Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

TERDIAM DALAM TAKDIR (PART28)

Posted on June 4, 2025 By admin

TERDIAM DALAM TAKDIR (PART28)

Isi Postingan:

TERDIAM DALAM TAKDIR PART28

…Ceritadewasa…

.

.

.

Kamu ngapain, Lis? tanya

seseorang dari belakang.

Ternyata mas Johan, tubuhku

sempat berjingkat kaget. Untung saja

nampan berisi makanan ini tak lepas

dari tanganku.

Hanya ingin mengantarkan

makan buat Mbak Sari, dari siang dia

belum makan. Tanganku

menyodorkan nampan ke

hadapannya. Sebagai bukti apa yang

tengah kulakukan.

Berharap lelaki tukang selngkuh

ini memiliki rasa bersalah pada sang

istri yang sejak kepergiannya

mengurung diri di kamar.

.

.

.

Tapi, sepertinya Mbak Sari

memang tak bisa di ganggu, lanjutku.

Berharap mas Johan

menawarkan diri untuk mengambil alih

nampan dari tanganku dan merayu

mbak Sari untuk makan. Namun,

sepertinya itu hanya harapan kosong,

karena pria tambun di hadapanku ini

mengatup rapat mulutnya. Seolah tak

peduli dengan keadaan istrinya.

Dasar pria kurang peka! Batinku.

Karena tak melihat tanda-tanda

mas Johan akan berinisiatif

mengambil nampan dan merayu mbak

Sari agar mau makan, aku pun

memutuskan untuk beranjak dari

hadapannya menuju dapur.

Menyimpan kembali makanan itu.

..

Sampai di dapur kumasukkan

nasi ke dalam Ricecooker, kemudian

menghangatkan kembali lauk dan

sayur agar tak basi. Siapa tahu nanti

malam mbak Sari mau makan. Terasa

aneh ya, aku seharusnya tak peduli

pada wanita itu, karena

memperlakukan diriku tidak baik, tapi

entah sisi kemanusiaanku tak bisa

tinggal diam melihat masalah di

rumah ini. Terutama melihat ibu yang

terus menangis setelah gagal

membujuk mbak Sari makan.

Namanya orang tua pasti akan

khawatir dan sedih melihat putrinya

seperti itu. Beruntung bapak bisa

menenangkan ibu dengan

nasihat-nasihatnya dan akhirnya

wanita itu pun bisa sedikit tenang.

Usai menyimpan nasi dan

menghangatkan lauk serta sayur

capcay, aku berbalik hendak menuju

kamar menyusul Sila dan mas Arman

yang sudah lebih dulu ke alam mimpi.

Namun, saat berbalik aku terlonjak

kaget. Tubuh tambun mas Johan

menjulang di hadapanku..

.

.

.

A-ada apa, Mas? tanyaku

tergagap masih dengan jantung

berdebar, karena kaget dengan

keberadaan pria itu yang tiba-tiba

muncul di belakangku.

Aku hanya ingin bernegosiasi

denganmu, jawabnya.

Negosiasi? ulangku heran.

Jadi begini, jangan pernah

katakan apa pun mengenai apa yang

telah kau lihat di Restoran waktu itu,

katanya. Jika kau sampai

mengatakannya pada Sari, maka

rahasiamu akan kubongkar, pada

suami dan mertuamu. Dan aku yakin

pasti Arman akan kecewa jika tahu

kebenaran siapa kau sebenarnya,

jelasnya.

Sekarang aku mengerti ke mana

arah pembicaraannya, sepertinya ia

bukan mengajakku bernegosiasi, lebih

tepatnya mengancam.

Bukannya takut justru aku ingin

tertawa, jika saja tak peduli dengan

kesopanan. Walau bagaimanapun

mas Johan adalah kakak ipar, orang

yang aku hormati di keluarga ini.

Dengar ya, Mas. Aku sama sekali

tidak pernah mau ikut campur urusan

kalian, dan aku tak pernah berminat!

tekanku. Dan aku sarankan

bertobatlah sebelum rumah tangga

kalian hancur. Karena perselngkuhan

itu dosa hanya akan membawamu

pada dosa perznaan. Aku membalas

perkataannya dengan menekan kata

zna, berharap agar ia sadar akan

kesalahannya.

Baiklah, terserah kau mau bicara

apa, sekarang bagiku kau tetap jaga

rahasia i_

Rahasia apa? sela mbak Sari

yang tiba-tiba muncul dari arah pintu

dapur, lebih Aku dan mas Johan

menoleh pada sosoknya yang berdiri

dengan wajah siap menrkam

mngsanya.

.

.

.

Katakan! Rahasia apa yang

kalian sembunyikan dariku, apa

jangan-jangan kalian berselingkuh

juga. Heh?! teriaknya, lantas ia

menyerang mas Johan begitu saja.

Tangan mbak Sari terus memukuli

mas Johan dengan ganas, tanpa mau

mendengarkan penjelasan dari

suaminya itu.

Menyaksikan apa yang dilakukan

mbak Sari terhadap suaminya, aku

merasa tak tega dan berusaha

melerai, dengan menahan lengannya

yang hendak kembali memukul kepala

mas Johan dengan tangan gempalnya

itu. Namun, wanita beringas itu malah

balik menyerangku dengan membabi

buta. la mendorongku kasar hingga

perutku membentur ujung meja.

..

Aku terkulai di lantai merasai

sakit yang begitu hebat di bagian

perut. Tanpa perasaan ia terus

mengumpat kasar padaku yang

tengah mengaduh kesakitan.

Mataku terbelalak saat cairan

warna merah mulai menetes di kaki

dan mengalir ke lantai.

Darah, gumamku.

Setelah itu pandanganku pun

perlahan memburam. Aku tak lagi bisa

mendengar apa yang terus wanita itu

lontarkan padaku. Kepalaku sangat

berat dan kegelapan menyerang

kesadaranku.

.

.

 

Aku membuka mata perlahan.

Menatap sekeliling ruangan bernuansa

putih dengan khas bau obat. Tak ada

siapa-siapa di sini.

Aku meringis kala merasakan

kram diarea prut, saat hendak

mengubah posisi.

Aku mengingatkan kembali apa

yang sebelumnya terjadi. Kusibak

selimut khas rumah sakit kasar hingga

terjatuh ke lantai, perlahan kurba

perut rataku.

Jantungku mencelus, saat kurasa

tak ada lagi kehidupan di sana. Walau

usia kandunganku masih terbilang

sangat kecil, tapi aku bisa merasakan

jnin di sana yang sekarang

benar-benar tidak ada.

Setetes bulir bening meluncur dan

perlahan semakin deras, aku tergugu

menangisi apa yang telah terjadi pada

janinku.

Pintu terbuka, mas Arman masuk

lantas menghampiriku dengan raut

khawatir. la mendekat dan memluk

tbuhku erat..

la terus mendekap tubuh ini yang

masih terguncang menangisi

kenyataan yang ada.

.

.

Minum dulu. Mas Arman

menyodorkan segelas air putih,

setelah melihatku mulai tenang.

Kuraih gelas berisi air putih dan

sedotan dari tangannya, lantas

meminumnya perlahan.

Mau makan? tanyanya.

Tangannya menyodorkan makanan

yang di sediakan pihak rumah sakit.

Aku menggelengkan kepala,

seraya menolak karena tak ada selera

sama sekali. Aku Kembali

merebahkan diri usai mengembalikan

gelas pada suamiku.

Memejamkan mata mencoba

menghilangkan rasa sedih dan sakit

dalam dada karena kehilangan buah

hatiku yang belum sempat menatap

dunia.

Entah harus menyalahkan siapa,

ingatanku kembali pada kejadian

semalam di mana mbak Sari

menyerangku dengan beringas.

Hingga aku tersungkur menabrak

meja. Dan aku harus kehilangan

janinku.

Kembali aku menangis dengan

mata terpejam. Terasa usapan tangan

hangat mas Arman memblai ppiku.

..

Setiap yang bernyawa pasti akan

mati, jadi sabar dan ikhlaslah karena

memang ini sudah takdir dari-Nya,

kata mas Arman memberiku

semangat agar bisa lebih berlapang

dada menerima semua ini.

Aku membuka mata dan

menatapnya yang masih duduk di tepi

ranjang rumah sakit tempatku

berbaring saat ini. Tangannya.

bergerak menyelimuti tubuhku hingga

pinggang.

..

Maaf, aku tidak bisa menjaga

dengan baik anak kita, lirihku, dengan

mata yang kembali menganak sungai.

Terdengar helaan napas lembut

dari mlut suamiku. Lantas ia

tersenyum menatapku-tangannya

terulur mengusap kepalaku yang

tertutup kerudung instan.

..

Sudahlah, tak ada yang perlu di

salahkan. Karena ini telah menjadi

ketentuannya, dan kita hanya bisa

menerimanya dengan ikhlas,

ungkapnya, lantas ia bergerak

mencium keningku dengan lembut.

Tidurlah kembali, nanti sore ibu

dan bapak akan datang menjenguk.

Tidurlah kembali, nanti sore ibu

dan bapak akan datang menjenguk.

Aku mengangguk mengiyakan

ucapannya. Sentuhan lembut tangan

mas Arman yang nyaman dan

menenangkan membuatku kembali

tertdur.

.

.

NoteL..i..k..e.mu penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: TERDIAM DALAM TAKDIR (PART29)
Next Post: TERDIAM DALAM TAKDIR (PART26)

Related Posts

Tetangga menggoda (PART15) Kisah Menarik
Cerita dewasa dukun yg per*wani p*Sien nya Kisah Menarik
ADIK IPAR PELIPUR LARA (PART14) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART67) Kisah Menarik
TERDIAM DALAM TAKDIR (PART34) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART47) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme