ADIK IPAR PELIPUR LARA (PART23)
Isi Postingan:
ADIK IPAR PELIPUR LARA PART23
…
..
.
Celia masih bersandar di
bahu Dimas, melingkarkan
tangannya di lengan pria itu
dengan erat. Seakan dia tak mau
melepaskannya lagi.
Lelaki itu tersenyum
sumringah dengan kelakuan
Celia tersebut, dia senang
wanita itu bermanja dengannya.
Tadi siang, sepulang dari
kampus dan usai makan siang
bersama temannya di cafe, dia
langsung menuju butik Celia.
Awalnya, dia berniat masuk
dan menemani Celia. Tapi, itu
urung dilakukan.
Dia tidak mau mengganggu
fokus Celia, tak mau menambah
beban pikirannya dengan
kehadirannya di butik.
…
Karena itu, dia
memutuskan memantau kondisi
Celia dari jauh, di seberang
butik. Dimas mnasih khawatir
dan cemas dengan kondisi Celia,
setelah dia mengetahui rahasia
Suaminya yang sengaja
disembunyikan darinya.
Dia takut terjadi sesuatu
dengan perempuan itu. Sebab
itulah, saat Celia keluar dari
butik, diamengikutinya, hingga
akhirnya Celia pergi ke taman
untuk merenung dan
menenangkan pikirannya.
Pilihan Celia ke taman itu,
justru mnakin membuat Dimas
was-was, takut Celia berbuat
nekat.
Dia bergidik seketika saat
memasuki lokasi tersebut,
melewati pohon akasia di sudut
taman menuju bangku tempat
Celia duduk seorang diri sore itu.
Area taman itu tampak sepi,
tak ada pengunjung yang datang
ke sana, bahkan hari Sabtu dan
Minggu atau hari libur pun,
taman itu juga tak didatangi
pengunjung.
…
Padahal, dulunya taman itu
jadi tempat favorit dan ramai
dikunjungi sejak dibuka enam
tahun lalu. Tapi, kemudian
perlahan-lahan, setelah setahun
dibuka, pengunjung mulai
enggan ke sana.
Mungkin, karena ada
kejadian di sana yang membuat
pengunjung enggan datang.
Padahal cukup indah dan bagus,
ada beberapa tanaman, pohon
dan bunga di sana.
Ada bangku dan lampu
taman, kolam serta jembatan
batu melengkung.
Tapi, karena pernah ada
kejadian memilukan di taman
itu, makanya pengunjung tak
mau lagi ke sana.
Beberapa tahun lalu ada
peristiwa bunvh dlrl di sana,
gak satu kali, tapi dua kali.
Sekitar lima tahun lalu, ada
gadis remaja nekat g4ntvng dlrl
di pohon akasia karena patah
hati.
Kemudian, setahun
setelahnya, seorang wanita
hmil nekat t3rjvn melmp4t
dari jembatan ke kolam, karena
kecewa. Jembatan itu
sebenarnya tak terlalu tinggi
dan kolam juga tak dalam.
Tapi, karena kepalanya
terluk4 prah akibat terbentur
batu, nyawa wanita muda itu
akhirnya tak tertolong meski
sempat dibawa ke rumah sakit.
Setelah peristiwa itu,
rencananya taman itu akan
ditutup selamanya,
menghindari aksi serupa
dilakukan oleh yang lain.
Namun tak jadi dilakukan
taman tetap dibiarkan terbuka
untuk umum, meski jarang atau
hampir tak pernah ada yang
datang berkunjung.
…
Karena itulah, Dimas
sempat merasa heran dan
bertanya-tanya, mengapa Celia
ke taman itu, mengapa Celia
seberani itu ke sana sendirian.
Dia takut wanita itu nekat
melakukan hal seperti dua
perempuan sebelumnya karena
tekanan dan beban pikiran yang
berat.
Tapi, dia yakin Celia kuat
dan tabah. Dia pasti tegar dan
tidak akan senekat itu, tidak
akan berbuat konyol.
Semula, dia ragu
kehadirannya akan membuat
Celia marah dan kesal, ternyata
sambutan Celia di luar
ekspektasinya.
Dia tak marah justru
bermanja-manjaan dengan
Dimas, bersandar di bahunya.
Dimas menyadarijika Celia
butuh kehangatan darinya, dia
lalu merngkul pundak Celia,
merengkuh tbuhnya dan mencl
um rambut perempuan itu.
Ada rasa sesak di dda
Dimas setiap kali wanita itu
menarik nafas dan
menghenmbuskannya kuat-kuat
seolah ingin membuang beban
yang dipikulnya.
Aku tau, kamu pasti sedang
menanggung beban yang berat,
meski kamu berusaha tegar dan
kuat, batinnya.
Aku janji akan selalu ada
untukmu. Aku gak akan
membiarkanmu menghadapi
badai hidupmu ini seorang diri,
katanya lagi dalam hatinya.
‘Setidaknya, aku akan selalu
jadi tempatmu bersandar jika
kamu butuhkan, tempatmu
berkeluh kesah, suara hatinya.
Aku akan menghiburmu.
Melakukan apapun yang aku
bisa untuk membantumu,
mengurangi bebanmu,
membuatmu melupakan
sejenak masalahmu, janjinya
dalam hati, sembari
mempererat pelkannya.
Saat tbuh Dimas lebih
dekat ke tbuhnya, Celia merasa
begitu nyaman, aman dan
damai.
…
Andai saja Mas Bram
sepertimu, aku pasti jadi wanita
paling bahagia di dunia ini,katanya dalam hati.
Jantungnya selalu saja
berdegup kencang setiap kali
Dimas di dekatnya.
Perasaan yang semakin hari
semakin kuat dirasakan, yang
selalu ingin dia tepis dan
singkirkan jauh-jauh.
Celia berulang kali berjanji
dan berusaha untuk tak
memberi ruang pada Dimas
untuk mendekatinya,
memanjakannya,
memperlakukannya mesra dan
romantis.
…
Tapi, tiap kali berhadapan
dan dekat dengan cowok
playboy itu, setiap kali itu pula
dia luluh dalam pesonanya, tak
berkutik, tak bisa menolak dan
pasrah.
Aku yakin ini bukan
perasaan suka apalagi cinta. Aku
gak mungkin jatuh cinta
padanya. Aku masih sangat
mencintai Mas Bram mneski
dengan segala kekurangan,
sikap dan perilakunya yang
membuatku kadang meragukan
cintanya, gumamnya.
Ini pertama kali kamu ke
taman ini, sudah pernah atau
sering ke sini? tanya Dimas.
Iya, ini pertama kalinya
aku ke sini. Dua bulan lalu aku
lewati taman ini. Tempat yang
indah dan menenangkarn.
Karena itu hari ini aku ke sini,
sahutnya.
Kamu tidak takut datang ke
sini sendirian? kembali Dimas
bertanya.
Kenapa harus takut? Apa
karena sepi, apa tempatnya
berbahaya? Celia balik
bertanya.
Bee, kamu gak tau cerita
tentang taman ini, gak pernah
dengar mengenai taman ini
sebelumnya? tanya lagi.
Memangnya ada apa
dengan taman ini? Aku gak tau
dan gak dengar apa-apa,
sambungnya.
Gak ada apa-apa kok.
Kapan-kapan aku cerita ya,
jawabnya, merangkul tubuh
Celia lebih erat lagi.
Iya, ujarnya, masih tetap
menempelkan kepalanya di
bahu Dimas.
..
Dimas tak ingin
menceritakan apa yang
sebenarnya terjadi di taman ini 5
tahun lalu.
Bagaimana dia sanggup
mengungkapkan pada Celia jika
di ujung taman itu, di pohon
akasia dan di atas jembatan di
depan mereka, terjadi peristiwa
tragis.
Dia ingat, saat kejadian itu,
dia masih di bangku SMA, dan
dia sempat ke sini saat ramai
pemberitaan tentang peristiwa
itu.
Oh ya, 5 tahun lalu kamu
masih kuliah di LA, Amerika
Serikat. Jadi kamu gak tau
tentang kejadian itu. Dan pasti
tak pernah juga ada yang kasih
tau kamu atau kamu gak pernah
baca beritanya, gumam Dimas.
Entah bagaimana reaksi
Celia jika dia tau tentang
peristiwa di taman ini.
Celia masih berkutat
dengan pikirannya tentang
suaminya Bramantio dan Dimas.
Matanya menerawang jauh
ke air kolam, menatap nanar
angsa yang tampak senang
berenang di sana.
…
Aku capek, memikirkan
apa yang kualamni membuatku
pusing, batinnya.
Celia lalu menegakkan
kepalanya, sembari memegang
keningnya.
Bee, kamu kenapa,
kepalamu sakit lagi ya? tanya
Dimas, menyentuh kening Celia
lalu memijat kepalanya.
Semakin keras aku berpikir,
kepalaku kembali sakit,
sebutnya.
Bisakah kamu tak
memikirkan apapun saat ini?
Ayo, berbaring di pangkuanku.
Lupakan semua beban itu.
Penjamkan matamu. Tidurlah
sejenak, saran Dimas.
Celia menurut, berbaring
dipangkuan Dimas, dia butuh
istirahat, dia capek, bukan
tubuhnya yang lelah, tapi hati
dan pikirannya.
Dia berbaring di pangkuan
Dimas, di bawah pohon mahoni
rindang, di bangku taman, sore
itu.
Pria itu terus menatap
wajah putih mulus, dengan bibir
lembut nan seksi itu, kemudian
menautkan jari jemarinya ke
jari lentik wanita itu, lalu
mencium tangannya.
Celia menatap Dimas,
tersenyum lalu menutup
kelopak matanya, tidur.
Aku begitu tergila-gila
padamu, tak pernah bosan
menatap paras cantikmu, tak
bisa melupakan clumanmu dan
permainan panas kita malam itu
, ungkap hatinya.
Kalau kamu gak bahagia
berumah tangga dan hidup
bersama Mas Bram, menderita,
tertekan, terbebani, kenapa
kamu gak tinggalkan saja dia
dan berpaling padaku. Kita akan
bahagia bersama. Tak adakah
kesempatan dan cara agar kita
bersatu? bisiknya lirih.
…
Dimas kemudian
melepaskan tautan tanganmnya,
lalu membelai lembut pipi Celia,
menundukkan kepalanya,
mencium kening wanita itu.
Celia masih lelap
dipangkuan Dimas, hari
beranjakpetang, udara senja
menerpa tubuhnya.
Dimas melepas jaket yang
dikenakannya, menyelimuti
tubuh Celia, yang mulai
merasakan dinginnya angin
menjelang malam itu.
Dia tak tega
membangunkan Celia, tapi dia
juga gak bisa terus membiarkan
wanita itu tidur di pangkuannya
lebih lama lagi dalam kondisi
langit yang mendung,
tampaknya akan segera turun
hujan.
Selain itu, malam akan
segera menjelang, dia juga mulai
merasakan bulu kuduknya
merinding dan tak berani
melihat ke depan, ke arah
jembatan atau menoleh ke sisi
kirinya, melihat pohon akasia di
sudut taman itu.
..
Dia harus segera membawa
Celia pergi dari tempat itu.
Dimas kemudian membuka
tas Celia, mengambil kunci
mobil.
Dia lalu mengangkat Celia,
menuju ke mobil Mercedes Benz
milik Celia yang terparkir
belasan meter dari bangku
taman tempat mereka duduk
tadi.
Kebetulan hari ini, Dimas
tak membawa mobil ke kampus,
dia mengendarai motor
sportnya.
Mobil Celia dan sepeda
motornya terparkir di luar pintu
gerbang menuju taman itu, di
dekat jalan keluar.
Dimas membuka pintu
mobil, berhati-hati meletakkan
tubuh Celia, yang masih
terlelap dalam tdurnya di jok
mobil.
Saat hendak keluar dari
mobil itu, Celia membuka
matanya, menatap wajah Dimas
yang persis di depannya dengan
penuh pengharapan.
Dia menyntuh ppi pria itu,
tersenyum manis padanya.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Dimas,
Related: Explore more posts