JANGAN OM (PART16)
Isi Postingan:
JANGAN OM PART16
…CERITA DEWASA..
.
.
.
Pagi itu, Kinan terbangun
dengan perasaan ada sesuatu
yang menekan tbuhnya. Begitu
membuka mata, ia mendapati
kaki Aryo yang besar berada
tepat di atas bdannya. Kinan
meringis pelan. Pantesan berat
banget, ternyata ditindih
Kingkong, gumamnya setengah
kesal namun masih mengantuk.
Kinan mencoba
menggerakkan tbuhnya untuk
bangun, namun rasanya berat
sekali. Setelah beberapa kali
mencoba dan gagal, ia
memutuskan menyerah dan
ingin kembali memejamkan
mata. Lagipula, masih jam lima
pagi, pikirnya.
…
Namun, saat hendak
kembali tdur, Kinan merasakan
ada yang mengganjal di
belakang tbuhnya. Ia
meraba-raba dengan tangannya,
mencoba mencari tahu apa yang
mengganggu kenyamanannya.
Kinan menggumam pelan
sambil terus meraba benda yang
dirasanya aneh didalam selimut.
Ini apa ya? Kok kenyal-
kenyal keras gini? gumamnya
pelan. Dengan rasa penasaran,
ia terus meraba mencari tahu
apa itu. Aryo, yang terbangun
karena gerakan Kinan, berkata
dengan suara serak, Hentikan,
Kinan, kamu membuatnya
terganggu. Kinan masih
bingung dan bertanya, Ini apa,
Om?
Aryo menahan sesuatu yang
ingin keluar, setengah
menggoda, dia berkata, Buka
dan pegang aja sendiri kalau
penasaran. Dengan polos,
Kinan menarik selimut untuk
melihat lebih jelas, namun
begitu ia menyadari apa yang
ada di hadapannya, matanya
membelalak terkejut.
Kinan refleks menjerit kecil,
lalu segera menarik tangannya
sambil mengusap-usap telapak
tangannya dengan ekspresi
risih. Ommmm…Aryo…!
serunya, merasa malu dan
sedikit kesal pada saat yang
bersamaan.
Aryo hanya terkekeh,
tampak menikmati ekspresi
kaget Kinan. Makanya, jangan
suka penasaran dan
pegang-pegang sembarangan,
katanya sambil menutup
kembali selimut. Kinan
mendengus pelan, masih merasa
risih namun akhirnya hanya
bisa menggelengkan kepala,
berusaha melupakan kejadian
barusan. Kinan pun berusaha
melepaskan diri dari Aryo.
…
Lepasin Om. Kinan mau
pipis dulu,rengek Kinan.
Aryo pun langsung
melepaskan belitannya pada
tubuh Kinan.
setelah selesai dari kamar
mndi, Kinan pun kembali
merebahkan dirinya berniat
ingin lanjut tidur lagi.
Kamu harus tanggung
jawab Kinan, jangan tidur lagi,
ucap Aryo dengan suara
seraknya, khas orang bangun
tidur.
Kinan yang kebingungan
lalu membalikkan tbuhnya
dan menghadap ke arah Aryo.
Tanggung jawab apa Om?
Sambil menarik tbuh
Kinan ke arahnya, Aryo pun
berkata, tanggung jawab
karena telah membangunkan
adikku. Buat dia tertidur lagi,
bisik Aryo disela ciman
mereka.
…
Saat waktu menunjukan
pukul 7 pagi, Kinan segera
masuk ke kamar mandi dan
membersihkan diri, mencoba
untuk mengalihkan perhatian
dari kejadian sebelumnya.
Setelah selesai mndi, ia merasa
lebih segar dan siap untuk
memulai hari. Ia cepat-cepat
mengenakan pakaian dan
bersiap-siap untuk pergi ke
kampus.
Begitu keluar dari kamar
mandi, Kinan mengamati
sekeliling. Namun, ia tidak
melihat Aryo di kamar itu lagi.
Mungkin Om Aryo sudah
kembali ke kamarnya, untuk
bersiap-siap ke kampus juga,
pikir Kinan, merasa sedikit lega.
Ia melangkah keluar, lalu
duduk dimeja rias dan segera
memoleskan bedak dan lipstik
tipis.
Setelah selesai bersiap,
Kinan segera turun ke ruang
makan untuk sarapan. Di sana,
ia melihat Aryo yang sedang
duduk sambil meminum kopi
hitam, tampak tenang seperti
biasa. Sementara Kinan
menikmati sarapannya, Aryo
lebih suka melewatkan sarapan
dan hanya memilih kopi sebagai
gantinya.
…
Kamu nanti berangkat ke
kampus bareng aku, ucap Aryo
sambil menatap Kinan.
Kenapa, Om? tanya kinan,
sedikit bingung.
Nggak apa-apa, lagian kan
kita satu tujuan. Nanti
pulangnya baru minta dijemput
sopir, jawab Aryo santai.
Kinan hanya mengangguk,
lalu segera melanjutkan
sarapannya dengan cepat. Ia
tidak ingin membuat Aryo
menunggu terlalu lama.
Sesampainya di halte dekat
kampus, Kinan meminta Aryo
menurunkannya seperti biasa,
agar tidak ada anak kampus
yang melihatnya keluar dari
mobil Aryo. Makasih ya, Om,
ucap Kinan tulus sambil bersiap
turun.
Tunggu, ujar Aryo
tiba-tiba, membuat gerakan
Kinan terhenti.
Kenapa, Om? Ada yang
ketinggalan? tanya kinan
sambil menoleh.
Aryo mengulurkan
tangannya ke arah Kinan.
Dengan sigap, Kinan langsung
salim dan mencium punggung
tangan Aryo, seperti
kebiasaannya pada ibu dan
bapaknya dirumah.
Nih, ambil buat pegangan
kamu, kata Aryo sambil
menyerahkan sepuluh lembar
uang seratus ribuan kepada
Kinan.
Banyak banget, Om, ujar
Kinan terkejut.
Pegang aja, aku tahu kamu
sering jajan dan nongkrong di
kantin, jawab Aryo lembut.
Kinan akhirnya menerima
uang itu dengan raut gembira,
lalu segera turun dari mobil
setelah mengucapkan terima
kasih lagi kepada Aryo,
kemudian berjalan menuju
kampus dengan senyuman kecil
di wajahnya.
…
Saat Kinan memasuki
pelataran kampus, ia tak sengaja
bertemu dengan Niko, Ketua
BEM yang beberapa hari lalu
menyapanya saat ospek
mahasiswa baru. Niko pun
tersenyum dan menyapanya
dengan ramah.
Selamat pagi, Kinan, baru
datang ya? tanya Niko, masih
dengan senyumnya yang hangat.
Oh iya, Mas, baru aja
datang, jawab Kinan, sedikit
tergesa.
Kamu ada jadwal mata
kuliah apa, hari ini? tanya Niko
dengan nada ramah.
Ada kelasnya Bu Susi, Mas,
pagi ini, jawab Kinan.Kalau
gitu aku masuk dulu ya, Mas.
Takut telat, kata Kinan sambil
melangkah mundur, merasa
sedikit risih karena Niko terus
menatapnya.
Eh, iya, hati-hati ya,
semangat belajarnya, ucap
Niko sambil tersenyum,
memberi semangat.
Kinan hanya mengangguk
dan tersenyum tipis, lalu segera
berjalan menjauh dari Niko.
Di dalam hati, Niko berpikir,
cantik banget Kinan, Pokoknya
harus bisa dapetin dia.
Tanpa Kinan sadari, ada
sepasang mata yang sedari tadi
mengawasi percakapan antara
dirinya dan Niko. Salsa, wanita
yang selama ini selalu berusaha
mendekati Niko, terlihat sedang
mengerutkan kening dan
menatap tajam ke arah Kinan.
Sialan, murid baru itu,
gerutu Salsa dalam hati.
Beraninya cari gara-gara dengan
aku.
Reni, teman Salsa yang
berdiri di sebelahnya,
menanggapi dengan nada santai.
Udah kasih pelajaran aja, Sa.
Salsa menyeringai,
wajahnya tampak marah. Lihat
aja, aku bakal kasih pelajaran
tuh anak baru, biar gak berani
lagi deket-deket sama Niko,
ucapnya dengan penuh tekad,
matanya tetap terfokus pada
Kinan yang kini sedang berjalan
menjauh.
Setelah mata kuliah Bu Susi
selesai, Kinan berjalan keluar
menuju kantin karena 45menit
lagi akan ada mata kuliah dari
dosen lain. Kinan berjalan
sendirian di lorong kampus,
karena Fuji dan Sally, masih ada
di kelas untuk pelajaran
berikutnya. Ketika ia berjalan
menuju ujung lorong, tiba-tiba
ada seseorang yang memanggil
namanya.
Tunggu! seru seorang
wanita.
Kinan berhenti dan
menoleh kearah wanita itu.
Kenapa, Mbak? Kamu manggil
aku? tanya Kinan, sedikit
bingung.
…
Iya, siapa namamu? tanya
wanita itu.
Perkenalkan, nama aku
Kinan, jawab Kinan ramah
sambil mengulurkan tangan
untuk berjabat tangan.
Wanita itu tersenyum, lalu
melanjutkan, Aku tadi disuruh
Bu Susi untuk mengambil
barang di gudang.
Hah? Barang apa, Mbak?
tanya kinan penasaran.
Nanti aku kasih tahu. Tapi
bisa nggak tolongin aku?
Soalnya aku nggak berani ke
gudang sendirian, kata wanita
itu, tampak cemas.
Oh, bisa, Mbak, jawab
Kinan dengan polos.
Yaudah, ikut aku yuk,
bantuin aku ambil barang
pesanan Bu Susi, ucap wanita
itu, kemudian berjalan duluan,
dan Kinan pun mengikuti tanpa
curiga.
Sesampainya di dalam
gudang, Kinan terkejut melihat
keadaan gudang yang
berantakan dan penuh debu. Ia
memandang sekeliling dengan
hati-hati.
Sepertinya nggak ada
barang-barang yang masih
bagus yang disimpan di tempat
ini, pikir Kinan dalam hati.
Gudang itu merupakan gudang
lama, yang sudah tidak dipakai.
Kita ke sini mau nyari apa,
Mbak? tanya Kinan, merasa ada
yang aneh.
Namun, tidak ada jawaban
dari wanita itu. Kinan menoleh
ke sekitar, mencoba mencari
wanita yang tadi mengajaknya.
Ternyata, wanita itu sudah
menghilang. Kinan mulai
merasa cemas dan ketakutan. Ia
cepat-cepat berjalan menuju
pintu gudang, berharap bisa
keluar.
Namun, ketika ia mencoba
membuka pintu, ternyata pintu
itu terkunci dari luar. Panik,
Kinan mulai
mengguncang-guncang pintu
dan berteriak minta tolong.
Tolong! Ada siapa di luar!
Tolong, buka pintunya!
teriaknya, suara cemas
menggema di dalam gudang
yang sunyi.
Terdengar suara tawa dari
luar dari beberapa wanita, Ha…
ha.. mampus kamu. Makanya
jangan suka centil sama laki-laki
. Ucap salah satu dari wanita
diluar.
…
Siapa kalian? Apa salahku,
kenapa kalian tega
mengurungku disini? Buka
pintunya, kita bicara baik-baik.
Teriak Kinan, sedikit ketakutan.
Karena Kinan itu penakut, dia
takut kalau ada hantu digudang
ini.
Namun tidak ada jawaban,
malah terdengar mereka
berjalan meninggalkan area
gudang.Sialan, aku dijebak,
kata Kinan dengan suara pelan,
gemetar.
Beberapa jam sudah berlalu
sejak Kinan terkurung di
ggudang. Dia sudah capek
berteriak meminta tolong. Rasa
panik dan cemas semakin
menghimpitnya. Siapa sih yang
iseng banget, ngerjain aku? Aku
punya salah apa? Kan aku nggak
kenal sama mereka. Ngapain
juga isengin aku? gumamnya,
mencoba memahami situasi
yang menimpanya.
Kinan merasa semakin lelah.
Duh, mana lapar lagi, perutku
haus, keluhnya, sambil duduk
di depan pintu yang terkunci.
Tak lama kemudian, air mata
mulai mengalir di pipinya.
Kalau nggak ada yang nolong
aku sampai besok, gimana ya?
Kan tempat ini sepi, pikir
Kinan, merasakan ketakutan
yang semakin mmendalam.Om
Aryo…tolongin Kinan. Airmata
pun mengalir dipipi Kinan.
Namun, tiba-tiba sesuatu
terlintas dalam pikirannya. Oh
iya, aku kan bawa hape! Kenapa
aku nggak kepikiran dari tadi?
gumam Kinan, merasa agak lega
karena ada satu harapan untuk
keluar dari situasi ini.
Kinan segera mencari
ponselnya di kantong saku dan
tas, namun setelah beberapa
saat mencari, ia merasa panik..
Ah, sial, pasti ketinggalan di
mobil Om Aryo, ucapnya
dengan frustrasi. Aduh, Kinan,
kenapa kamu bodoh banget sih?
ujar Kinan sambil merutuki
dirinya sendiri, semakin merasa
putus asa.
…
Kini, Kinan hanya bisa
berharap ada seseorang yang
lewat-mungkin satpam atau
tukang kebun-yang bisa
menolongnya. Dia terus
berusaha tenang, meskipun rasa
takut dan cemas semakin
menguasai dirinya.
Saat Aryo hendak pulang
dari kampus, ia masuk ke mobil
dan terkejut melihat ponsel
Kinan yang tertinggal di kursi
mobil. Dasar teledor,
bisa-bisanya ketinggalan,
gumam Aryo sambil meraih
ponsel tersebut. Dengan cepat,
ia menghubungi Pak Danang,
sopir di vilanya.
Tak lama, panggilan
diangkat. Halo, Pak Danang,
apa Kinan sudah pulang? tanya
Aryo.
Belum, Pak. Mbak Kinan
belum menghubungi saya,
jawab Pak Danang dari ujung
telepon.
Baiklah, kalau begitu.
Terima kasih, Pak, Aryo, lalu
menutup panggilan.
Setelah itu, Aryo membuka
ponsel Kinan yang ternyata
tidak terkunci. Ia mulai mencari
kontak teman-teman Kinan dan
melihat sebuah nama yang
sering dihubungi Kinan. Fuji,
pikir Aryo. Tanpa ragu, ia pun
menelpon Fuji.
Beberapa detik kemudian,
panggilan dijawab.
…
Halo, Kinan, kamu di
mana? Aku lagi di kantin, kamu
kalau sudah nggak ada mata
kuliah, ke sini aja. Aku di sini
sama Sally, kata Fuji dengan
suara ceria.
Aryo agak bingung, lalu
bertanya, Apa Kinan nggak
bersama kalian?
Oh, maaf, ini siapa ya? Ini
ponsel Kinan, kan? Fuji
bertanya balik, tampak sedikit
terkejut.
Iya, ini ponsel Kinan. Tadi
ketinggalan di ruang kelas,
jawab Aryo singkat.
Oh, ini Pak Aryo ya? tanya
Fuji dengan rasa penasaran.
Iya, jawab Aryo singkat.
Kinan nggak bersama saya,
Pak. Kami juga dari tadi
nungguin Kinan, tapi nggak ada
datang, ujar Fuji dengan nada
kecewa.
Baiklah, kalau kalian
bertemu Kinan, suruh dia
keruanganku dan bilang kalau
ponselnya ada padaku, kata
Aryo. Ia kemudian mematikan
panggilan.
Perasaan aryo sedikit cemas,
karena tidak biasanya kinan
menghilang seperti ini. Apa
mungkin terjadi sesuatu
padanya?pikir aryo dalam hati.
Lalu aryo pun memutuskan
untuk mengecek ke ruang cctv
yang ada di kampus ini.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
ceritadewasa
ceritanovel
ceritaterbaru
selingkuh
mertuamenantu
foto
fotoai
text
foryou
Related: Explore more posts