Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

JANGAN OM (PART39)

Posted on June 4, 2025 By admin

JANGAN OM (PART39)

Isi Postingan:

JANGAN OM PART39

…

..

.

Pagi ini, Kinan berangkat

kuliah lagi seperti biasa. Ia

diantar oleh Pak Danang, sopir

di vila tempat ia tinggal.

Setibanya di kampus, suara

teriakan histeris dari Sally dan

Fuji menyambutnya. Mereka

berlari ke arahnya dengan wajah

penuh kebahagiaan dan

kekhawatiran. Sudah tiga hari

saat Kinan kuliah lagi, baru hari

ini dia bertemu

teman-temannya tersebut,

karena mereka habis pulang

kampung.

Kinan! Aku sangat

merindukan kamu! seru Fuji

sambil memeluk Kinan erat, air

mata mulai mengalir di pipinya.

Kamu pergi ke mana saja?

tanyanya dengan suara bergetar.

Kinan membalas pelukan

itu dengan senyuman lembut.

Aku juga kangen sama kalian,

jawabnya singkat. Aku nggak

ke mana-mana kok, cuma

kemarin pengen cuti saja,

tambahnya dengan nada santai,

meskipun hatinya terasa berat

karena harus berbohong.

…

Namun, Sally menatapnya

dengan tatapan tajam. Jangan

bohong pada kami, Kinan. Kami

tahu kamu kabur dari Pak Aryo,

kan? ucap Sally langsung. Pak

Aryo sempat menemui kami dan

bertanya soal keberadaanmu.

Kinan terdiam sejenak, lalu

tersenyum kecil. Kita bahas

nanti saja, ya? Yuk, masuk dulu.

Nanti pas jam pelajaran selesai,

aku janji bakal cerita semnuanya

di kantin, ucapnya sambil

menggiring mereka untuk

masuk ke dalam gedung kampus.

Sally dan Fuji saling

pandang, lalu mengangguk

setuju. Meski penasaran,

mereka memutuskan untuk

menundanya, karena jam kuliah

sebentar lagi mulai. Mereka pun

akhirnya beranjak ke kelas

masing-masing.

Sesuai janjinya, setelah jam

kuliah masing-masing selesai,

Kinan, Fuji, dan Sally

berkumpul di kantin seperti

biasa. Mereka memesan

makanan ringan dan minuman

favorit mereka, lalu duduk di

sudut meja yang sering mereka

tempati. Suasana kantin ramai,

tapi di meja itu, perhatian

mereka terpusat pada Kinan.

Sambil menyeruput es

tehnya, Fuji membuka

pembicaraan, suaranya penuh

rasa ingin tahu. Sekarang

ceritakan, Kinan. Kamu pergi ke

mana saja beberapa minggu

kemarin, dan kenapa kamu

pergi? tanyanya sambil

menatap Kinan lekat-lekat.

Sally, yang duduk di

sebelahnya, mengangguk setuju.

Matanya menatap Kinan,

seolah mendesaknya untuk

segera memberikan jawaban.

..

Kinan menghela napas

panjang sebelum menjawab. Ia

memandang kedua sahabatnya

itu dengan ekspresi ragu. Aku…

Aku nggak tahu harus mulai dari

mana, ucapnya pelan. Ia

meletakkan sendoknya, tampak

sedang mencari kata-kata yang

tepat.

Fuji dan Sally tetap diam,

memberi ruang pada Kinan

untuk berbicara. Setelah

beberapa detik yang terasa lama,

Kinan akhirnya melanjutkan.

Aku pergi bukan karena alku

mau. Aku.. Aku cuma butuh

waktu buat menenangkan diri,

katanya, suaranya mulai

bergetar. Istri pertama mas

Aryo mendatangiku. Dia berkata

kalau dia sedang hamil sekarang,

makanya aku memilih pergi,

karena tidak ingin lagi

mengganggu kehidupan mereka.

Aku juga takut, kalau mas Aryo

menolak anak yang aku

kandung, karena mbak Siska

sudah hamil, ucap Kinan pelan.

Ucapan Kinan sontak

membuat Fuji dan Sally kaget,

Kamu hamil?tanya mereka

bersanmaan.

Kinan mengangguk, Sally

dan Fuji pun langsung

mengucapkan selamat. Tapi…

kenapa kamu malah memilih

pergi. Bukankah tujuan pak

Aryo menikah denganmu

karena menginginkan anak

darimu? tanya Sally bingung.

Mbak Siska sempat

mendatangiku dan meminta

padaku untuk pergi. Dia

memohon, agar aku

meninggalkan mas Aryo, karena

dia sekarang sudah hamil, jadi

mas Aryo pasti sudah tidak

membutuhkanku lagi. Makanya

aku memilih pergi waktu itu,

jawab Kinan sedih.

Fuji kemudian mengelus

telapak tangan Kinan, Tapi

kenapa kamu nggak bilang ke

kita? Kita pasti alkan membantu

kamu, Kinan, katanya dengan

nada lembut namun penuh

penyesalan.

….

Aku takut. Aku nggak mau

kalian ikut terlibat masalahku,

jawab Kinan sambil

menundukkan kepala.

Makanya, aku memilih pergi

sementara walktu. Aku butuh

jarak. Tapi sekarang, aku sadar,

mau sejauh apapun aku pergi,

mas Aryo pasti akan mencariku.

Jadi, aku harus hadapi

semuanya mulai sekarang.

Sally menghela napas pelan.

Kinan, apapun yang terjadi,

kamu tahu kan kalau kita selalu

ada untukmu? Jangan pernah

merasa harus menghadapi

semuanya sendirian, ujarnya

sambil menggenggam tangan

Kinan.

Kinan tersenyum kecil,

meski matanya terlihat

berkaca-kaca. Makasih, kalian

memang sahabat terbaikku,

ucapnyapelan. Aku janji, aku

nggak akan sembunyi lagi.’

Obrolan mereka terus

berlanjut, diwarnai tawa kecil

dan candaan untuk mencairkan

suasana. Meski masih ada

pertanyaan yang belum

terjawab, mereka memutuskan

untuk menikmati waktu

bersama tanpa beban.

Sore itu, Bu Kartika tiba di

vila tempat Kinan tinggal. Dari

balik jendela mobilnya, ia

memandangi vila megah yang

berdiri kokoh di depan matanya.

Raut wajahnya menunjukkan

rasa muak. Ternyata Aryo

memberikan fasilitas semewah

ini untuk pelacur itu,

gumamnya dengan suara pelan

namun penuh amarah.

Ketika mobilnya berhenti di

gerbang., seorang satpam segera

mendekat dan menghentikan

kendaraan itu. Maaf, ada

keperluan apa dan ingin

bertemu siapa? tanya satpam

kepada sopir Bu Kartika.

Tak sabar, Bu Kartika

berdiri kokoh di depan matanya.

Raut wajahnya menunjukkan

rasa muak. Ternyata Aryo

memberikan fasilitas semewah

ini untuk pelacur itu,

gumamnya dengan suara pelan

namun penuh amarah.

Ketika mobilnya berhenti di

gerbang, seorang satpam segera

mendekat dan menghentikan

kendaraan itu. Maaf, ada

keperluan apa dan ingin

bertemu siapa? tanya satpam

kepada sopir Bu Kartika.

….

Tak sabar, Bu Kartika

membuka kaca mobil di

sebelahnya. Dengan nada tegas,

ia berkata, Aku ingin bertemu

istri Aryo. Aku ibunya Aryo.

Satpam itu tampak terkejut.

la terdiam sejenak, kemudian

mengangkat telepon untuk

menghbungi orang dalam vila.

Halo, Bi. Ada tamu yang ingin

bertemu dengan Nona Kinan.

Katanya dia ibunya Tuan Aryo,

ucapnya kepada Bi Sumi.

Di dapur, Bi Sumi yang

sedang memasak, menjatuhkan

spatula di tangannya. Apa?

Nyonya Kartika datang ke sini?

tanyanya setengah tidak

percaya. Setelah berpikir

sejenak, ia menjawab, Baiklah,

biarkan dia masuk.

Satpam itu pun segera

membuka gerbang dan

mempersilakan mobil Bu

Kartika masuk. Sementara itu,

Bi Sumi langsung menghubungi

Aryo dengan nada panik.

Tuan, Nyonya Kartika

datang ke sini. Katanya ingin

bertemu Nona Kinan. Saya

sudah mengizinkannya masuk,

lapor Bi Sumi.

Di seberang telepon, Aryo

tampak terkejut. Apa?

Bagaimana ibuku bisa

mengetahui soal Kinan?

tanyanya dengan nada cemas.

Setelah itu, ia bertanya, Apa

Kinan sudah pulang, Bi?

Belum, Tuan, jawab Bi

Sumi singkat.

….

Aryo menghela napas berat,

berusaha menenangkan dirinya.

Baiklah. Terima kasih atas

informasinya. Katakan pada ibu

kalau aku dan Kinan akan segera

pulang, ucap Aryo tegas.

Baik, Tuan, jawab Bi Sumi

sebelum menutup telepon.

Dengan langkah tergesa, Bi

Sumi menuju ke depan rumah

untuk menyambut Bu Kartika.

Namun, hatinya terasa berat. Ia

tahu, kedatangan Nyonya

Kartika tidak akan membawa

kabar baik. Pasti akan terjadi

sesuatu,gumamnya dalam hati,

sambil menahan perasaan tidak

enak yang semakin menguat.

 

Aryo pun langsung

menghubungi Kinan dengan

tergesa. Tak lama, panggilannya

diangkat.

Halo, Mas. Ada apa?

tanya Kinan, nada suaranya

terdengar santai.

Kamu di mana sekarang?

Aryo bertanya, suaranya serius.

Aku di kantin kampus.

Kenapa, Mas? Kinan balik

bertanya, mulai merasa ada

sesuatu yang tidak beres.

Kita harus pulang

sekarang. Aku tunggu di

parkiran, sekarang juga, ucap

Aryo dengan nada tegas.

Mendengar nada bicara

Aryo yang tidak biasa, Kinan

tidak banyak bertanya. la segera

berpamitan pada Sally dan Fuji,

lalu bergegas menuju parkiran.

Di sana, Aryo sudah menunggu

di dalam mobil, wajahnya

tampak serius.

Setelah masuk ke mobil dan

mereka mulai melaju, rasa

penasaran Kinan memuncak. Ja

menoleh ke arah Aryo. Ada apa

sih, Mas? Kok kita buru-buru

harus pulang? tanyanya

dengan nada cemas.

Aryo, yang sedang fokus

menyetir, melirik Kinan sejenak

sebelum meraih tangannya.

Dengan suara tenang tapi tegas,

Aryo menjawab, Ibuku

sekarang ada di vila. Dia ingin

bertemu denganmu.

Kinan terkejut mendengar

penjelasan itu. Apa? Ibu Mas

Aryo ingin bertemu aku? Apa

Mas Aryo yang

memberitahu

beliau tentang aku? tanyanya,

suara gemetar.

Tidak. Aku rasa Siska yang

memberitahunya, jawab Aryo

sambil menghela napas panjang.

Tapi dengar, Kinan. Apa pun

yang nanti dikatakan ibuku.

jangan pernah berpikir untuk

pergi lagi dariku. Biarkan aku

yang mengurus semuanya,

ucapnya penuh keyakinan.

…

Kinan hanya bisa

mengangguk, meski hatinya

diliputi kegelisahan. la

menggenggam tangan Aryo erat,

mencari kekuatan dari sentuhan

itu. Dalam hati, ia berdoa agar

semua ini dapat diselesaikan

dengan baik. Semoga

kedatangan Nyonya Kartika

tidak membawa lebih banyak

masalah di antara mereka.

 

 

Di vila, Bu Kartika duduk

dengan tenang di ruang tamu,

tubuhnya tegak, dan tangannya

terlipat di dada. Di depannya, Bi

Sumi duduk dengan wajah

tertunduk, gugup menghadapi

tatapan tajam sangnyonya.

Jadi selama ini kamu tidak

pulang kampung, Bi? Ternyata

kamu kerja mengurus istri muda

Aryo disini? tanya Bu Kartika

dengan nada tenang tapi penuh

sindiran.

Bi Sumi mengangguk pelan.

Iya, Nyonya. Saya diminta

tolong oleh Tuan Aryo untuk

merawat Nona Kinan di sini,

jawabnya, berusaha menjaga

nada suaranya tetap sopan.

Bu Kartika tersenyum kecil,

namun senyuman itu jelas tidak

menandakan kepuasan.

Ternyata kamu berani

berkhianat pada keluargaku, Bi,

ucapnya, tatapannya semakin

tajam.

Maafkan saya, Nyonya,

sahut Bi Sumi cepat. Tapi saya

hanya menjalankan permintaan

Tuan Aryo. Lagipula, Nona

Kinan orang baik, Nyonya,

lanjutnya dengan hati-hati.

Baik? Bu Kartika

mendengus meremehkan.

Kalau dia wanita baik-baik, dia

tidak akan menjadi duri dalam

rumah tangga anakku. Dia

hanya seorang pelcur

rendahan yang bermimpi

menjadi menantu di keluarga

Hermawan, ucapnya tajam,

setiap kata seperti pisau yang

menusuk.

….

Bi Sumi terdiam, bingung

harus menjawab apa. Namun

sebelum ia bisa merespons,

suara pintu yang terbuka

menarik perhatian mereka.

Aryo dan Kinan muncul di

ambang pintu. Wajah Aryo

tegas, sementara Kinan tampak

gugup tapi berusaha menjaga

ketenangannya.

Mata Bu Kartika dan Bi

Sumi serentak beralih ke arah

pintu masuk. Suasana tegang

langsung terasa, seolah seluruh

ruangan itu dipenuhi oleh hawa

dingin yang menusuk. Aryo

melangkah masuk lebih dulu,

menggenggam tangan Kinan

dengan erat, seolah

menunjukkan bahwa ia tidak

akan melepaskan wanita yang

ada di sampingnya.

Bu, Aryo menyapa,

nadanya datar namun tegas. Ia

memandang ibunya langsung,

siap menghadapi apa pun yang

akan terjadi. Di sebelahnya,

Kinan menunduk sedikit,

mencoba menenangkan diri

sebelum menghadapi sorotan

mata tajam Bu Kartika.

Aryo dan Kinan kemudian

duduk di depan Bu Kartika,

Suasana semakin memanas.

Tatapan Bu Kartika penuh

kebencian, menusuk langsung

ke arah Kinan. Ia masih

menyilangkan tangan di

dadanya, wajahnya semakin

dingin.

Jadi ini pelacr kecil yang

berhasil merayumu, Aryo, ucap

Bu Kartika tajam sambil

menatap Kinan dengan

pandangan merendahkan.

Bu, Kinan tidak seperti itu,

bela Aryo tegas. Dia bukan

pelacr, dan dia juga tidak

pernah merayuku. Aku yang

memaksanya untuk menjadi

istriku, lanjutnya, mencoba

melindungi Kinan dengan

kata-katanya.

 

Namun, Bu Kartika tak

terpengaruh. Jangan

membelanya, Aryo! Ibu tidak

mau kamu tunduk pada wanita

jahat seperti ini. Apa kurangnya

Siska, Aryo? Dia cantik,

karirnya bagus, dia wanita

sempurna. Tapi kamu malah

tergoda sama wanita seperti ini!

suara Bu Kartika meninggi. Ibu

tahu kamu membeli wanita ini

dari klub malamn, dari seorang

mucikari! tuduhnya penuh

amarah.

Kinan hanya bisa

menunduk, menggigit bibirnya

untuk menahan tangis. Namun,

air matanya tak mampu ia tahan

lebih lama.

Bu! Aryo menatap ibunya

dengan mata penuh kemarahan.

Kinan tidak seperti yang Ibu

pikirkan! Memang benar, aku

membelinya dari seorang

mucikari, tapi dia ada di sana

bukan karena kehendaknya

sendiri. Dia dijual oleh ayah

tirinya! Aryo berhenti sejenak,

suaranya bergetar karena emosi.

Dan dia juga masih perawn

saat aku membelinya. Jadi,

jangan pernah sebut Kinan

seorang pelacr!

….

Kata-kata Aryo menggema

di ruangan itu, membuat

suasana semakin tegang. Kinan

yang duduk di sampingnya

hanya bisa menangis, air

matanya mengalir deras.

Hatinya terasa hancur. la

merasa terhina hingga ke dasar

jiwanya, seolah dirinya

benar-benar sehina itu di mata

ibu Aryo. Namun, ia tetap diam,

tak ingin memperkeruh suasana.

Aryo meremas tangan

Kinan dengan lembut, mencoba

memberikan rasa aman. Aku

tidak peduli apa yang Ibu

pikirkan. Kinan adalah istriku,

dan aku mencintainya. Apa pun

yang terjadi, aku tidak akan

melepaskannya, tegas Aryo,

matanya tak berpaling sedikit

pun dari ibunya.

Bu Kartika terdiam sejenak,

jelas masih menyimpan amarah

yang belum reda. Pertemuan ini

belum selesai, dan konflik yang

ada di antara mereka sepertinya

baru saja dimulai.

Ceraikan dia, ibu tidak mau

tau. Ibu tidak ingin nenekmu

sampai mendengar hal ini, dan

menbuatnya sakit lagi, ucap bu

Kartika datar.

Namun Aryo menggeleng

pelan, Aku sendiri yang akan

mengajak Kinan menemui

nenek, jawab Aryo, yang tentu

saja membuat bu Kartika dan

juga Kinan kaget. Mereka

menatap bingung ke arah Aryo.

NoteL..i..k..e.mu penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: ADIK IPAR PELIPUR LARA(PART10)
Next Post: JANGAN OM (PART38)

Related Posts

JANGAN OM (PART74) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART7) Kisah Menarik
TETANGGA MENGGODA (PART20) Kisah Menarik
TERDIAM DALAM TAKDIR (PART35) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART24) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART60) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme