jawabnya pelan.
Sejak aku hamil, semuanya
terasa berbeda. Girahku
meningkat, dan aku… aku
sangat menginginkannya
sekarang.
….
.
Aryo terdiam, memikirkan
apa yang harus dilakukan.
Apakah ini aman untukmu?
Untuk anak kita? tanyanya
hati-hati.
Kinan menggeleng pelan,
lalu menatap Aryo dengan
penuh harap. Aku juga tidak
tahu pasti, Mas. Tapi… bisakah
kita melakukannya perlahan?
Aku tidak bisa menahannya.
Aryo menatap istrinya, ragu
untuk beberapa saat, sebelum
akhirnya ia mengangguk pelan.
Baiklah, jawabnya lembut,
mendekatkan diri lagi pada
Kinan. Ia mencum Kinan sekali
lagi, kali ini dengan rasa yang
lebih dalam, memastikan bahwa
setiap langkah yang mereka
ambil diliputi oleh cinta dan
kehati-hatian.
Aryo mencum Kinan
dengan lembut, memberikan
sentuhan penuh kasih di
bbirnya. Dengan hati-hati,
Aryo mulai membka pakaian
Kinan, memastikan setiap
gerakannya tidak menimbulkan
ketidaknyamanan. Di dalam
dirinya, ada rasa khawatir akan
melukai Kinan seperti yang
terjadi sebelumnya.
Kinan, Aryo berbisik
sambil menatap istrinya dengan
penuh perhatian. Kalau terasa
sakit, bilang saja. Aku akan
langsung berhenti.
Kinan mengangguk kecil.
Matanya memancarkan
kepercayaan penuh pada Aryo.
Iya, Mas. Aku akan bilang. Yang
penting Mas Aryo pelan-pelan
saja.
Aryo tersenyum
menenangkan dan kembali
melanjutkan sentuhannya
dengan sangat hati-hati. Ia ingin
memastikan Kinan merasa
nyaman dan aman.
….
Dengan perlahan Aryo
mencum gndukan kenyal
milik Kinan. Tangannya mulai
merba bagian intm milik
istrinya tersebut. Satu deshan
lolos dari bbir Kinan, hal itu
membuat Aryo semakin
terbakar girahnya.
…
Mas, ucap Kinan dengan
suara serak. Tolong masukan
sekarang, aku sudah tidak tahan
, ucapnya dengan nafas
memburu, kala Aryo sibuk pada
miliknya yang sudah basah.
Aryo tersenyum kecil,
sesuai keinginanmu sayang,
Aryo pun segera memasukkan
miliknya. Desahan Kinan dan
Aryo memenuhi seluruh
ruangan kamar. Kinan belum
pernah merasakan perasaan
seperti ini. Dia sampai tidak
sadar mengeluarkan suara
terlalu keras. Aryo terus
menggerakkan pinggangnya
pelan. Dia mencari posisi yang
aman untuk bercint4 bagi ibu
hmil.
Setelah beberapa saat
menikmati kegiatan panas, Aryo
dan Kinan merasakan
kenikmatan yang berbeda dari
biasanya.
Aryo lalu mendekap Kinan
dengan penuh kasih,
memberikan rasa aman di setiap
gerakannya.
Kinan, bagaimana
kondisimu? Apa semua
baik-baik saja? tanya Aryo
memastikan kondisi Kinan.
Lalu Kinan mengangguk
pelan, aku tidak apa-apa, Mas.
Aku baik, terima kasih, jawab
Kinan malu-malu. Baru kali ini
Kinan meminta terlebih dahulu
pada Aryo. Tentu saja dia
merasa sangat malu dengan
sikapnya yang seperti jalang
tadi, merayu Aryo duluan.
Maaf ya Mas, aku sudah
bersikap memalukan tadi.
Kenapa harus meminta
maaf? Aku justru senang dengan
sikapmu seperti tadi. Aku ini
suamimu Kinan, jadi jangan
pernah merasa malu padaku.
Aku dengan senang hati
melakukannya kapanpun kamu
mau.Aryo pun memeluk Kinan
memberikan ketenangan.
Tdurlah, sudah hampir pagi,
lanjutnya.
Kinan lalu menuruti ucapan
Aryo, dia lalu memejamkan
matanya yang sudah terasa
berat. Aryo tersenyum dan
mengeratkan pelkannya pada
tbuh polos kinan.
.
Pagi itu, Kinan bangun
terlebih dahulu dari Aryo. Dia
memutuskan turun ke dapur
untuk membuat susu hamil. Di
sudut dapur, Mbok Sumi
tersenyum lebar ketika melihat
Kinan memasuki ruangan. Ada
kebahagiaan yang jelas
terpancar dari wajahnya.
Selamat pagi, Mbok, sapa
Kinan hangat sambil mendekat.
Pagi, Kinan, balas Mbok
Sumi. Bagaimana keadaanmu?
Apakah sudah sehat sekarang?
Alhamdulillah, sudah
Mbok, jawab Kinan sambil
tersenyum.
Mbok Sumi menghela napas
lega. Syukurlah. Akhirnya
kamu kembali ke sini. Mbok
sangat kehilangan kamu, Nduk.
Sejak kamu pergi, Mbok sedih
sekali. Mbok takut terjadi
apa-apa padamu, ucapnya
dengan suara bergetar. Air mata
mulai menetes di pipinya.
Kinan segera memeluk
Mbok Sumi, mengusap lembut
punggungnya. Maafkan Kinan,
yo Mbok. Kinan terpaksa pergi
tanpa pamit waktu itu. Kinanbingung… Kinan terdiam
sejenak, mencoba menata
emosinya.
Bingung kenapa, Nduk?
tanya Mbok Sumi, menatap
Kinan dengan penuh perhatian.
Kinan menghela napas
panjang. Waktu itu Mbak Siska,
istri pertama Mas Aryo,
menemui Kinan. Dia bilang
kalau dia sedang hamil. Aku
takut, Mbok. Aku takut Mas
Aryo bakal menolak anak yang
aku kandung, karena mbak
Siska sudah hamil. Jadi, aku
memutuskan untuk pergi, jelas
Kinan dengan suara lirih.
….
Mendengar itu, Mbok Sumi
semakin terharu. Ia mengusap
air matanya sebelum menjawab.
Nduk… Mbok paham kenapa
kamu merasa seperti itu. Tapi
tuan Aryo bukan orang seperti
itu. Setelah tahu kalau kamu
pergi, tuan Aryo sangat marah
sekali. Setiap hari dia mencari
kamu, Nduk. Bahkan, saat
neneknya dirawat dirumah
sakit, tuan Aryo masih
menyempatkan waktu untuk
terus mencarimu.
Kinan terkejut mendengar
cerita itu. Matanya mulai
berkaca-kaca. Mas Aryo….
sampai segitunya Mbok? Aku
pikir dia tidak akan mencariku,
karena mbak Siska akan
memberinya anak, ucapnya
lirih merasa menyesal. Apalagi
saat tahu, kalau neneknya Aryo
sempat sakit, pasti saat itu dia
berada diposisi sulit.
Iya, Nduk. Dia tidak
pernah menyerah mencarimu.
Mbok tahu, tuan Aryo sangat
mencintai kamu, ucap mbok
Sumi.
…
Kinan hanya bisa terdiam,
perasaannya campur aduk
antara haru, rasa bersalah, dan
lega. Ia menatap kearah tangga,
tampak Aryo sedang berjalan
turun. Kinan tersenyum tipis,
seolah ingin meyakinkan
dirinya, bahwa keputusannya
untuk kembali adalah pilihan
yang tepat.
Kinan dan Aryo duduk
bersama di meja makan.
Suasana pagi ini tenang, hanya
suara denting sendok dari
Kinan, dan aroma kopi Aryo
yang memenuhi ruangan. Di
sela-sela kesunyian, Kinan
memberanikan diri untuk
bertanya.
Mas, apa aku boleh kuliah
lagi? tanya Kinan dengan nada
ragu, sembari menatap
piringnya.
Aryo yang sedang
menyeruput kopi sejenak
menghentikan aktivitasnya. Ia
mengarahkan pandangannya ke
Kinan, memperhatikan istrinya
dengan saksama. Kamu masih
ingin kuliah? tanyanya
perlahan.
Iya, Mas, jawab Kinan
dengan suara pelan. Aku
merasa bosan kalau cuma
tinggal di vila tanpa melakukan
apa-apa. Kalau aku bisa kuliah
lagi, setidaknya aku punya
aktivitas dan bisa bertemu
teman-temanku.
Aryo diam sejenak, berpikir.
Tapi kamu yakin bisa? Aku
tidak mau kamu terlalu capek
atau stres. Itu bisa berpengaruh
pada kandunganmu, ujar Aryo
dengan nada khawatir.
Kinan tersenyum kecil.
Insya Allah, nggak apa-apa, Mas.
Aku justru merasa lebih stres
kalau di rumah terus. Kalau
kuliah, aku bisa punya kegiatan.
Aku akan hati-hati kok, Mas,
jawabnya dengan penuh harap.
Aryo terdiam sebentar, lalu
mengangguk. Baiklah, kalau itu
memang keinginanmu. Kamu
boleh melanjutkan kuliahmu.
Tapi hanya setelah kondisimu
benar-benar pulih dan kamu
sehat, ya. Untuk sekarang, aku
ingin kamu fokus beristirahat
dulu beberapa hari ke depan.
Kamu harus berjanji untuk
berhati-hati, dan jika kamu
merasakan capek, Kamu harus
beristirahat tidak boleh
mementingkan urusan kuliah
Mendengar itu, Kinan
mengangguk. Dia tersenyum
lega. Terima kasih, Mas,
ucapnya tulus.
Aryo tersenyum tipis, lalu
kembali menyeruput kopinya.
Kinan bersyukur karena Aryo
masih mendukungnya untuk
melanjutkan pendidikan,
sesuatu yang ia impikan sejak
lama.
….
Hari-hari Kinan mulai
kembali seperti semula.
Kondisinya yang semakin
membaik membuatnya bisa
memulai kuliah lagi hari ini.
Dimas juga sudah mulai
bersekolah di sekolahnya dulu.
Bu Yati sendiri juga sudah sibuk
berjualan seperti biasanya,
walaupun Aryo sudah
melarangnya dan memberikan
uang bulanan untuk ibu mertua
dan juga adik iparnya.
Segalanya tampak berjalan
lancar tanpa gangguan yang
berarti.
Namun, kedamaian itu
tidak bertahan lama. Di tempat
lain, Siska sedang menyusun
rencana untuk mengacaukan
hidup Kinan. Kali ini, ia
Mas Aryo… dia berselingkuh,
Bu. Sekarang dia bahkan sudah
menikahi selingkuhannya,
ungkapnya, suara Siska bergetar
menahan tangis.
….
Mata Bu Kartika membesar,
jelas terkejut mendengar ucapan
itu. Apaaa? Nggak mungkin,
Aryo tega melakukan itu! Kamu
yakin, Nak?
Aku nggak bohong, Bu.
Aku punya buktinya, Siska
menjawab sambil mengeluarkan
foto-foto yang sudah
disiapkannya. Aku bahkan
Kartika dengan penuh hormat.
Apa kabar, Bu? Lama kita
nggak ketemu, sapa Siska
ramah.
Ibu baik, Nak. Nah, kamu
sendiri bagaimana? Tumben
ngajak Ibu ketemu, tanya Bu
Kartika, tersenyum hangat.
Iya, Bu. Siska kangen.
Sudah lama kita nggak jalan
berdua, jawab Siska sambil
tersenyum kecil.
Mereka pun duduk dan
memesan minuman. Obrolan
berlangsung santai hingga
tiba-tiba ekspresi wajah Siska
berubah menjadi sedih. Bu
Kartika yang menyadari
perubahan itu segera
menggenggam tangan Siska
dengan khawatir.
Kamu kenapa, Nak? Ada
apa? Ceritakan pada Ibu, tanya
Bu Kartika dengan nada lembut.
Siska menarik napas
dalam-dalam, seolah
mengumpulkan keberanian.
Bu, sebenarnya… ada sesuatu
yang Siska pendam selama ini.
Mas Aryo… dia berselingkuh,
Bu. Sekarang dia bahkan sudah
menikahi selingkuhannya,
ungkapnya, suara Siska bergetar
menahan tangis.
Mata Bu Kartika membesar,
jelas terkejut mendengar ucapan
itu. Apaaa? Nggak mungkin,
Aryo tega melakukan itu! Kamu
yakin, Nak?
Aku nggak bohong, Bu.
Aku punya buktinya, Siska
menjawab sambil mengeluarkan
foto-foto yang sudah
disiapkannya. Aku bahkan
pernah bertemu langsung
dengan istri mudanya Mas Aryo.
Wanita itu dikenalnya saat di
klub malam Bu, dari seorang
mucik4ri. Dia seorang placur,
lanjutnya dengan air mata
mengalir.
Bu Kartika terlihat geram.
Aryo sudah keterlaluan! Ibu
tidak akan tinggal diam. Kamu
adalah menantu satu-satunya di
keluarga ini. Tidak boleh ada
wanita lain lagi, apalagi kalau
dia seorang pelacr! ujar Bu
Kartika dengan emosi.
Mendengar ucapan itu,
membuat Siska tersenyum tipis.
Tapi, ia berusaha
menyembunyikan rasa puasnya.
Tapi, Bu, tolong jangan bilang
ke Mas Aryo kalau aku yang
cerita. Aku takut nanti dia
marah padaku, pintanya
dengan suara lirih.
Lalu Bu Kartika
mengangguk, menenangkan
Siska. Tenang saja, Nak. Ibu
akan menghadapi Aryo sendiri.
Dia harus tahu batasannya. Lalu
apa rencanamu nak?
Siska lalu mendekatkan
dirinya ke Bu Kartika. Ia
membisikkan sesuatu di telinga
ibu mertuanya. Rencana yang ia
susun mulai terungkap. Bu
Kartika mengangguk penuh
keyakinan, siap mendukung
Siska sepenuhnya.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts