Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

BALADA BESAN DAN MENANTU (PART52)

Posted on June 4, 2025 By admin

BALADA BESAN DAN MENANTU (PART52)

Isi Postingan:

BALADA BESAN DAN MENANTU PART52

…CERITADEWASA…

.

.

.

Dan yang paling membuatnya senyum sendiri dalam

mimpi itu, dia tak sendirian.

Ia melangkah ke dapur dengan langkah ringan.

Wajan mulai menari di atas api, aroma

bawang tumis menyebar ke seluruh rumah.

Hari ini ia memasak dengan hati penuh cinta.

Bukan cinta buta, bukan pula nafsu, tapi… rasa

terhubung. Ada orang yang mau mendengar,

memahami, dan hadir tanpa menuntut.

Selesai masak, ia menaruh sayur di panci, lalu

mengambil podcast hiburan keranjang pakaian kotak besar. Ia

mengenakan kerudung tipis, lalu menyapa

beberapa tetangga dengan senyum tulus

sebelum berangkat ke sungai kecil di belakang

perkampungan.

Biasanya, saat sampai di sungai, obrolan antar

ibu-ibu akan dipenuhi suara tawa bercampur

nyinyiran kecil. Dan biasanya, Umi Latifah

adalah pemain utama-kalau bukan soal jilbab

ketat Bu Yani, pasti soal Mas Iwan yang suka

ngelirik ke istri tetangga.

.

.

.

Tapi hari ini beda.

Saat Bu Munah membuka topik, Eh, Umi…

tahu nggak, si Bu Rini tuh kemarin-

Umi Latifah langsung memotong halus. Bu

Rini itu memang ulet ya, ya Allah. Saya tuh

kadang iri, padahal dia sibuk kerja, tapi masih

bisa urus anak-anak juga. Salut deh saya.

Beberapa ibu-ibu menoleh. Terkejut.

Eh, kok sekarang pujian, Mi? celetuk Bu Udin

setengah bercanda.

Umi Latifah tertawa renyah, Lagi nyoba jadi

versi terbaik diri sendiri, Bu. Kemarin denger

ceramah… eh, ceramah dari hati, sih. Bukan

dari toa mushala.

Semua tertawa, walau tak semua paham

maksudnya.

.

.

Umi terus mencuci dengan semangat, bahkan

ia membantu Bu Karni yang kerepotan

mengangkat ember. Ia juga membagi sabun

cuci cair miliknya kepada yang lain, sesuatu

yang biasanya… ia pelitkan diam-diam.

Di dalam hatinya, ada suara kecil yang

berbisik Pak Amat pasti bangun sekarang…

mungkin sudah berangkat ke kebun seperti

biasa. Pikiran itu membuat wajahnya kembali

memerah, lalu tertawa pelan sendiri. Hari ini

bukan cuma cucian yang bersih, tapi hatinya

juga.

Setelah menjemur pakaian, Umi Latifah duduk

sejenak di bangku panjang teras belakang.

Sapu lidi di tangannya ia putar-putar pelan.

Tapi pikirannya jauh, tidak pada jemuran atau

cucian. Ia tiba-tiba saja teringat wajah Pak

Amat-yang semalam tampak sangat bersinar

saat bercerita sambil menyender di dinding

rumahnya. Wajahnya tenang, matanya teduh,

dan… ah, itu senyumnya.

Tanpa sadar ia senyum sendiri.

.

.

Ya Allah… cobaan jenis baru ini, gumamnya

pelan.

Tiba-tiba timbul niat untuk mengirimkan

makanan. Tadi pagi masaknya cukup banyak,

masih ada tempe bacem, sambel terasi, dan

sayur asem segar. Umi Latifah pun segera

masuk, mengambil rantang bersusun, mengisi

tiap lapisnya dengan rapi. Bahkan dia

tambahkan kerupuk udang di plastik kecil, dan

sepotong pisang goreng kegemaran Pak Amat.

Sebelum berangkat, Umi menatap cermin. Ia

melepas dasternya, mengenakan gamis hijau

muda favoritnya yang jatuh lembut di badan.

Ia pasangkan kerudung satin berwarna krem

dengan bros kecil di dda. Tidak lupa

memoleskan sedikit bedak, lipstik natural, dan

sedikit pensil alis.

.

.

Ah… cukup begini saja, Umi. Jangan lebay,

katanya sembari tertawa kecil menenangkan

dirinya sendiri.

Ia melirik kanan kiri sebelum membuka pagar

belakang. Jalan ke kebun Pak Amat melewati

gang kecil lalu melintas jalan tanah di

samping pematang sawah. Sepanjang jalan,

Umi deg-degan bukan main. Rasanya seperti

anak gadis yang mau nganter bekal ke pacar,

walau secara usia… ya, bisa dibilang udah

lewat masa pacaran. Tapi hati? Masih sama

deg-degannya.

Sesekali ia menunduk jika ada motor lewat.

Berharap tidak ada tetangga yang lewat atau

bertanya-tanya kenapa ustazah yang satu ini

ngeloyor sendirian bawa rantang, ke arah

kebun pula.

.

.

Kalau ada yang nanya… bilang aja nganter

makanan ke tukang kebun, gitu aja, katanya

mencoba menenangkan hati.

Namun semakin dekat ke kebun, langkah Umi

makin pelan. Bukan karena lelah, tapi karena

jantungnya seperti tak mau kompromi. Dag-

dig-dug-nya hampir kayak mau ngaji depan

jemaah besar.

.

.

.

Di kejauhan terlihat Pak Amat sedang

mencangkul ringan sambil melilitkan handuk

kecil di lehernya. Badannya berkeringat, tapi

sorot wajahnya cerah. Saat menoleh dan

melihat Umi Latifah datang, ia terhenti.

Terpaku sejenak.

Rantang di tangan Umi bergetar sedikit. Tapi

senyum Pak Amat yang muncul perlahan…

seperti menghapus semua keraguan.

 

.

.

.

Note gas yuk bo0m ..L..i..k..e..

ceritadewasa

ceritanovel

mertuamenantu

menantuidaman

istriidaman

selingkuh

foto

fotoai

gambar

text

foryou


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: BALADA BESAN DAN MENANTU (PART53)
Next Post: BALADA BESAN DAN MENANTU (PART51)

Related Posts

JANGAN OM (PART21) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART55) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART39) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART41) Kisah Menarik
ADIK IPAR PELIPUR LARA (PART9) Kisah Menarik
ADIK IPAR PELIPUR LARA(PART30) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme