ADIK IPAR PELIPUR LARA (PART24)
Isi Postingan:
ADIK IPAR PELIPUR LARA PART24
…
..
.
Dimas tak membuang
waktu dan kesempatan itu, dia
langsung beraksi mengcvp bbl
r Celia dengan lembut.
Celia memejmkan mata
dan mraih tengkuk Dimas,
membalas kecpan di bbirnya.
Dimas menyapu bbir Celia
dengan lidhnya dan perlahan
mulai melmatnya.
.
Kedua insan berlinan jenis
itu kembali melampiskan hasr4
tmembar4 diantara keduanya
saling berputan lidh
Dimas memngku Celia,
duduk di phanya, m3ngndu5
leher jenjang perempuan yang
selalu hadir dalam mimpinya.
Wanita yang sejak pertama
kali ditemuinya tiga tahun lalu
itu telah menjadi fantslnya
setiap malam.
..
.
Dia menghyal berclntal4
dengan pemilik tbuh indah itu.
Dimas kemudian
melepaskan lmnat4n di li.. dh
Celia dan mengsap sudut bbir
perempuan itu yang dibasahi
saliva mereka berdua.
Kamu selalu saja
membuatku bergirah,
membangkitkan hsratku,
membuatku bahagia, kata Celia
jujur.
Permainan kita belum
selesai, bisik Dimas di telinga
perempuan itu.
Dia kemudian mencium
telinga Celia dengan lembut.
Membuat wanita itu
menggelnjang geli.
…
Setelah beberapa saat puas
melmat telinga Celia, lalu
bernjak turun ke lher Celia,
menikmati tengkknya begitu
bernf5u mencumnya dengan
gemas.
..
Tangan Dimas lalu merbap
4ydra besar dan kenyal mlik
Celia, yang masih tertutup
pakaiannya, membuat wanita
itu semakin bersemangat dan
merasakan senssi luar biasa.
Dimasss.. dsahnya,
sedikit mendongakkan
kepalanya.
Aaaahhh xxxxxxxxxxxxxxxxxx lenguhnya
nikmt.
Celia mendsah lirih,
sambil menekan kepala Dimas,
dia mermas rambut lelaki itu.
Celia masih duduk di
pngkuan Dimas, saat pria itu
mencoba membka kancing
blouse biru muda yang Celia
kenkan.
…
Tapi, Celia memegang
tangan Dimas, mengisyaratkan
agar dia menghentikan aksinya
itu.
Dim, bisakan kita hentikan
ini? Aku rasa cukup ya,
pintanya.
Dimas menganggukkan
kepalanya, menuruti
permintaan Celia.
Ok. Tapi, biarkan aku
mendekpmu sesaat lagi, pinta
Dimas, menenggelamkan
kepalanya di ceruk lher Celia,
memluk erat tbuh wanita itu.
Celia membalas pelukan
Dimas, lalu mengcup pucuk
kepala pria itu dua kali.
…
Kamu tau, sejakpertama
bertemu denganmu, aku sudah
menginginkanmu. Aku tak
pernah berhenti berharap,
suatu hari kamu akan jadi
milikku seutuhnya, secara sah
dan legal. Sehingga kita bebas
mengekspresikan perasaan kita
kapanpun dan dimanapun,
harapnya.
Dengan begitu, kita tidak
lagi melakukannya diam -diam
dan sembunyi-sembunyi seperti
ini, katanya.
Dimas! Maaf ya. Seperti
yang pernah kukatakan
berulang kali, saat ini kamu itu
tak lebih sebagai pelipur laraku,
ungkap Celia menundukkan
kepalanya.
….
Ya, aku tau. It’s ok. Gak
apa-apa. Kalau memang harus
seperti ini. Tapi aku tulus
mencintaimu Bee, sangat
menginginkanmu. Meski
mungkin itu hampir mustahil
untukku bersatu dengamu,’
lirihnya.
Kalau memang tak akan ada
akhir bahagia untuk kisah
cintanya, Dimas hanya ingin
menciptakan memori indah
mereka berdua.
Celia kemudian menyentuh
dada kekar pria itu dengan
lembut, mencari debaran di
sana karena dia ingin tahu
seberapa tulus pria itu
menginginkannya.
Aku tahu kamu tulus
mencintaiku. Tapi aku gak bisa
menerimanya. Ada Bram yang
masih jadi suamiku, katanya.
Meski aku telah
mengkhianatinya berkali-kali,
bermain api di belakangnya,
bercumbu denganmu, sebut
Celia, menatap keluar lewat
kaca mobil.
Bee, apa kamu menyesal
melakukan semua ini denganku?
Merasa bersalah pada Mas
Bram? tanya Dimas, memegang
dagunya, menarik lembut wajah
Celia menghadapnya.
….
Celia menarik nafas
dalam-dalam, matanya mulai
berkaca-kaca.
Aku galk tau, di satu sisi aku
menikmati saat-saat
bersamamu. Tapi di sisi lain,
ada penyesalan, perasaan
bersalah yang kurasakan,
ungkapnya, mulai terisak.
Dimas berusaha
menenangkan hati Celia,
mengusap punggungnya,
menghapus air matanya.
Kamu tau, aku juga gak
mau seperti ini, gak mau kamu
harus menanggung beban, rasa
sesak dan bersalahmu. Aku gak
mau setiap saat melihatmu
menangis pilu di hadapanku.
Aku mau kamu gembira, senang,
dan bahagia, sebutnya.
Maaf aku sering
menumpahkan air mata di
depanmnu, membuatmu tak
nyaman. Lupakan saja, gak
perlu dibahas lagi ya. Ayo kita
pulang, sudah malam juga, kata
Celia, dengan suara serak, habis
menangis.
Dia turun dari pabha Dimas,
lalu membenarkan rambutnya,
dan juga mengancingkan
kembali kancing bajunya yang
sempat dibuka Dimas.
….
Aku akan mengantarmu
sampai rumah, sahut Dimas,
mengcup ppi Celia sebelum
keluar mobil itu.
Gak usah, aku bisa pulang
sendiri. Kamu harus buru-buru
kembali sebelum hujan semakin
deras. Kan kamu bawa mnotor,
nanti kehujannya, kata Celia.
Kegelapan malam menyapa,
gerimis pun mulai turun saat
keduanya beranjak dari pintu
gerbang taman itu dengan
kendaraannya masing-masing
untuk pulang.
Bram bersama sahabat dan
teman-temannya sedang
barbeque di halaman belakang
rumah Doni, sahabatnya sejak
di bangku SMA.
Dia sedang memanggang
BBQ di atas grill pan berupa
daging sapi, gurita dan
cumi-cumi serta ikan Dori
bersama Anto dan Yuda.
Sementara Doni dan Dika
duduk di kursi, berbincang
tentang pertandingan sepak
bola Liga Inggris. antara
Manchester United vs Liverpool.
Selain sahabat SMA nya,
hadir juga temannya saat dia
sempat kuliah di jurusan bisnis
dulu, sebelum dia sekolah
penerbangan untuk jadi pilot.
Mereka semua sudah
menikah dan ada yang sudah
punya anak, usia dua tahun
yaitu Anto.
Setiap kali berkumpul
dengan sahabat dan temannya,
mereka akan menghabiskan
waktu bermain game, seperti
main kartu atau remi,
membahas olahraga, atau
membicarakan topik-topik lain
seperti pekerjaan dan rencana
masa depan.
…
Eh, kamu tau kabar terbaru
dari Dena dan Lia gak? tanya
Dika.
Bram yang sedang
memanggang cumi -cumi
terhentak sesaat mendengar
nama Dena disebutkan
temannya.
Dia kemudian mendekat ke
tempat dua temannya duduk
untuk mendengarkan lebih jelas
dan mendapatkan kabar serta
berita tentang Dena.
Dia begitu antusias ingin
mengetahuinya, meski tak
ditunjukkan secara ekspresif.
Bram mnencoba bersikap
biasa saja dan menyembunyikan
perasaanya yang sangat
merindukanmu Dena.
Dia tentu saja tak mau
mereka mengetahui isi hatinya.
Apalagi, dia sudah menikah dan
punya Celia sekarang.
Emang ada kabar apa,
keduanya sudah lama kan gak
ada kabar. Gak ada informasi
apapun tentang mereka. Lia dan
Dena itu sahabatan kan,
makanya mereka bisa
menghilang bagai ditelan bumi
secara bersamaan, sahut Anto,
yang masih bisa mendengar
jelas pembicaraan
teman-temannya.
…
Iya benar, saat Dena tak
muncul lagi di kampus, Lena
juga ikut menghilang tanpa
jejak, kata Dika.
Terus ada informasi
terbaru apa tentang mereka,’
tanya Anto penasaran.
Dua hari lalu, aku bertemu
Pak Doddy, sopirnya Dena dulu
saat belanja di supermarket.
Tanpa sengaja aku curi dengar
saat dia bicara sama seorang
perempuan, sepertinya
pembantu Dena, jelas Dika.
Terus gimana, apa
hubungannya dengan Dena dan
Lena? tanya Yuda, ikutan
nimbrung bersama mereka.
Dia bilang, Dena mau
kembali minggu depan dari
Islandia. Selama ini, dia tinggal
di sana, ada Lena juga yang
bekerja di sana, bersama Dena,
kata Dika.
…
Tinggal di Islandia? Apa
dia kerja di kedutaan? tanya
Anto.
Mana aku tau, info yang
aku dengar cuma Islandia dan
pulang minggu depan, sahut
Dika.
Hey Bram, dia itu mantan
pacarmu kan? Masa sih kamu
cuek, gak antusias dan seolah
gak mau tau kabarnya. Kita
ngerti kamu ini sudah punya
istri, tapi gak ada salahnya kalau
cuma sekedar pengen tau kan?
kata Yuda.
Nanti kalau Dena pulang,
kita undang dia kumpul sama
kita, ajak dia makan-makan,
sambung Anto, sembari
tersenyum menggoda Bram.
Benar, gak ada salahnya
tetap menjalin komunikasi dan
hubungan pertenmanan.
Kalaupun nanti bisa jadi
tumbuh benih cinta itu bonus.
Wajar aja bila nanti cinta lama
bersemi kembali.ha.ha.ha,
kata Dika tertawa cekikikan.
…
Kalian jangan ajarin Bram
macanm-macam, untuk apa
menjalin komunikasi lagi
dengan Dena. Ingat, dia suami
orang sekarang. Dia harus
menghindar hal-hal yang bisa
bermuara pada cinta lama
bersemi kembali, Itu
perselingkuhan. Gak boleh,
tentang Doni, menatap tajam ke
arah Bram.
Sementara, Bramantio
hanya tersenyum saja, bersikap
seolah apa yang dikatakan
teman-temannya itu benar,
kalau dia gak mau tau tentang
Dena.
Padahal, justru sebaliknya,
dia ingin segera mengetahui
kapan waktu pastinya Dena
kembali.
…
Dia ingin berkomunikasi
dengan perempuan itu, mau
melepaskan rindunya.
Namun tatapan Doni seolah
ingin mengatakan padanya agar
dia tak coba -coba menjalin
hubungan lagi dengan Dena.
Diantara sahabat dan
temannya itu, dia cuma bisa
jujur pada Doni tentang
perasaanya yang masih
mencintai perempuan ningrat
itu, dia menyimpan harap suatu
hari bertemu kembali dengan
Dena.
Dia ingat delapan bulan lalu,
saat memutuskan menikah
dengan Celia, Doni pernah
bertanya serius padanya tentang
perasaanya pada perancang
busana tersebut.
Kamu yakin mau menikah
dengan Celia meski aku tau
cintamu sudah habis di Dena
dan tak tersisa untuk wanita
lain, termasuk Celia? Apa itu tak
egois bila tetap menikahinya,
sementara hatimu bukan
untuknya? tanya Doni.
Aku sayang Celia, aku suka
dia. Gakpenting aku cinta atau
gak samna dia. Yang pasti, aku
dan Celia telah berkomitmen
untuk bersama, mengarungi
rumah tangga, hidup bersama,
jelasnya.
….
Bukankah itu gak adil
baginya jika kamu tetap
menikah dengannya, ulang
Doni lagi memastikan
keputusan Bram.
Dia bisa membayangkan apa
yang akan terjadi pada rumah
tangga sahabatnya itu setelah
menikah jika Bram tetap tak
bisa mencintai Celia.
Doni jugalah yang sering
menasehati Bram setiap kali dia
menghabiskan waktu bersama
mereka, pulang larut malam,
membiarkan Celia sendirian di
rumah.
Kamu tau, apa yang kamu
lakukan ini telah menzalimi
istrimu, menyiksa batinnya,
membiarkannya tanpa belaian
dan cumbuanmu. Perlakuan
yang tak pantas dia terima
darimu sebagai suaminya,
sebut Doni.
…
Namun, setiap kali Doni
menasehatinya, memberinya
saran, Bram seakan talk
mendengarkannya.
Kabar tentang Dena
membuat malam Bram begitu
indah. Dia bahagia, tak percaya,
akhirnya setelah bertahun-
tahun, ada juga informasi
tentang Dena.
Bram tak sabar menunggu
minggu depan untuk bisa
bertemu dengan Dena, melepas
rindunya pada wanita itu. Dia
bertekad membuat wanita itu
jadi miliknya, apapun keadaan
dan statusnya sekarang.
Note LANJUTIN GA NIH CEPI L..I..K..E..NYA
Related: Explore more posts