JANGAN OM (PART56)
Isi Postingan:
JANGAN OM PART56
…
..
.
Kinan akhirnya
benar-benar pulih, dan hari ini
adalah hari pertama dia akan
kembali menjalani aktifitas
kuliahnya. Aryo, suaminya,
tidak berhenti mengingatkan,
Kamu harus hati-hati. Jangan
sampai kecapekan. Kamu yakin
akan baik-baik saja dengan gosip
yang beredar di kampus?
tanyanya memastikan, matanya
penuh kekhawatiran.
Kinan menatapnya sambil
tersenyum tipis. Aku siap, Mas.
Biarin aja orang-orang mau
ngomong apa tentang aku. Yang
penting aku nggak seperti itu.
Aku cuma pengen kuliah aja
sampai lulus, jawabnya
mantap.
Aryo menghela napas berat.
Ia tahu tak ada gunanya
melarang Kinan lebih jauh.
Baiklah, kalau memang itu
keputusanmu. Tapi kamu harus
benar-benar hati-hati dan jaga
diri. Aku nggak mau kamu atau
anak kita kenapa-kenapa lagi,
ucapnya tegas.
Kinan mengangguk pelan.
…
Aku janji akan menjaga diri,
Mas, katanya sambil
menyelesaikan sarapannya.
Hari itu, untuk pertama
kalinya, Kinan meminta Aryo
menurunkannya langsung di
parkiran kampus. Biasanya, ia
selalu memilih berhenti di halte
untuk menghindari perhatian,
tetapi kali ini berbeda. Semua
mahasiswa di kampus sudah
tahu status Kinan sebagai istri
muda Aryo, jadi baginya tidak
ada lagi yang perlu
disembunyikan.
Setelah turun dari mobil,
Kinan berjalan menuju gedung
kuliah. Sepanjang perjalanan,
pandangan aneh dari para
mahasiswa dan mahasiswi
menghujaninya. Bisik-bisik
terdengar di belakang
punggungnya, tapi Kinan tetap
menatap lurus ke depan,
pura-pura tak mendengar.
Langkahnya terhenti ketika
seseorang memanggil. Kinan!
la menoleh. Ternyata itu
Rossa, teman satu angkatannya.
Kamu baru datang? tanya
Kinan, mencoba tersenyum.
Rossa mengangguk. Iya,
baru aja. Eh, kamu udah
sembuh? Katanya kemarin sakit
,ujarnya dengan nada
khawatir.
Iya, aku udah sembuh kok
, jawab Kinan santai.
Sakit apa emang? tanya
Rossa lagi, penasaran.
Kinan tersenyum kecil.
…
Kemarin kecapekan aja, jadi
harus banyak istirahat.
Rossa mengangguk lega.
Syukurlah kalau gitu. Yuk,
masuk, kuliahnya sebentar lagi
mulai, ajaknya.
Begitu memasuki kelas,
Kinan langsung merasakan
atmosfer yang tidak nyaman.
Tatapan sinis dan bisik-bisik
pelan memenuhi ruangan.
66
Beberapa teman menatapnya
seolah ia makhluk asing.
Wis, si pelakor udah masuk
lagi, celetuk Tania dengan
nada tajam yang sengaja dibuat
keras agar semua orang
mendengar.
Kinan berhenti sejenak,
menatap Tania sekilas, lalu
memilih mengabaikannya. Ia
berjalan ke tempat duduknya di
sebelah Rossa tanpa berkata
apa-apa.
Rossa yang duduk di
sampingnya menepuk bahunya
lembut. Udah, nggak usah
dipikirin. Biarin aja, nggak usah
didengerin, katanya, mencoba
menenangkan.
Kinan tersenyum kecil.
Makasih ya, Rossa. Kayaknya
cuma kamu deh yang masih mau
dekat denganku sekarang.
Lalu Rossa membalas
senyumnya. Sama-sama. Aku
ngerti kok posisi kamu nggak
mudah. Lagi pula, itu kan
urusan pribadimu dengan Pak
Aryo. Aku nggak mau ikut
campur.
…
Sekali lagi, Kinan
mengangguk, merasa bersyukur
masih ada yang berpihak
padanya. Terima kasih, Rossa.
Setelah jam kuliah usai,
Kinan berjalan menuju kantin
untuk bertemu
teman-temannya. Namun, di
tengah perjalanan, ia tidak
sengaja berpapasan dengan
Niko, ketua BEM yang selama
ini sering mencoba
mendekatinya.
Hai, Kinan. Apa kabar?
Udah lama ya kita nggak
ketemu, sapa Niko dengan
senyum yang terasa terlalu
ramah.
Kinan menghentikan
langkahnya sejenak, mencoba
bersikap sopan. Ia tersenyum
canggung. Baik, Mas. Mas Niko
sendiri gimana kabarnya?
jawabnya, berbasa-basi.
Ya, seperti yang kamu
lihat, aku baik-baik aja, ujar
Niko sambil tertawa kecil. la
kemudian memasang ekspresi
serius. Oh ya, Kinan, kamu
udah dengar gosip yang beredar
di kampus tentang kamu dan
Pak Aryo? tanyanya dengan
nada seolah prihatin.
Kinan mnengangguk pelan.
Iya, udah, Mas. Kinan udah
dengar kok, jawabnya datar.
Ekspresi Niko berubah
menjadi penuh penyesalan.
Maaf ya, Kinan. Aku sebagai
ketua BEM nggak bisa
menghentikan gosip itu.
Gosipnya udah terlanjur
menyebar ke segala penjuru
kampus. Aku juga udah
berusaha mencari tahu siapa
yang menyebarkan gosip itu dan
mencoba menghentikannya.
Aku merasa bertanggung jawab
atas kondisi kampus yang jadi
nggak kondusif, ucapnya
dengan nada rendah, seolah
tulus.
….
Kinan tersenyum tipis.
Nggak apa-apa kok, Mas Niko.
Kinan baik-baik aja. Lagipula,
itu kan cuma gosip. Mereka
nggak tahu kenyataan yang
sebenarnya, katanya, mencoba
menutup pembicaraan.
Makasih ya, Mas, udah berusaha
membantu. Kalau gitu, Kinan
pamit dulu. Teman-temnan
Kinan udah nunggu di kantin,
tambahnya, mencoba mencari
alasan untuk segera pergi.
Niko mengangguk dan
memberikan jalan. Oh, yaudah.
Hati-hati ya, Kinan, katanya
dengan senyum yang tampak
biasa di permukaan.
Namun, begitu Kinan
berlalu meninggalkannya,
ekspresi Niko berubah total.
Senyumnya menjadi licik, dan
matanya memandang Kinan
tajam. la menyeringai, lalu
bergumam pelan, Tunggu aja,
Kinan. Sebentar lagi, kamu akan
jadi milikku. Kamu nggak akan
bisa sombong lagi setelah aku
menghancurkanmu.
Niko berdiri di tempatnya,
matanya tetap mengawasi
Kinan yang berjalan menjauh.
Ada sesuatu dalam sorot
matanya yang membuat niat
buruk itu semakin nyata.
Kinan tersenyum lebar saat
melihat Fuji dan Sally duduk di
pojok kantin, tampak santai
menikmati minuman mereka. Ia
segera menghampiri kedua
sahabatnya itu dan menyapa,
Maaf ya, aku lama. Tadi ada
sedikit gangguan, ujarnya
sambil meletakkan tas di kursi
kosong.
….
Fuji dan Sally serempak
menoleh ke arahnya. Nggak
apa-apa, Kinan. Duduk sini.
kata Fuji sambil mempersilakan.
Setelah duduk, Sally
langsung membuka obrolan,
Kok kamu nekat banget sih,
Kinan? Kan kemarin kita udah
bilang, mendingan kamu nggak
kuliah dulu, katanya dengan
nada penuh kekhawatiran.
Kinan tersenyum
menenangkan. Nggak papa
kok, Sal. Aku baik-baik aja.
Makasih ya, kalian udah peduli
dan mau melindungi aku,
jawabnya tulus.
Fuji menambahkan, Kami
cuma nggak mau kamu
kenapa-napa. Kamu sekarang
tau sendiri kan, gosip yang
beredar di kampus ini. Terus,
gimana sekarang perasaan
kamu? tanyanya dengan
hati-hati.
Kinan menggeleng kecil. It’
s okay, I’m fine, jawabnya
sambil tersenyum tipis. Aku
udah biasa kok denger gosip
jelek tentangku dari dulu. Jadi
menurutku ya udahlah, nggak
usah dipikirin. Biarkan aja
orang mau ngomong apa. Yang
penting, masih ada orang yang
percaya padaku. Kalian tahu
sendiri kan, gimana ceritanya
sampai aku menikah sama Mas
Aryo.
…
Sally menghela napas
panjang. Ilya, kita ngerti kok,
Kinan. Cuman, nggak semua
orang bakal ngerti keadaan
kamu. Mereka tetap aja bakal
nyebut kamu perebut laki orang.
Apalagi, status Pak Aryo kan
udah menikah waktu nikahin
kamu dulu.
Kinan hanya tersenyum,
mencoba menenangkan suasana.
Biarin aja, Sal. Gosip kayak
gitu biasanya cuma bertahan
sebentar. Ntar juga hilang
sendiri kalau mereka bosan.
Mendengar jawaban itu,
Fuji dan Sally akhirnya
mengangguk, meski masih ada
sedikit kekhawatiran di wajah
mereka. Ya udah deh, kata
Fuji akhirnya.
Ngomong-ngomong, kamu mau
makan apa? Aku pesenin dulu
ya,
Kayak biasa aja, nih
duitnya, Kinan berkata sambil
menyerahkan beberapa lembar
uang kepada Fuji.
Fuji mengambil uang itu
sambil tersenyum. Oke, tunggu
di sini ya, katanya sebelum
beranjak menuju tempat
pemesanan.
Setelah Fuji pergi, Sally
menatap Kinan lekat-lekat.
Kalau ada apa-apa, kamu bilang
ya. Jangan pendam sendiri,
ucapnya serius.
Kinan mengangguk.
Tenang aja, Sal. Aku kuat kok,
jawabnya dengan nada yang
meyakinkan. Meskipun begitu,
di dalam hatinya, ia tahu
perjalanan ini tidak akan
mudah.
Tak lama setelah Fuji
kembali membawa makanan
dan minuman untuk Kinan,
mereka pun mulai menikmati
hidangan sambil mengobrol
santai. Namun, suasana kantin
yang awalnya ranmai dengan
canda tawa perlahan berubah.
Bisik-bisik terdengar semakin
keras, dan banyak tatapan
diarahkan ke meja mereka. Fuji
dan Sally, yang menyadari
perubahan itu, saling bertukar
pandang penuh tanya.
Ada apa sih? Fuji berbisik
pelan ke arah Sally.
….
Sally menggeleng, tanda ia
juga tidak tahu. Sementara itu,
Kinan yang sibuk menikmati
makanannya sama sekali tidak
menyadari situasi di sekitarnya.
Tiba-tiba, suara seorang
mahasiswi terdengar lantang
dari sudut ruangan. Oalah,
pantesan dia dijadiin istri muda,
ternyata lagi hamil anak
haramnya Pak Aryo! Licik juga
ya, kelihatannya alim, eh
ternyata… ulet bulu yang gatal!
Kinan menghentikan
aktivitasnya sejenak, tapi
sebelum ia sempat bereaksi,
Sally sudah bangkit dari
kursinya dan mendekati
mahasiswi yang bernama Vina
tersebut, yang sedang bersama
teman-temannya.
Maksud lo apa ngomong
kayak gitu? tanya Sally,
nadanya penuh kemarahan.
Vina menatap Sally tanpa
rasa takut. Aku cuma ngomong
sesuai fakta dan gosip yang
beredar. Semua orang di
kampus ini juga tahu, kok,
jawabnya sambil menyeringai,
lalu mengeluarkan ponselnya.
la menunjukkan foto di grup
mahasiswa, yang
memperlihatkan Kinan dan
Aryo sedang berada di ruang
tunggu dokter kandungan.
Sally menyipitkan mata,
merasa geram. Gosip? Foto ini
siapa yang nyebarin? Apa lo
yang ngambil?
Vina tertawa kecil. Bukan
aku, tapi siapa pun yang
nyebarin ini, dia cuma
ngungkap fakta. Kan jelas di foto
itu,
Keributan tersebut
akhirnya menarikperhatian
Kinan. la bangkit dan berjalan
mendekati Sally. Udah, Sel.
Biarkan aja, gue nggak peduli
kok, ucap Kinan, menatap Vina
dengan sorot dingin.
Namun, salah satu teman
Vina, Sari, menyahut sambil
tertawa sinis. Ya iyalah, nggak
peduli. Pelakor mana tahu malu!
Kasihan aja anaknya ntar dicap
anak haram, ucapnya, yang
langsung memancing tawa
teman-temannya.
….
Kinan mendekati Sari,
menatapnya tajam sebelum
menjambak rambutnya.
Dengar ya, ucap Kinan dengan
nada tajam, aku itu nikah sama
Pak Aryo udah hampir setahun.
Jadi kalau aku hamil, itu wajar,
bukan anak haram! Aku nggak
peduli kalian bilang aku pelakor
atau apalah. Tapi kalau sampai
kalian bilang anakku anak
haram, aku nggak akan tinggal
diam!
Sari meronta, berusaha
melepaskan diri. Lepasin aku,
sialan! Aku nggak sudi dipegang
pelakor murahan kayak kamu!
Kinan akhirnya melepas
jambakannya, tetapi tatapan
dinginnya tidak surut. Sally
segera menarik Kinan mundur
sebelum situasi semakin panas.
Udah, Kin, nggak usah
diladenin manusia-manusia
kayak mereka. Mereka tuh cuma
hobi bergosip, tapi nggak sadar
kelakuan mereka sendiri
murahan, ucap Sally dengan
tajam sambil menatap Vina dan
gengnya.
Maksud lo apa bilang kami
murahan? tanya Vina, merasa
tersinggung. Yang jelas, kami
nggak seperti teman kamu ini,
ya, pelakor!
Sally tersenyum dingin.
Oh ya? Lo jual diri ke om-om itu
bukan murahan, ya? ucap
Sally, nadanya penuh ejekan.
Beda sama Kinan yang
dinikahin dan dihormati, lo
cuma dipakai terus dibuang.
Aku tahu kok kerjaan lo
sebenarnya.
Vina langsung terdiam,
wajahnya pucat. Kamu jangan
sembarangan fitnah! serunya
dengan suara gemetar.
Oh, jadi kamu mau bukti?
Perlu aku sebarkan video kamu
masuk ke mobil om-om atau
video kamu di hotel? Aku punya
kok. Kamu tahu dari mana aku
dapat itu? Om Danu,
pelangganmu itu adalah om aku
, balas Sally dengan nada tajam.
Wajah Vina semakin pucat
pasi. Ia tak mampu membantah
ucapan Sally karena semuanya
memang benar. Tanpa berkata
apa-apa lagi, ia segera pergi dari
kantin, diikuti teman-temannya
yang tadi ikut menggosipkan
Kinan.
….
Sally kembali ke meja
dengan wajah tenang,
sementara Kinan menatapnya
66
penuh rasa terima kasih.
Makasih, Sal, ucap Kinan
pelan.
Sally tersenyum kecil.
66
Tenang aja. Aku nggak bakal
biarin orang kayak mereka
seenaknya menghina kamu atau
anak kamu, katanya tegas.
Fuji mendekati Kinan yang
wajahnya mulai memerah
karena emosi. Ia menepuk
pundak Kinan pelan, mencoba
menenangkan. Sudah, Kin,
duduk dulu. Jangan terpancing
sama orang-orang kayak
mereka, ujar Fuji lembut.
Kinan akhirnya duduk
kembali, meski jelas terlihat ia
sudah kehilangan selera
makannya. la menghela napas
panjang, lalu berkata dengan
nada sebal, Siapa sih
sebenarnya yang nyebarin foto
dan fitnah kejam itu? Aku nggak
masalah kalau dibilang pelakor,
perebut suami orang, atau apa
pun itu. Tapi kalau anakku
dibilang anak haram, aku nggak
terima!
Sally meletakkan gelasnya
dengan keras di meja, ikut
geram. Kinan, kamu jangan
terlalu mikirin omongan
mereka. Orang-orang seperti
mereka cuma bisa menilai tanpa
tahu kenyataannya. Yang
penting, kamu tahu yang
sebenarnya. Kami juga tahu.
Jangan biarkan mereka menang
99
ujarnya tegas.
Fuji menimpali, Benar,
Kin. Kalau kamu terus
kepikiran, mereka justru merasa
puas. Fokus aja ke kuliah dan
kesehatan kamu. Anak kamu
juga butuh kamu tenang.
Kinan menatap kedua
temannya, lalu tersenyum
lemah. Makasih ya, kalian
selalu ada buat aku.
…
Sementara itu, di
ruangannya, Aryo tengah
memeriksa tumpukan laporan
dengan serius. Suasana hening
pecah ketika terdengar ketukan
di pintu. Masuk, ujar Aryo
singkat.
Pintu terbuka, dan seorang
pria dengan senyum angkuh
melangkah masuk. David,
sepupu pak Bambang sekali
orang yang diam-diam
mengincar kedudukan Aryo,
berdiri dengan penuh percaya
diri di depan meja kerja.
Aryo mendongak sekilas
dan berkata dingin, Ada apa,
Om? Saya sedang sibuk
sekarang.
99
David tersenyum lebar,
namun sorot matanya penuh
sindiran. Kenapa kamu terlihat
takut begitu Aryo? Santai saja.
Om ke sini cuma ingin bicara
sebentar, jawab David dengan
nada tenang, tetapi jelas berisi
provokasi.
Aryo menyandarkan
tubuhnya di kursi dan menatap
David dengan tajam. Kalau
mau bicara, langsung saja. Saya
tahu Om ke sini bukan untuk hal
baik, ucapnya tanpa basa-basi.
David tertawa kecil, lalu
berkata, Kamu memang selalu
cerdas, Aryo. Tapi sayang,
kecerdasanmu itu sering kali
tidak kamu gunakan dengan
baik. Itu kelemahan terbesar
kamu.
Aryo hanya mendengus,
menunggu kelanjutan ucapan
David.
David kemudian melipat
tangannya di dada dan berkata
dengan nada penuh ancaman,
Aku tidak mau berbasa-basi.
Aku mau kamu mundur dari
jabatamu sebagai presiden
komisaris kampus ini. Sudah
terlalu banyak gosip buruk
tentang kamu yang beredar di
kampus. Kalau kamu tetap di
posisi ini, nama baik kampus
akan tercemar. Sebaiknya,
kamu sadar diri sebelum
semuanya semakin kacau.
…
Aryo tersenyum tipis, lalu
menjawab dengan suara dingin,
Apa hak Om menyuruh saya
mundur? Kampus ini adalah
milik nenek saya, dan saya yang
berhak meneruskan
kepemimpinan. Jabatan saya
tidak tergantung pada opini
orang seperti Om.
David tertawa keras
mendengar jawaban itu, lalu
berkata, Aryo, meski kampus
ini milik keluargamu, jangan
lupa bahwa ada pemegang
saham lainnya. Jika mereka
tahu semua gosip buruk yang
beredar tentang kamu, mereka
pasti tidak akan mendukungmu
lagi. Kamu seharusnya sadar
diri. Jangan sampai semua ini
berujung pada kehancuran
kampus ini.
Aryo menatap David dengan
tatapan tajam, lalu berkata
dengan tegas, Gosip murahan
itu tidak akan menghancurkan
kampus ini, dan hal itu juga
tidak akan mengubah fakta
bahwa saya penilik sah dan
pemimpin di sini. Kalau Om
berniat mengambil posisi saya,
buktikan bahwa Om pantas,
bukan hanya mengandalkan
gosip murahan. Saya tidak akan
mundur hanya karena ancaman
kosong seperti ini.
David mengepalkan
tangannya, namun masih
berusaha mempertahankan
senyum liciknya. Kita lihat
saja, Aryo. Waktu yang akan
membuktikan, katanya
sebelum berbalik dan
meninggalkan ruangan dengan
langkah berat.
…
Setelah kepergian David,
Aryo mengusap wajahnya kasar
kemudian dia berkata pelan,
Sepertinya aku memang harus
lebih serius mengungkap dalam
dibalik kasus yang beredar
tentang aku dan Kinan. Masalah
ini sudah merambat ke
mana-mana, aku harus segera
bertindak. Aryo kemudian
mengambil ponselnya dan
menghubungi seseorang yang
dianggapnya mampu untuk
mengungkap kasus ini.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts