Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

ADUK IPAR PELIPUR LARA (PART4)

Posted on June 4, 2025 By admin

ADUK IPAR PELIPUR LARA (PART4)

Isi Postingan:

ADUK IPAR PELIPUR LARA PART4

.

.

.

Masa cuti Bramantio sudah

berakhir hari ini, dia mulai

masuk kerja lagi sebagai pilot

besok.

Celia harus bersiap ditinggal

terbang suaminya itu.

Padahal, sebagai pengantin

baru Celia butuh perhatian dan

dimanja oleh suaminya.

Meski, selama dua minggu

menikah dengan Bram, bisa

dihitung dengan jari berapa kali

Bram memanjakan dan

memberinya perhatian.

Suaminya itu bahkan

terkesan ogah-ogahan setiap

kali dia membutuhkan

sentuhan, belaian dan cumbuan

dari Bram.

Dia sering beralasan lelah

dan sedang gak mood.

Karena itu dirinyalah yang

lebih agresif dan untuk

bercumbu dengan suaminya itu.

Celia bisa membayangkan,

bagaimana nanti setelah

suaminya itu mulai aktif

bertugas, ditinggal terbang

berhari-hari tidak pulang, Celia

pasti akan sangat kesepian di

malam hari.

…

Malam itu, dia ingin

menghabiskan waktu dengan

suaminya mengobrol banyak

hal, mengungkapkan

perasaanya.

Sayang, besok mas sudah

mulai efektif bertugas lagi. Aku

harap mas sering-sering

hubungi aku ya, pesannya.

Tentu saja aku akan

menghubungimu, kita akan

terus berkomunikasi, katanya,

memeluk Celia,

Kalau ditinggal 3-4 hari

aku pasti akan merindukan mas.

Jadi aku harus fokus di butik

saja, biar gak terus merindukan

Mas Bram nantinya, ungkap

Celia.

Kamu jangan kayak anak

Abege yang sedang kasmaran

gak mau jauh-jauhan. Kita kan

sudah dewasa. Aku yakin kamu

sanggup mengatasinya, sebut

Bram.

Emang Mas Bram gak akan

merindukanku jika kita gak

bertemu beberapa hari, protes

Celia, merajuk.

Gak mungkin lah aku gak

merindukan istriku ini,

katanya mencubit pipi dan

menarik hidung Celia.

Kan kesal, kalau aku

dibandingkan sama anak Abege

yang lagi kasmaran. Emang

orang dewasa, seorang istri,

yang baru saja menikah, masih

ingin bermanja-manja lebih

lama lagi, gak boleh

merindukan suaminya yang

pergi bekerja, terbang

berhari-hari, jelasnya, masih

merengut.

Bukan begitu maksudku.

Aku hanya gak ingin kamu

tersiksa rindu. Nanti bisa

membuatmu tak fokus kerja,

gak nafsu makan dan lainnya.

Aku gak mau kamu gitu. Bukan

gak boleh merindukanku.

Paham kan apa yang aku

maksud, jelasnya, mencium

kening sang istri.

Iya paham. Aku pasti akan

merasa kesepian saat malam

hari ditinggal mas nantinya,

sambung Celia lagi.

Iya, aku ngerti. Tapi aku

yakin kamu bisa mengatasi dan

melawan rasa sepi itu, katanya

tersenyum, menglus pipi Celia.

…

Malam itu, mereka

menghabiskan waktu bercumbu.

Meski, lagi-lagi Bram

menghentikan aksinya saat

Celia ingin berhubungan intm

dengannya.

Celia kecewa, tapi dia harus

memaklumi hal itu, entah

sampai kapan.

Keesokan harinya, Celia

mengantar Bram ke bandara di

hari pertamanya bertugas

setelah cuti menikah.

Jadwal penerbangan hari

ini adalah ke negara Timur

Tengah.

Mas jaga diri baik-baik,

hati-hati ya, fokus, kalau lelah

istirahat sejenak, pesan Celia

pada suaminya.

Iya sayang, aku akan selalu

hati-hati dan fokus. Kamu

jangan khawatir dan was-was ya

, jawab Bram.

Dia lalu pamitan pada sang

istri, memluk Celia sebelum

mengucapkan selamat tinggal

padanya.

Dari bandara, Celia

kemudian menuju butiknya.

Hari ini, pelanggan butik

lumayan banyak. Ada beberapa

pasangan yang sedang hunting

baju pengantin dan baju formal

ke acara.

Stafnya dan pramuniaga

melayani mereka dengan baik

dan ramah.

Sementara, Celia sedang

berada di ruangannya, fokus

mendesain gaun malam pesanan

anak konglomerat

langganannya, sebelum dia

menikah dengan Bram.

Menjelang siang, dia

menghentikan aktivitasnya

untuk makan siang.

Saat bersiap keluar dari

ruang kerjanya dan membuka

pintu, dia dikejutkan dengan

kehadiran Dimas yang tiba-tiba

saja sudah berdiri persis di

depan pintu itu.

Keduanya saling bertatapan,

belum habis rasa kaget Celia,

Dimas bicara padanya.

…

Mbak Celia pasti belum

makan siang kan? Ayok ikut aku,

kita makan siang bareng, ajak

Dimas.

Kamu ngapain ke sini.

Memangnya gak kuliah? tanya

Celia.

Aku kebetulan levwat sini,

jam kuliah juga selesai. Boleh

dong aku ajak mbak makan

siang sama aku sesekali. Aku

lapar nih, katanya, tersenyum.

Aku mau makan sendiri.

Kalau memang gak ada jadwal

kuliah lagi, mending kamu

pulang saja makan di rumah,

saran Celia.

Hari ini aku mau makan di

luar, di restoran. Bersama Mbak

Celia. Kenapa sih gak mau? Aku

cuma mau temani mbak makan

siang aja. Hanya itu, katanya

dengan ekspresi serius.

Aku gakperlu ditemani,

bisa makan sendiri, tolaknya.

Kita ini kan iparan, kenapa

sih mbak ketus terus sama aku.

Padahal aku ingin lebih

mengenal Mbak Celia, biar

makin akrab. Gak lebih dari itu

kok. Jadi please kasih aku

kesempatan lebih dekat sama

Mbak Celia ya, katanya

memelas.

Ya udah, ayok. Aku mau

makan di restoran Italia siang

ini, katanya.

Mau makan masakan

apapun, dimanapun, aku akan

jabani, aku akan temani mbak

kemana saja, katanya.

Celia lalu menemui salah

satu stafnya yang sedang

merapikan baju di manekin.

‘Stefie, aku tinggal makan

siang dulu ya. Itu nanti kalau

Mery dan calon suaminya

datang sebelum aku balik ke

butik, kamu hubungi aku ya,

pesannya pada stafnya itu

Baik Bu, jawabnya.

Celia dan Dimas lalu ke luar

butik menuju ke restoran.

Naik mobilku aja. Nanti

aku antar lagi ke sini, tawar

Dimas.

Celia menurut, naik ke

mobil sUVnya metalic milik

Dimas.

Di dalam mobil itu, Celia

tampak lebih banyak diam.

…

Mbak kenapa diam aja. Lagi

tidak bersemangat, atau lelah,

tanya Dimas.

Lagi males ngomong aja

sama kamu, jawab Celia

sekenanya.

He..he..he. .cemberut aja

terus tiap kali sama aku. Gak ada

ramah-ramahnya. Heran,

sahut Dimas meledek kakak

iparnya itu.

Oh ya, boleh aku hidupkan

musik ga? Mbak mau dengar

lagu apa? kembali dia bertanya.

Ini mobilmu kan? Mau

hidupkan atau gak, terserah

kamu saja. Suka-suka kamu aja

mau dengerin lagu apa, itu

urusanmu, sambungnya.

Iya sih emang terserah aku.

Tapi aku bertanya karena saat

ini aku bersama Mbak Celia,

takut mbak gak suka, sebutnya

lagi.

Hidupkan aja musik

sesukamu, asal suaranya gak

berisik, gak keras ataupun

kencang yang bikin telingaku

pecah,katanya.

Siap laksanakan.he. .he. .he

, katsnya nyengir.

Mau ke restoran Italia di

mana nih, aku gak tau banyak

tentang restoran Itala. Gak

pernah makan masakan Italia di

restoran soalnya, tanya Dimas.

Ke restoran Italia Galetto

aja di perepatan jalan depan

sana ada restoran yang nyaman

dan makanannya enak. Gak jauh

juga, sahut Celia.

Ok, kita ke sana, jawab

Dimas.

…

Setelah menempuh

perjalanan selama 15 menit,

mereka akhirnya tiba di

restoran Italia.

Kebetulan hari itu, restoran

tersebut tak begitu ramai, hanya

ada beberapa orang pelanggan

saja yang makan di situ.

Padahal, biasanya tempat

itu penuh, apalagi saat jam

makan siang.

Celia memesan Risotto dan

tiramisu sebagai makan

penutup.

Sementara Dimas hanya

memesan tiramisu rasa expresso

yang ringan dan penuh dengan

potongan cokelat.

Kamu gak makan siang,

kenapa cuma pesan tiramisu. Itu

kan makanan pencuci mulut,

makanan ringan, tanya Celia.

Aku gak suka masakan

Italia, katanya.

Gimana sih, tadi bilang

lapar. Kenapa gak bilang kalau

kamu gak suka masakan Italia,

kan kita bisa makan di tempat

lain, sebut Celia.

Mbak kan pengen ke

restoran Italia, ya aku turutilah,

aku mau nemani Mbak Celia

kemanapun mbak mau. Asalkan

mbak senang dan suka. Karena

tujuanku memang untuk

menyenangkan dan membuat

mbak bahagia, katanya

tersenyun lebar,

hak usalh lebay deh.

Terserah kamu aja, mau makan

apa, ketusnya.

Setelah pesanan mereka

sampai, Celia langsung

memakannya, Kerena dia

memang pengen makan Risotto

hari ini, sudah luma juga dia

tidak makan masakan menu

Italia.

…

Dimas duduk di hadapan

Celia, bersandar di kursi,

melipat kedua tangannya di

dada, terus menatap Celia.

Kamu gak makan, kenapa

liatin aku aja dari tadi, tanya

Celia.

Lihat mbak Celia makan aja

aku sudah kenyang, jawabnya,

tertawa terkekeh-kekeh.

Jangan mulai deh, aku gak

mau berdebat sama aku. Mau

menikmati salah satu makanan

kesukaanku, katanya sedikit

kesal.

Dimas lalu makan tiramisu

itu sedikit, sambil terus

memperhatikan wanita cantik

yang duduk dihadapannya.

Setelah santai sejenak usai

makan Risotto, Celia menikmati

salah atau cemilan kesukaanya,

tiramisu.

Dia bahkan makan dengan

lahapnya, sanking enak dan

lezat.

Pelan-pelan dong

makannya sampai belepotan

gitu, tawa Dimas.

Tanpa aba-aba dan permisi,

Dimas mengambil dan

membersihkan sisa tiramisu

yang menempel di sudut bibir

Celia, dengan tangannya, lalu

memasukkanya ke mulutnya.

Manis, karena bekas bibir

Mbak Celia, katanya,

tersenyum nakal.

Celia kaget dan tak bisa

menahan emosi dan

kemarahannya atas perlakuan

Dimas tersebut

Kamu kenapa kurang ajar

gitu sih, gak sopan banget. Ingat,

ini di tempat umum. Kamu itu

adik iparku. Aku istri mas mu,

sebutnya dengan suara tinggi.

Untung saja, pelanggan di

restoran itu duduknya agak

berjauhan.

Emang kenapa kalau di

tempat umum dan mbak istri

masku. Kan gak apa-apa,

dimana masalahnya. Sudah

dbantuin bukannya terima

kasih malah marah-marah,

jawabnya enteng, kembali

tertawa.

Hey, itu bukan bantuin tapi

gak sopan, gak ada etika, kurang

ajar tau. Hubungan kita sebagai

ipar itu ada batasannya, mana

yang boleh dan tidak boleh

dilakukan, tegasnya.

Kalau memang ada sisa

makanan yang menempel di

bbirku, kenapa gak ngomong

aja, bilang langsung, biar aku

lap pakai tisu, bukan dengan

tanganmu itu, geramnya.

Aku cuma ingin bersikap

gentleman aja, biar romantis

gitu, godanya, mengedipkan

matanya sembari tersenyum.

Aku sudah tak selera lagi

melanjutkan makan. Aku mau

balik ke butik aja. Gak usah

diantar. Aku mau pulang naik

taksi atau grab aja. Eneg banget

lihat wajah kamu, males juga

dekat-dekat kamu, katanya,

meninggalkan meja itu.

Dimas buru-buru

membayar makanan tersebut

dan menyusul Celia yang keluar

dari restoran itu.

Gitu aja ngambek, kayak

anak kecil tau. Ayo aku antar

kembali ke butik, katanya,

memegang tangan Celia.

…

Lepasin gak, aku mau

pulang naik taksi aja, tolaknya.

Jangan ribut di parkiran,

ntar mereka sangka ada

pasangan yang sedang

bertengkar lagi, katanya tanpa

merasa bersalah, terus terkekeh.

Celia akhirnya mengalah,

masuk ke mobil degan ekspresi

wajah kesal dan merengut.

NoteL..i..k.e..mu penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: ADIK IPAR PELIPUR LARA (PART5)
Next Post: JANGAN OM (PART23)

Related Posts

TETANGGA MENGGODA (PART25) Kisah Menarik
TERDIAM DALAM TAKDIR (PART12) Kisah Menarik
TERDIAM DALAM TAKDIR (PART31) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART10) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART06) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART20) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme