Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

ADIK IPAR PELIPUR LARA (PART5)

Posted on June 4, 2025 By admin

ADIK IPAR PELIPUR LARA (PART5)

Isi Postingan:

ADIK IPAR PELIPUR LARA PART5

.

.

.

Celia sudah tak sabar

bertemu suaminya yang

rencananya hari ini akan pulang

setelah terbang selama tiga hari.

Dia bersikeras menjemput

Bram di bandara, meski

suaminya itu mengatakan bisa

pulang diantar dengan mobil

operasional kantor.

Tapi, Celia tidak mau

menunggu sampai Bram pulang

ke rumah diantar mobil kantor,

dia ingin menjemputnya.

Baru tiga hari gak ketemu

Mas Bram udah kangen banget.

Hari ini pakai apa ya untuk

jemput dia, gumam Celia

berdiri di depan lemari.

Dia lalu memilih-milih

pakaian yang akan

dikenakannya.

Celia memutuskan

memakai blouse pita warna

cream dan rok motif floral

dibawah lutut.

Tak lupa dia berdandan

secantik mungkin, menyapu

lipstik warna nude di bibir

indahnya, lalu meriah wajahnya

dengan make up flawless,

rambutnya memakai heels dan

menenteng clutch.

Wanita itu berdiri di depan

cermin, memutar badannya

beberapa kali, kemudian

tersenyum puas.

umayan okpenampilan

seperti ini, batinnya, senang.

wajahnya tampak

sumringah Sebagai seorang

perancang busana, dia memang

harus tampil menawan dan

mempesona.

Itu adalah branding dirinya

sejak awal mula berkarir sebagai

fashion desainer.

….

Celia melihat jam tangan

wanita mereka terkenal desain

classy, elegan, dan fashionable

yang dipakainya, menunjukkan

pukul 09.00 pagi, satu jam lagi

pesawat Bram mendarat

Papa mertuanya sudah

berangkat ke kantor, begitu juga

mamanya sedang mengecek

restoran miliknya di luar kota.

Celia kemudian buru-buru

turun dari lantai dua rumah

mewah itu melalui tangga.

Tanpa disangka, dia

terpeleset dan hampir saja

terjatuh ke dari tangga tersebut.

Untung saja Dimas sigap

menangkap, menahan

tbuhnya, merangkulnya dalam

pelkannya agar tidak terjatuh

ke lantai bawah.

Jantung Celia berdegup

kencang, nafasnya tidak teratur,

ada percikan aliran listrik yang

mengalir disekujur tbuhnya

ketika Dimas menahan

tbuhnya, merangkul

pinggangnya agar tak terjatuh.

Sesaat dia merasa nyaman

saat berada dalam pelkan

Dimas.

Namun saat mata mereka

saling bertatapan, ada rasagrogi

dan gugup yang Celia rasakan.

Setelah beberapa saat saling

pandang. akhirnya Celia

tersadar lalu meminta Dimas

melepaskanya.

Aku mau bergegas pergi,

katanya, mendorong tubuh pria

itu, menjauhinya.

Gak ada ucapan terima

kasih sudah di tolong. Lagi-lagi

berteriak kencang padaku,

sindir Dimas.

Makasih! Maafaku

buru-buru mau jemput Mas

Bram, katanya, memakai

kacamata hitam, lalu berjalan

cepat keluar rumah.

Celia menuju parkiran

mobil, yang sebelumnya

mesinnya sudah dipanaskan Pak

Dodit.

Dimas menyusul Celia, ke

parkiran mobil mercy hitam itu.

Aku ikut jemput Mas Bram

, katanya, membuka pintu

mobil.

Celia berusaha menutup

pintu mobilnya dan meminta

Dimas tak ikut dia.

Aku pergi sendiri. Karena

mau jalan-jalan dulu sama Mas

Bram. Aku gak mau kamu ikut,

tolaknya.

Gak masalah kalau mau

jalan-jalan juga. Aku malah

senang, katanya nyengir.

Dengar ya, ini walktunya

aku dan suamiku quality time.

…

Jadi kamu gak perlu ikut,

ganggu tau. Kalau mau ikut

pergi naik mobilmu sendiri,

sebutnya, sewot.

Minggir aku mau pergi,

nanti telat, ketus Celia,

menepis tangan Dimas di pintu

mobilnya.

Mbak Celia kenapa sih

selalu aja marah-marah dan

emosi, tanya Dimas.

Aku gak ada waktu untuk

jawab pertanyaan kamu,

katanya, menghidupkan mobil

lalu keluar dari pintu gerbang

rumah menuju jalan raya ke

arah bandara.

Celia tiba di bandara

setengah jam kemudian. Dia lalu

menunggu Bram di lounge

bandara.

Sepuluh menit kemudian,

Bram tampak dari kejauhan,

tersenyum berjalan ke arahnya.

Celia berlari kecil lalu memeluk

suaminya itu.

Rindu banget sama Mas

Bram, bisiknya.

Aku juga. Kamu cantik

banget hari ini, puji Bram.

Benarkah? Makasih mas,

sahutnya tersenyum lebar.

Ternyata Mas Bram

perhatian juga dan melihat

penampilanku, kata hatinya,

senang.

Kita mampir di restoran

dulu ya, aku mau makan dan

santai sebentar sebelum pulang,

kata Bram.

Ok, kita ke restoran dulu.

Baik, jawab Celia.

Mereka lalu menuju

parkiran mobil, dengan

membawa kopernya, Bram

kemudian memasukan ke bagasi

mobil.

…

Dia lalu duduk di depan

kemudian, menyetir mobil

mercy itu menuju restoran.

Keduanya lalu makan di

restoran itu, duduk

berdampingan di kursi, sembari

ngobrol tentang hari-harinya

Bram dan kapan dia akan

terbang lagi.

Bram masih mengenakan

seragam pilotnya saat turun dari

pesawat dan ke restoran itu.

Ini hari-hari sibuk

penerbangan, sedang peak

season, musim padat

penumpang yang terjadi pada

saat banyak orang bepergian.

Jadi bisa saja tak pulang 4- 5 hari

, katanya.

Ya, aku paham kok. Kan

sudah tau juga jadwalmu

gimana sejak kita pacaran.

Cuma kan sekarang sudah

menikah. Pengen gak pisah

lama-lama, kata Celia manja,

memeluk lengan suaminya itu.

Belum lagi kalau jadwal

stand by, harus rela ditelepon

sewaktu-waktu dan segera

datang ke bandara satu jam

kemudian, sebutnya lagi.

Saat aku memutuskan

menikah hidup dengan seorang

pilot, alku sudah tau kok semua

itu. Tapi tetap saja gak siap,

ungkapnya.

Kamu kan sudah paham

dan ngerti jadwal liburku,

sekitar 10 hari per bulan dan

libur ini di hari kerja, katanya.

Iya, gak usah diingetin

terus. Aku paham dan ngerti

kok, katanya sedikit merajuk.

Maafin aku ya karena tugas

ini aku harus sering-sering

ninggalin kamu, ucap Bram,

mengecup kening Celia.

Setelah dari restoran,

mereka kembali ke rumah.

Bram berada di rumah

selama empat hari, sebelum

kemudian dia terbang lagi.

Selama waktu itu, dia

menghabiskan waktu bersama

Celia, belanja ke mall, nonton

bioskop dan menonton konser

musik.

…

Malam harinya, Bram

masih sering nongkrong sama

teman-temannya dan pulang

diatas pukul 21.0 atau pukul 11

malam.

Dia masih belum juga

melaksanakan kewajibannya

pada Celia sampai saat ini.

 

Pernikahan keduanya sudah

berlangsung selama empat

bulan. Selama itu pula, Bram

juga masih belum

menyentuhnya, dia kehilangan

hasrat untuk melakukan

hubungan seks’al dengan Celia.

Celia yang

sebelum-sebelumnya mencoba

mengerti dan memahami alasan

dan kondisi Bram, mulai

bertanya-tanya kenapa

suaminya seperti itu.

Dia tak bisa membiarkan hal

itu terus menerus terjadi,

bahkan dengan alasan menunda

punya anak, seharusnya mereka

tetap bisa melakukan hubungan

int’m, dengan memakai

pengaman dan alat kontrasepsi

agar dia tidak hamil.

Aku gak tau apa alasan

sebenarnya Mas Bram tak mau

melakukan hubungan ses

denganku. Apa dia punya

wanita lain, ada masalahkan ?

katanya bertanya-tanya dalam

hati.

Sementara, disaat

bersamaan, Dimas selalu saja

menggodanya, membuat

jantungnya berdebar saat pria

itu didekatnya.

Entah kenapa, Celia mulai

merasa khawatir suatu saat

karena alasan Bram yang tak

kunjung memuskan hsratnya,

dia bisa saja terbuai rayuan,

godaan dan sentuhan Dimas.

Seperti yang terjadi

kemarin malam, saat dia tidak

bisa tidur, maka Celia akan ke

ruang kerjanya.

Ruang kerja itu terletak di

sebelah kamar tidurnya

bersama Bram di lantai dua.

Sementara di seberang ruangan,

ada kamar Dimas di ujung

sebelum tangga.

Ruang kerja yang lumayan

luas itu dicat berwarna cream,

ada papan untuk menuangkan

ide dan pikiran.

Ada dua meja di ruangan itu,

satu meja besar dengan kursi

empuk diletakkan menghadap

jendela untuk menambah

inspirasi.

Satu lagi meja sedang,

diletakkan di ujung, saat dia

ingin menggambar di atas meja,

duduk lesehan di lantai.

…

Sebagai lulusan sekolah

mode, Celia punya kemampuan

berpikir kreatif, menggambar,

manajerial, melakukan

observasi, melakukan analis,

memiliki pengetahuan mode

serta pengetahuan tebtang

tekstil.

Dia lalu mulai

mencoret-coret, menggambar

serta mendesain rancangan

busana, diatas meja kerjanya,

ditemani segelas susu.

Setelah hampir dua jam

mendesain, dia merasa pegal,

lalu memijat pundaknya,

sembari bersandar di kursi,

memejamkan matanya.

Seketika, Celia merasakan

ada tangan yang memjat bahu

dan lhernya perlahan-lahan,

begitu nyaman, menenangkan

dan membuatnya rikeks.

Dia betpikir itu adalah

pijtan Bram, sang suami. Dia

menikmati pijtan tersebut,

sebelum akhirnya menyadari

tidak mungkin itu Bram, karena

dia masih bertugas, belum

pulang ke rumah.

Dia kemudian membuka

matanya, sedikit terperanjat

saat mengetahui Dimas lah yang

berdiri dibelakangnya, sedang

memijat pundak dan lehernya.

Dimas! Apa yang kamu

lakukan di sini. Hentikan

memjatku. Keluar! bentaknya.

Tadi Mbak Celia begitu

menikmati pjatanku, sekarang

mengusirku, katanya, tertawa

meledek.

…

Dimas masih terus memjat

pundak Celia, meski wanita itu

telah memintanya berhenti dan

keluar dari ruang kerjanya.

Lancang sekali kamu

masuk ruang kerjaku tanpa

permisi, tanpa izin lalu

memijatku sembarangan. Apa

yang kamu lakukan itu tidak

sopan, kesalnya.

Saat aku masuk, aku lihat

mbak sepertinya pegal. Apa

salahnya sih aku cuma mau

membantu saja, jawabnya

lembut di telinga Celia.

Aku gak butuh bantuannmu,

paham! katanya dengan

intonasi suara tinggi.

Ini hanya bantuan kecil

dari seorang adik kepada

kakaknya. Kenapa mbak gak

biarkan saja aku lakukan itu.

Hanya pijatan ringan. Tak lebih

dari itu, katanya meyakinkan

Celia.

Jujur saja, Celia sebenarnya

merasa nyaman dan rileks saat

Dimas memijatnya.

Kali ini, dengarkan aku.

Biarkan aku memijat Mbak Celia

biar mbak bisa kembali ke

kamar dan tidur. Mbak pasti gak

bisa tdur kan, banyak pikiran,

stress, capek dan lelah, katanya.

Jadi, biarkan aku memijat

pundak, leher dan kepala Mbak

Celia, biar urat dan otot mbak

gak tegang, gak nyeri dan mbak

rileks. Boleh kan aku lanjutkan?

tanyanya.

Ya sudah, hanya memjat

saja, sahut Celia,

menyetujuinya.

Dimas lalu melanjutkan

memijat bahu, leher serta kepala

Celia selama beberapa menit.

Sudah cukup, aku sudah

merasa lebih baik, kata Celia

Baik kalau begitu. Mbak

Celia sebaiknya kembali ke

kamar dan istirahat, saran

Dimas.

…

Celia lalu membereskan

kerjaannya, kemudian bangun

dari kursi lalu keluar dari ruang

kerjanya menuju ke kamarnya.

Dimas juga keluar dari

ruangan itu, mengikutinya dari

belakang.

Saat Celia akan membuka

pintu kamarnya, reflek Dimas

menarik tangan Celia, membuat

mereka saling berhadapan.

Sejurus kemudian, pemuda

itu mendaratkan cuman di

bibir wanita itu. Celia seolah

terhipnotis, membiarkan Dimas

meluat bbirnya itu tanpa

melarangnya, dan Celia justru

menikmatinya.

Aku sudah tak tahan ingin

mencummu. Anggap saja ini

bayaran atas jasa pjatanku tadi.

Bbirmu rasanya begitu luar

biasa, bisiknya nakal.

Celia masih diam terpaku,

menatap Dimas, seolah tak

sadar.

…

Selamat malam, selamat

tdur dan mimpi indah ya, ucap,

mengcup ppi dan kening Celia.

Dimas lalu beranjak dari

depan kamar tdur Celia, lalu

masuk ke kamarnya.

Celia masih berdiri

mematung, seolah tersirep, tak

berbuat apa-apa, dia masih

terbuai, seperti melayang di

angkasa.

Dimas mencumku dan aku

menikmatinya.

membiarkannya. Aku tak

mengerti apa yang sebenarnya

terjadi pada diriku saat ini,

gumamnya.

NoteL..i..k..e.mu . penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: ADIK IPAR PELIPUR LARA(PART6)
Next Post: ADUK IPAR PELIPUR LARA (PART4)

Related Posts

TETANGGA MENGGODA (PART25) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART69) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART70) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART48) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART03) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART42) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme