JANGAN OM (PART5)
Isi Postingan:
JANGAN OM PART5
…CERITADEWASA…
.
.
Pagi itu, Aryo menggandeng
tangan Kinan dengan lembut,
membawanya menuju rumah
Pak Kyai kenalan asisten Aryo.
Meski hatinya dipenuhi debar,
ia merasa tenang berada di sisi
Aryo. Mereka memasuki rumah
sederhana Pak Kyai, yang segera
menyambut mereka dengan
senyum hangat.
…
Assalammualaikum pak,
saya Aryo temannya David. Saya
yang hari ini ingin dinikahkan
oleh Bapak.Ucap Aryo saat
memasuki rumah Kyai yang
bernama pak Dahlan tersebut.
Pah Pak Dahlan lalu
menjawab Ucapan salam Aryo,
Waalaikumsalam Mas Aryo,
Mari masuk. Silakan kamni sudah
menunggu kedatangan Mas
Aryo dari tadi. Oh ya!! Ini calon
istrinya ya Mas?Tanya Pak
Dahlan ramah.
Aryo pun mengiyakan
ucapan Pak Kyai tersebut.
Mereka lalu langsung diarahkan
untuk ke ruang tengah, di sana
sudah ada dua orang tetangga
pak Dahlan, yang siap jadi saksi.
Karena Kinan seorang anak
tunggal dan bapaknya sudah
meninggal, serta tidak
mengetahui di mana
keberadaan keluarga bapaknya,
jadi wali nikah diwakili oleh Pak
Kyai tersebut.
…
Proses ijab qobul
berlangsung khidmat dan penuh
haru. Saat Aryo mengucapkan
janji suci itu, Kinan merasakan
perasaan campur aduk antara
bahagia dan sedih. Tak lama
setelah prosesi selesai, Aryo
langsung mengajalknya pulang
ke apartemennya.
Setibanya di apartemen,
Aryo mengeluarkan sebuah
kartu ATM dan ponsel, lalu
menyodorkannya kepada Kinan.
…
Ini untuk kamu, ucap
Aryo dengan suara lembut,
Kalau kamu ingin belanja
apapun, kamu bisa pakai kartu
ini. Ponsel ini juga untuk kamu
pakai, supaya kita lebih mudah
berkomunikasi.
Kinan tertegun menerima
pemberian itu, matanya
berkaca-kaca. Terima kasih,
Tuan Aryo, bisiknya penuh
rasa syukur. la tahu, kehidupan
barunya bersama Aryo baru saja
dimulai, dan ia bertekad untuk
menjalaninya dengan penuh
keikhlasan.
Jangan panggil aku tuan,
panggil aku Mas. Kita sudah
menikah Kinan, aku suamimu
bukan majikanmu. Seru Aryo
lembut.
…
Sudah tiga hari berlalu sejak
pernikahannya dengan Aryo,
dan selama itu pula Aryo tak
pernah lagi datang ke
apartemen, bahkan tidak
menghubunginya. Kinan mulai
merasakan kesepian, merasa
asing di apartemen mewah itu.
la mulai jenuh, ingin keluar
sejenak untuk mengusir rasa
bosan. Tapi di sisi lain, ia
merasa takut dan ragu untuk
meminta izin dari Aryo.
Pagi itu, Kinan duduk
termenung di ruang tamu,
sesekali melirik ponsel yang tak
kunjung memberi kabar dari
Aryo. Mbok Sumi, pembantu
setia di apartemen itu, melihat
wajah gelisah Kinan dan
mendekat dengan tatapan
lembut.
…
Kenapa, Non? Ada
masalah, kok kelihatannya
gelisah begitu? tanya Mbok
Sumi dengan nada penuh
perhatian.
Kinan menoleh, sejenak
terdiam sebelum menjawab,
Sudah tiga hari Mas Aryo nggak
ada kabar, Mbok. Aku bosan di
apartemen terus. Rasanya ingin
jalan-jalan sebentar, tapi aku
nggak berani minta izin.
Mbok Sumi tersenyum
penuh pengertian, mencoba
menenangkan Kinan. Coba saja
kirim pesan, Non. Siapa tahu
Tuan Aryo mengizinkan.
Lagipula, hanya jalan-jalan
sebentar, kan?
Kinan terdiam, menimbang
saran dari Mbolk Sumi.
Akhirnya, ia mengangguk,
meski masih ragu. Dengan
tangan sedikit gemetar, Kinan
mulai mengetik pesan kepada
Aryo, meminta izin untuk
keluar sejenak dari apartemen.
….
Setelah mengirim pesan, ia
menatap layar ponsel dengan
harap-harap cemas, menunggu
balasan yang mungkin akan
membebaskannya dari rasa
jenuh yang sudah lama
menumpuk.
Tak lanma setelah pesan
terkirim, ponsel Kinan bergetar.
Pesan dari Aryo masuk,
membuat jantungnya sedikit
berdebar. Dengan cepat, Kinan
membulka pesannya
…
Pergilah, hati-hati. Aku
masih di luar negeri, mungkin
lusa baru pulang.
Rasa lega dan senyum kecil
muncul di wajahnya. Akhirnya
ada kabar juga, pikirnya. Segera
ia mengetik balasan, Terima
kasih, Mas Aryo, sebelum
bergegas bersiap-siap untuk
keluar.
Kinan segera menata
penampilannya, memilih
pakaian sederhana namun rapi.
Meski berasal dari desa, ia
punya cukup keberanian untuk
beradaptasi dengan suasana
kota besar. Selain itu, ia cukup
paham cara menggunakan
ponsel dan aplikasi yang
memudahkan aktivitasnya di
kota.
…
Setelah siap, Kinan turun
dan memanggil taksi menuju
mall terdekat. Duduk di dalam
taksi, ia memandangi
pemandangan kota yang ramai.
Ada rasa antusias di dalam
hatinya, karena ini adalah kali
pertama ia berjalan-jalan sendiri
di kota besar. Tentu saja ia
merasa sedikit gugup, namun
rasa penasaran pada dirinya
lebih besar.
Kinan berjalan santai
mengelilingi mall, menikmati
suasana baru yang penuh warna
dan ramai. Meski banyak barang
menarik yang terpajang di
etalase, ia hanya melihat-lihat
tanpa niat untuk membeli. Bagi
Kinan, harga barang-barang di
mall terasa mahal, dan ia tak
ingin menghamburkan uang
hanya untuk sesuatu yang tidak
perlu.
…
Setelah cukup lama
berkeliling, ia memutuskan
mampir ke food court. la
membeli cemilan dan minuman
ringan, lalu mencari tempat
duduk yang nyaman. Sambil
menikmati cemilannya, Kinan
memperhatikan orang-orang
yang berlalu-lalang. Ada
sekelompok teman yang tertawa
bersama, ada keluarga dengan
anak-anak kecil, dan juga
pasangan yang berjalan sambil
bergandengan tangan. Semua
tampak asyik dengan aktivitas
masing-masing, membuat
Kinan merasa seperti bagian
dari keramaian kota.
Di tengah lamunannya,
suara familiar terdengar
memanggil namanya. Kinan
menoleh, dan betapa
terkejutnya ia saat melihat dua
wajah yang sangat dikenalnya.
….
Kinan? Ini kamnu, kan?
ujar salah satu dari mereka
dengan senyum lebar.
Di depannya berdiri Fuji
dan Sally, teman-teman
SMA-nya di kampung dulu.
Keduanya tampak berbeda
dengan gaya yang lebih modern,
tapi senyum mereka tetap sama
hangatnya.
Fuji! Sally! Kinan
tersenyum lebar, tak percaya
bisa bertemu mereka di sini. Ya
ampun, aku nggak nyangka bisa
ketemu kalian di sini!
Kami juga nggak nyangka!
Kita pikir kamu masih di
kampung, kata Fuji sambil
tertawa. Ternyata sekarang
kamu sudah jadi anak kota juga,
ya!
Sally ikut duduk di
sebelahnya. Jadi, sekarang
kamu tinggal di sini, Kin?
Kinan mengangguk sambil
tersenyum malu, merasa senang
sekaligus terkejut dengan
pertemuan tak terduga ini.
Mereka pun mulai bercerita
panjang lebar, mengenang
masa-masa SMA dan bertukar
kabar tentang kehidupan
masing-masing di kota.
…
Di tengah obrolan mereka
Fuji bertanya pada Kinan,’
kamu di sini tinggal di mana
Kin? tanya Fuji penasaran.
Sambil tersenyum malu,
Kinan berkata, Aku sekarang
kerja di kota ini, jadi pembantu.
Ucap Kinan berbohong, dia
tidak mungkin menceritakan
kalau dia di sini karena dijual
oleh ayah tirinya. Kemudian
dinikahi oleh laki-laki, yang
sudah mempunyai istri.
Fuji dan Sally salingmelirik,
lalu mengangguk penuh
pengertian. Mereka tidak
memandang rendah Kinan
justru mereka senang melihat
sahabatnya bisa berada di kota
dan mandiri.
Oh iya, gimana kuliah
kalian? tanya Kinan, mencoba
mengalihkan obrolan dengan
rasa penasaran.
….
Fuji langsung bercerita
tentang keseruan hidupnya
sebagai mahasiswa, dari
dosen-dosen yang tampan
sampai kegiatan kampus yang
sibuk. Sally tak mau kalah, ia
berbagi cerita tentang organisasi
yang diikutinya dan betapa
menyenangkan bisa kenal
banyak orang baru.
Eh, aku sekarangpunya
pacar, lho! Dia kalkak senior
semester enam, Sally
menambahkan dengan pipi
merona. Orangnya perhatian
banget. Kami sering belajar
bareng, dan dia suka bantuin
aku kalau ada tugas yang susah.
Lalu Fuji juga berkata, Aku
sebenarnya naksir Iho, sama pak
dosen yang ganteng disana!! tapi
sayangnya dia dingin dan jutek.
…..
Seketika Sally menoyor
kepala Fuji sambil berkata, Dia
udah punya bini ege,lo mau
dicap sebagai pelakor? jawab
Celine memperingatkan.
Lalu dengan cemberut Fuji
menjawab, Ya biarin lah,siapa
tahu aku bisa dijadiin bini muda.
Dia itu ganteng, kaya lagi, pasti
hidupku bakal terjamin ya kan!
Kinan mendengarkan
dengan tertawa, sesekali
mengangguk dan tersenyum. la
merasakan sedikit iri di dalam
htinya, membayangkan
bagaimana rasanya menjalani
kehidupan kampus yang penuh
warna seperti mereka. Dalam
hati, ada keinginan yang tak ia
ucapkan ia pun ingin kuliah,
menimba ilmu, dan merasakan
keceriaan yang sama.
Namun, ia sadar bahwa
jalannya mungkin berbeda.
Meski begitu, melihat semangat
teman-temannya membuatnya
merasa senang dan termotivasi
untuk tetap kuat menjalani
kehidupannya di kota.
….
Setelah cukup lama berbagi
cerita dan tertawa bersama,
Kinan akhirnya berpamitan
kepada Fuji dan Sally.
Aku harus pulang,
majikanku mungkin sebentar
lagi pulang, ujar Kinan dengan
senyum yang sedikit
dipaksakan.
Oh, iya, Kin. Hati-hati ya.
Kita ketemu lagi kapan-kapan,
kata Fuji sambil memeluknya.
Sally mengangguk. Jangan
sungkan kalau butuh teman
hubungi kami, ya. Sini
nomermu,biar aku simpan.
Lalu Kinan pun
mengeluarkan ponselnya dari
dalam tas. seketika Fuji dan
Selly terkejut, karena ponsel
yang dibawa oleh Kinan adalah
ponsel dengan merek terbaru.
Ponsel seharga puluhan juta,
dengan logo apel tergigit itu,
menjadi barang yang sangat
diidamkan oleh mereka berdua.
Seketika Seli berteriak,Gila
loh Kin!!! ponsel lo Keren
banget. Lo kerja apaan di sini?
baru sebentar, udah bisa beli
ponsel canggih kayak gini.
Dengan panik Kinan
langsung menjawab, Anu…ini
ponsel dikasih sama bosku,
karena aku kemarin ke sini tidak
punya ponsel. Jadi bosku yang
membelikannya untukku Nanti
dipotong gaji katanya.
Mendengar jawaban Kinan,
mereka berdua hanya ber oh ria.
Mereka bertiga pun
berpamitan, dan Kinan
melangkah keluar dari mall.
Saat berjalan menyusuri trotoar
untuk mencari taksi, pikirannya
melayang. Dalam heningnya, ia
merasa ada sebersit rasa iri dan
penyesalan yang tak bisa
dihindari. Kinan
membayangkan betapa
beruntungnya Fuji dan Sally
bisa melanjutkan kuliah,
mengejar impian mereka, dan
menikmati kebebasan khas anak
muda. Sementara dirinya…
terjebak dalam pernikahan yang
tak pernah ia rencanakan, harus
menyesuaikan hidup di kota
sebagai seorang istri muda.
Dengan hati yang sedikit
berat, Kinan melanjutkan
langkahnya. Namun, di dalam
hati ia bertekad untuk tetap
kuat dan mencarijalan terbaik
bagi dirinya. Meskipun jalan
hidupnya berbeda, ia masih
berharap bisa menemukan
kebahagiaan dan kebebasan
seperti teman-temannya suatu
hari nanti.
….
Malam berikutnya, Kinan
tengah berbaring di kamarnya,
rasa kantuk segera
menyergapnya. Saat baru mau
terlelap, tiba-tiba suara pintu
kamarnya terbuka,
membuatnya terperanjat. Aryo
berdiri di ambang pintu,
menatapnya dengan tatapan
tenang. Kinan segera bangkit
dan duduk di atas kasur,
menyapa Aryo dengan suara
sedikit gugup.
Mas…kapan pulang? Ucap
Kinan gugup.
Tanpa menjawab, Aryo
berjalan masuk dan duduk di
ujung ranjang, memandangi
Kinan dengan serius. Setelah
hening beberapa saat, ia berkata,
Aku baru saja pulang,langsung
menuju kemari. Besok pagi, aku
akan ajak kamu ke tempat
temanku seorang dokter
kandungan. Aku ingin
memastikan kondisimu siap
untuk hamil.
Kinan mengangguk pelan,
menerima kabar itu tanpa
banyak kata. Ia tak tahu harus
merespons bagaimana, hanya
menyimpan kegelisahannya di
dalam hati.
….
Aryo kemudian bergeser
lebih dekat, membuat Kinan
menegang. Dengan lembut,
Aryo mengangkat dagu Kinan,
membuatnya menatap tepat ke
matanya. Sentuhan lembut itu
terasa asing bagi Kinan,
membuat dadanya berdegup
lebih kencang. Ia tak
menyangka Aryo akan
bertindak sedekat ini. Tak ada
kata yang terucap, hanya
tatapan intens yang mereka bagi
di tengah kesunyian. Dalam
hatinya, Kinan merasa bingung
sekaligus terjebak oleh perasaan
yang sulit dijelaskan.
Dengan lembut, Aryo
mendekatkan wajahnya hingga
canggung bercampur dengan
sesuatu yang lain, yang belum
pernah ia rasakan sebelumnya.
Namun tak lama, Aryo
kembali memgut bbir Kinan.
Aryo semakin memperdalam
ciman mereka,seolah bbir
Kinan menjadi candunya. Kinan
hanya bisa psrah, mengikuti
irama yang Aryo tentukan. Di
saat itu, ia merasakan sensasi
yang aneh dalam dirinya.
Jantung berdegup kencang.
…
Kamu sudah siap? Tanya
Aryo serak, saat sudah melepas
cimannya.
Kinan merasakan wajahnya
memanas karena malu,
mendengar ucapan Aryo, lalu
dengan pelan dia berkata Maaf
Mas,tapi Malam ini…. aku
sedang halngan
Aryo pun lalu menghilang
nafas kasar, kemudian dia
berkata, Baiklah, kalau begitu
Istirahatlah, aku akan mandi
dulu. Ucap Aryo kemudian
beranjak menuju kamar mndi.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Ceritadewasa
ceritanovel
mertuamenantu
menantuidaman
selingkuh
foto
fotoai
text
foryou
Related: Explore more posts