Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

JANGAN OM (PART 37)

Posted on June 4, 2025 By admin

JANGAN OM (PART 37)

Isi Postingan:

JANGAN OM PART 37

..

.

.

Sesampainya di Jogja, Aryo

langsung membawa Kinan, Bu

Yati, dan Dimas ke vilanya.

Begitu mereka tiba, Dimas tidak

bisa menyembunyikan rasa

takjubnya. Matanya

membelalak saat melihat vila

megah itu, dengan taman yang

luas dan arsitektur yang begitu

mewah.

Rumah Mas Aryo bagus

banget ya, Bu, ucap Dimas

polos sambil mengamati

sekeliling

Iya, Dimas, megah banget

vilanya, ya. Mas Aryo kan orang

kaya, timpal Bu Yati sambil

tersenyum kagum.

Aryo, yang mendengar

percakapan itu, hanya

tersenyum tipis. Ia kemudian

mempersilakan Bu Yati dan

Dimas untuk masuk dan duduk

di ruang tamu. Ibu sama Dimas

istirahat saja dikamar tamu.

Setelah perjalanan tadi, kalian

pasti capek. Nanti biar Mbak

Sum yang mengantarkan kalian

ke kamar tamu, ucap Aryo

ramah.

…..

Namun, Bu Yati

menggeleng sambil tersenyum.

Tidak usah, Nak Aryo. Ibu tidak

capek, kok. Biar Kinan saja yang

istirahat. Kasihan dia, kan

masih lemah, jawab Bu Yati

dengan lembut.

Aryo lalu mengangguk dan

menatap kearah mertuanya,

mencoba memastikan sesuatu.

Maaf, saya mau tanya Bu, Ibu

mau tinggal di sini bersama

Kinan, atau ingin kembali ke

rumah Ibu yang dulu?

tanyanya dengan nada hati-hati.

Bu Yati tersenyum kecil

sebelum menjawab, Ibu dan

Dimas lebih baik tinggal di

rumah yang dulu saja, Nak Aryo.

Ibu lebih nyaman di sana.

Rumahnya tidak terlalu besar,

dan Ibu bisa jualan lagi. Kalau di

sini, Ibu bingung mau ngapain

karena tidak ada kesibukan.

Tapi, terima kasih banyak atas

tawarannya.

Aryo mengangguk paham.

Saya tidak akan memaksa, Bu.

Tapi kalau suatu saat Ibu dan

Dimas berubah pikiran dan

ingin tinggal di sini bersama

Kinan, saya dengan senang hati

mengizinkan. Malah, saya akan

merasa lebih tenang karena

Kinan punya teman di rumah,

terutama kalau saya sedang

sibuk di luar, katanya dengan

tulus.

Bu Yati tersenyum hangat

mendengar itu. Terima kasih,

Nak Aryo. Ibu sangat

menghargai perhatianmu.

Untuk sekarang, biar Ibu tetap

di rumah yang lama saja,

jawabnya dengan penuh

pengertian. Bu Yati lebih

nyaman tinggal di rumah

lamanya bersama Dimas. Dia

tidak ingin terus merepotkan

Aryo, dia sungkan kalau harus

tinggal di villa ini dan

mengganggu privasi antara

Kinan dan suaminya

Namun untuk malam ini,

Aryo meminta Bu Yati dan

Dimas untuk tinggal di vila

terlebih dahulu. Ia merasa tidak

nyaman, membiarkan

mertuanya langsung pulang ke

rumah mereka, yang sudah lama

ditinggalkan. Pasti rumah itu

penuh debu dan harus

dibersihkan terlebih dahulu.

Bu, untuk malam ini

tinggal saja dulu di sini. Besok,

saya akan menyuruh

orang-orang dari vila untuk

membersihkan rumah Ibu. Jadi,

nanti saat sampai di rumah,

kondisinya sudah bersih dan

nyaman, ucap Aryo mencoba

membantu mertuanya.

….

Tentu saja Bu Yati menolak.

Tidak usah repot-repot, Nak

Aryo. Ibu bisa membersihkan

sendiri rumah itu. Tidak enak

rasanya merepotkanmu

terus-menerus, katanya sambil

tersenyum kecil.

Namun, Aryo tidak

menyerah. Dia lalu menjawab

Saya tidak merasa direpotkan

kok Bu. Lagi pula, rumah itu

sudah berminggu-minggu

kosong. Pasti butuh waktu dan

tenaga. Jadi, biar besok semua

sudah beres sebelum Ibu dan

Dimas kembali ke sana, jawab

Aryo dengan nada penuh

keyakinan.

Setelah beberapa saat, Bu

Yati akhirnya mengalah dan

menerima usulan Aryo.

Baiklah, Nak Aryo. Kalau begitu,

Ibu menurut saja. Terima kasih

banyak atas bantuannya, ucap

Bu Yati dengan tulus.

Aryo tersenyum puas.

Tidak apa-apa, Bu. Saya senang

bisa membantu Ibu dan Dimas,

jawabnya.

Malam itu, Bu Yati dan

Dimas beristirahat di vila. Aryo

memastikan semua kebutuhan

mereka terpenuhi. Suasana simpan

mulai terasa hangat,

menunjukkan bagaimana Aryo

ingin memberikan kenyamanan

tidak hanya untuk Kinan, tapi

juga keluarganya.

….

Ditempat lain, di tengah

hingar-bingar klub malam,

Siska duduk di ruangan VIP

bersama beberapa temannya.

Dengan santai, ia memainkan

gelas berisi minuman di

tangannya, matanya mengamati

suasana sekitarnya. Tiba-tiba,

pintu ruangan terbuka, dan

salah satu anak buahnya masuk

dengan langkah cepat,

wajahnya menunjukkan bahwa

ia membawa kabar penting.

Nyonya Siska, ucap anak

buahnya dengan nada penuh

hormat, Saya mendapatkan

informasi bahwa Tuan Aryo dan

istri mudanya hari ini sudah

tiba di Jogja.

Siska langsung meletakkan

gelasnya di meja. Ia mengangkat

kepalanya dan menatap anak

buahnya dengan dingin. Di

mana mnereka sekarang?

tanyanya dengan suara tenang

tapi penuh otoritas.

Mereka sekarang berada di

sebuah vila yang terletak di

Jalan Suprapto, tidak jauh dari

kampus milik suami Anda,

jawab anak buahnya.

Siska menganggukkan

kepala dengan pelan, tanda ia

mendengarkan. Baiklah, kalau

begitu terus awasi mereka.

Laporkan semua kegiatan yang

dilakukan Aryo dan istri

barunya, perintah Siska dengan

tegas.

Baik, Nyonya, jawab anak

buahnya sambil menunduk. Ia

pun segera meninggalkan

ruangan setelah memastikan

perintahnya diterima dengan

baik.

…

Setelah kepergian anak

buahnya, salah satu teman

Siska, Monic, yang duduk di

sebelahnya, membuka

percakapan. Ia terlihat

penasaran dengan situasi yang

baru saja terjadi. Jadi benar,

Aryo menikah lagi? tanya

Monic, nada suaranya penuh

keingintahuan.

Siska tersenyum sinis dan

mengangguk. Iya, Aryo punya

istri muda. Tapi, mereka hanya

menikah kontrak. Aryo hanya

ingin anak dari wanita itu,

jawab Siska sambil mengangkat

bahu seolah masalah terlalu

mempermasalahkan.

Mendengar ucapan Siska,

Monic mengernyitkan dahi,

bingung dengan pemikiran

temannya. Kenapa tidak kamu

sendiri yang hamil? Kenapa

harus suamimu menikah lagi?

tanyanya penasaran.

Siska tertawa kecil, suara

tawanya terdengar dingin.

Kamu gila, Monic? Aku ini

seorang model. Tubuhku adalah

asetku. Kalau aku hamil,

tubuhku akan rusak, dan semua

impianku akan hancur, jawab

Siska, menatap Monic dengan

pandangan tegas. la lalu

menyeruput minumannya,

ekspresinya kembali tenang

namun penuh perhitungan.

Lalu Monic menggeleng

pelan, masih tidak habis pikir

dengan keputusan temannya.

Tapi Siska, bukankah kamu

takut kehilangan Aryo?

Bagaimana kalau dia lebih

memilih istri mudanya daripada

kamu? tanya Monic hati-hati.

Tampak Siska menyeringai,

kali ini dengan tatapan yang

lebih tajam. Itu tidak akan

terjadi, Monic. Aryo adalah

milikku. Aku akan memastikan

dia tidak bisa lepas dariku. Dan

wanita itu, Kinan, akan aku

pastikan menyesali

keberaniannya kembali ke Kota

ini, ucapnya dengan nada

penuh kebencian, sambil

menatap gelasnya seolah

merencanakan sesuatu yang

jahat.

….

Monic hanya bisa diam,

merasa suasana di ruangan itu

semakin mencekam. Siska,

dengan segala ambisinya,

terlihat bertekad untuk

mempertahankan posisinya,

apapun risikony

Waktu sudah menunjukkan

pukul 02.00 pagi ketika Siska

akhirnya pulang ke rumahnya.

Dengan langkah sempoyongan

akibat minuman yang

dikonsumsinya di klub tadi, ia

berjalan menuju kamarnya. Ini

bukan kali pertama Siska

menghabiskan malam dengan

bersenang-senang bersama

teman-temannya. Selama ini,

Aryo cenderung mengabaikan

kebiasaan istrinya tersebut,

meskipun ia tahu kebiasaan itu

tidak sejalan dengan kehidupan

yang dijalani Aryo.

Namun, malam ini berbeda.

Begitu membuka pintu kamar,

Siska dikejutkan oleh sosok

Aryo yang sudah duduk di sofa

kamar mereka. Wajah Aryo

terlihat tegang, dan tatapannya

tajam seperti pisau yang

menusuk langsung ke arah

Siska.

Dari mana saja kamu? Jam

segini baru pulang? suara Aryo

terdengar dingin, namun penuh

kemarahan. la berdiri, berjalan

perlahan mendekati istrinya.

Siska, yang masih dalam

pengaruh alkohol, menjawab

dengan nada santai, Aku cuma

habis bersenang-senang dengan

teman-temanku, Mas. Kenapa?

Bukankah kamu sudah tau

kebiasaanku?

….

Aryo, yang kini berdiri

sangat dekat, mencium aroma

alkohol yang menyengat dari

tubuh istrinya. Wajahnya

berubah semakin gelap. Tanpa

berkata apa-apa, ia tiba-tiba

menarik kasar lengan Siska.

Apa-apaan ini, Mas? Siska

memekik, namun Aryo tidak

peduli. Dengan tegas, Aryo

menyeretnya ke kamar mandi.

Sampai di kamar mandi,

Aryo langsung menghidupkan

shower dan mendorong tubuh

Siska ke bawah air dingin yang

mengalir deras. Siska menjerit

kaget. Air dingin itu membuat

kesadarannya perlahan kemnbali.

Mas, kamu gila?! kenapa

kamu melakukan ini?! Siska

berteriak marah, matanya

melotot memandang Aryo.

Namun, Aryo menatap

Siska dengan dingin. Aku

hanya ingin kamu sadar,

katanya singkat. Setelah kamu

benar-benar sadar, temui aku di

ruang kerja. Tanpa menunggu

respons Siska, Aryo berbalik dan

meninggalkan kamar mandi.

Siska, yang kini basah

kuyup, masih mnemaki dan

mengumpat Aryo, namun

akhirnya ia memutuskan untuk

mandi dan berganti pakaian. la

tahu, jika Aryo bersikap seperti

ini, pasti ada sesuatu yang serius

yang ingin disampaikan oleh

suaminya. Meski hatinya penuh

amarah, Siska tetap bergegas

menuju ruang kerja Aryo.

Perasaan tidak nyaman mulai

menghantui pikirannya-entah

apa yang sedang direncanalkan

oleh Aryo.

Setelah beberapa menit,

Siska akhirnya masuk ke ruang

kerja Aryo. Dia mengenakan

lingerie hitam yang sengaja

dipilih untuk menarik perhatian

suaminya. Tubuhnya yang

ramping dan menawan jelas

membuat siapa pun yang

melihatnya terpesona, tetapi

tidak demikian dengan Aryo.

Aryo duduk di kursi

kerjanya, pandangannya tajam

dan penuh ketegasan. Siska

berjalan pelan, berusaha

menampilkan keanggunan

sensualnya, tetapi sikap Aryo

sama sekali tidak berubah.

Ketika ia sampai di belakang

kursi suaminya, ia mulai

mengelus pundaknya dengan

lembut.

Ada apa, Mas? Kamu

memanggilku malam-malam

seperti ini, pasti ada hal penting

,ucap Siska dengan suara

manja, mencoba menggoda.

Namun, Aryo menepis

tangan Siska dengan kasar dan

berdiri dari kursinya.

Tatapannya penuh rasa jijik.

Hentikan, Siska. Kamu terlihat

seperti jalang yang sedang

merayu pria tua hidung belang.

ucap Aryo dingin.

…

Siska mendengus kecil,

tersinggung oleh ucapan

suaminya. Namun, ia berusaha

tetap tenang. Ia berjalan ke

depan meja dan duduk di kursi

berhadapan dengan Aryo.

Dengan santai, ia menyilangkan

kakinya dan bersedekap.

Apa yang kamu inginkan,

Mas? Langsung saja, aku tidak

suka basa-basi, ujarnya dengan

nada datar, menyembunyikan

kemarahannya.

Aryo menatapnya tajam.

Jauhi Kinan. Jangan pernah

mengganggunya lagi. Aku tahu

semua yang sudah kamu

lakukan padanya. Kamu

membohonginya dengan

mengatakan kalau kamu hamil

anakku. Apa pun tujuanmu,

hentikan sekarang juga. Aku

tidak akan membiarkanmu

menyakiti dia lagi. Dan aku

peringatkan ini sekali saja, Siska

-jangan coba-coba melawan,

atau kamu akan menyesal.

Siska tertawa kecil,

menertawakan ancaman Aryo

seolah itu adalah lelucon. Oh,

jadi ini semua karena

perempuan rendahan itu? Kamu

berani mengancamku hanya

demi seorang wanita

kampungan seperti dia?

ucapnya tajam, sinis.

Aryo mengepalkan

tangannya, berusaha

mengendalikan amarahnya.

Tutup mulut kotormu, Siska!

Kinan bukan seperti yang kamu

bilang. Dia jauh lebih baik

daripada kamu, lebih tulus,

lebih menghargai orang lain.

Berhenti mencampuri hidup

Kinan!

Siska mengangkat alisnya,

menantang. Kamu pikir aku

akan menyerah semudah itu?

Mas Aryo, kamu milikku. Tidak

ada seorang pun yang berhak

mengambilmu dariku, termasuk

perempuan itu. Aku akan

pastikan dia menyesal karena

pernah berpikir bisa bersaing

denganku, ancamnya dingin.

Aryo menatap Siska dengan

rasa jijik yang mendalam.

..

Lakukan apa pun yang kamu

mau, Siska. Tapi ingat, aku akan

melakukan apa saja untuk

melindungi Kinan. Dan kalau

kamu menyentuhnya, aku tidak

akan pernah melepaskanmu,

ucapnya sebelum berbalik dan

meninggalkan ruang kerja,

meninggalkan Siska yang

menyimpan amarah dan

dendam yang membara.

NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: JANGAN OM (PART38)
Next Post: JANGAN OM (PART36)

Related Posts

TERDIAM DALAM TAKDIR (PART13) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART13) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART52) Kisah Menarik
Tetangga idaman (PART57) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART15) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART64) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme