Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

TERDIAM DALAM TAKDIR (PART22)

Posted on June 4, 2025 By admin

TERDIAM DALAM TAKDIR (PART22)

Isi Postingan:

TERDIAM DALAM TAKDIR PART22

…Ceritadewasa…

.

..

…

….

suara ibu terdengar lirih memanggilku

kembali. Aku berhenti, tapi tak berani

menoleh, karena sudah pasti tak akan

tega melihat wanita yang sudah

kuanggap orang tuaku sendiri.

Kuhela napas menetralkan

perasaanku. Lantas kembali

melangkah sembari menggendong

Sila.

.

.

.

Umi, kenapa nenek nangis?

tanya putriku. Ketika kami telah

berada di dalam taksi Online yang

kupesan dengan nomor baru yang

baru saja kubeli dari konter barusan,

karena nomor yang lama sudah

dilenyapkan oleh mas Arman.

Sila tadi nakal enggak? tanyaku

mengalihkannya.

Enggak, Sila enggak nakal,

jawabnya sambil

menggeleng-gelengkan kepalanya

sehingga rambutnya yang di ikat

kiri-kanan ikut bergerak.

Mungkin nenek sedih karena

ditinggal mbak Salma,’ jawabku.

Ante Salma nakal ya, Mi?

tanyanya kembali, membuatku

gelagapan harus jawab apa. Putriku

memang terbilang kritis sepertiku

dulu.

Kata mama, waktu kecil aku

selalu banyak bertanya ini dan itu. Dan

tak pernah puas jika hanya dijawab

sekali.

.

.

.

Sila, Tante Salma bukan nakal,

tapi dia harus pindah ke rumah

barunya bersama om Danu. Aku

mengelus kepalanya lembut.

Om Danu punya mobil, ya Mi?

kembali Sila berceloteh. Aku tak

menanggapi lagi, lantas menyuruhnya

untuk tidur di pangkuanku.

Taksi yang membawa kami

berhenti di rumah yang penuh dengan

kenangan masa kecilku ini, melangkah

keluar mobil dan menyodorkan satu

lembar uang warna merah yang

tersisa di dompet. Ini semua gara-gara

mbak Sari untuk hari ini terpaksa

menghabiskannya sekaligus, padahal

uang sebanyak itu bisa untuk belanja

tiga sampai empat harian plus jajan

Sila.

.

.

.

Mang, Mang Surya! panggilku

pada satpam penjaga rumah mama

yang tengah tidur di pos.

Eh, si Neng! Serunya, buru-buru

ia menghampiriku yang masih berdiri

di depan gerbang sembari

menggendong Sila yang sedari tadi

tak mau tidur.

Setelah dibukakan pintu gerbang.

lantas aku melangkah menuju rumah.

Eh, Non Vira? sapa salah satu

pelayan dirumah ini yang

membukakan pintu untukku. Aku

hanya tersenyum membalas

sapaannya.

Mau minum apa, Non? ucapnya

menawarkan. Lantas ia menawari

putriku yang mulai tak mau diam

dengan melompat-lompat diatas sofa.

Sila, hati-hati, Nak! tegurku

mengingatkan yang tak di hiraukan

olehnya, tapi kalau Abinya yang

menegur sudah pasti ia akan segera

diam dalam sekali ucap. Dasar anak

Abi!

 

.

.

.

Sore menjelang, aku mulai

membuka mata menatap ke sebelah

kanan dimana Sila masih terlelap. Usai

melaksanakan salat dzuhur bersama

bidadari kecilku, lantas mengajaknya

tidur siang di kamarku yang sudah

enam tahun kutinggalkan dan

keadaannya masih tetap sama tak ada

yang berubah, sepertinya mamah

memang sengaja tidak ingin

mengubahnya.

Suara ketukan pintu

membuyarkah lamunanku. Terdengar

suara pelayan rumah ini, Lalu aku

bergerak membuka benda persegi

panjang itu.

Ada apa? tanyaku, di balik pintu

yang hanya kubuka setengahnya.

Nyonya Sandra tadi telepon,

sewaktu Nona Vira tidur. la berpesan

anda di suruh menunggunya di

Restoran biasa, pukul lima sore nanti,

terangnya, yang kujawab dengan

anggukan kepala, lantas dia pergi

berpamitan.

.

.

.

Gegas aku membersihkan diri dan

membangunkan Sila. Mataku terpana

saat membuka almari di sana telah

tersusun rapi pakaian anak kecil tepat

di samping pakaian lamaku,

sepertinya mama sengaja menyiapkan

ini semua untuk cucunya.

Tiba di Restoran aku memilih

meja yang dekat dengan jendela agar

mama mudah untuk menemukanku.

Aku sengaja datang lebih awal, agar

wanita yang ternyata bukan ibu

kandungku itu tak harus menunggu

lama.

Mataku podcast hiburan menatap keadaan

sekeliling tempat ini, tak ada yang

berubah masih sama seperti dulu,

lantas kuhela napas pelan seketika

aku merindukan papa, dulu ia sering

kali mengajak kami ke sini saat

weekend. Papa adalah sosok pria

yang romantis dan penuh kasih

sayang, wajar saja setelah

kepergiannya mama tak berniat

menikah lagi.

.

.

.

Hati-hati, dong, kalau jalan!

tegur seorang pria mengenakan jas

warna abu-abu-posisinya

membelakangiku, tapi sepertinya tidak

asing.

Tak lama seorang wanita dengan

penampilan seksi menghampirinya.

lantas wanita itu menggerakkan

tangannya mengusir pelayan yang

masih berdiri mematung dengan

kepala menunduk. Digandengnya

lengan pria itu sambil bergelayut

manja-mengajaknya duduk di meja

yang cukup jauh dari posisiku berada,

saat berbalik mataku membelalak

menatap pria itu.


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: TERDIAM DALAM TAKDIR (PART23)
Next Post: BALADA BESAN DAN MENANTU (PART81)

Related Posts

JANGAN OM (PART 1) Kisah Menarik
Malam Pertama di Kos-Kosan Kisah Menarik
ADIK IPAR PELIPUR LARA(PART15) Kisah Menarik
TERDIAM DALAM TAKDIR (PART29) Kisah Menarik
Tetangga idaman (PART50) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART63) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme