BALADA BESAN DAN MENANTU (PART23)
Isi Postingan:
BALADA BESAN DAN MENANTU PART23
…Ceritadewasa…
.
.
.
Sesuatu dalam dirinya ingin tampil cantik,
meski hanya untuk menemui Pak Wira. Di
cermin, ia melihat pantulan dirinya yang
tampak berbeda. Wajahnya yang sudah mulai
berumur kini ia poles dengan bedak tipis,
menyamarkan sedikit kerutan yang mulai
tampak.
Oh ternyata aku sangat cantik, bisiknya,
tangannya terus bergerak memoles wajahnya
seolah tak bisa dihentikan.
Umi Latifah kemudian membuka lemari
pakaiannya, fb podcast hiburan mengamati deretan baju yang
biasanya ia gunakan untuk acara-acara resmi
seperti kondangan atau pertemuan keluarga
besar. Padahal, biasanya jika hanya ke rumah
tetangga, ia tak pernah sepeduli ini. Namun
kali ini, ada keinginan kuat untuk memilih
pakaian terbaik. Ia ingin terlihat istimewa di
depan Pak Wira.
.
.
.
Setelah beberapa saat, akhirnya ia memilih
kebaya modern namun sederhana berwarna
pastel yang sering ia simpan untuk acara-
acara penting. Dipadukannya dengan rok
panjang yang serasi. Tak lupa, ia mengambil
selendang tipis yang ia lilitkan di bahunya,
memberikan sentuhan anggun
penampilannya.
Ini sudah sangat pantas, pasti Pak Wira akan
terkesan, batin Umi Latifah sambil menatap
dirinya lagi di cermin.
Ada kecantikan yang muncul, sesuatu yang
sudah lama ia lupakan. Mungkin karena
selama ini ia lebih fokus pada keluarga dan
pengajiannya, hingga jarang memperhatikan
penampilannya sendiri. Namun malam ini, dia
ingin terlihat cantik di mata seseorang yang
bukan suaminya-sesuatu yang membuat
hatinya bergejolk.
Setelah merasa puas dengan dandanannya,
Umi Latifah menarik napas panjang. Bayangan
Pak Wira tak bisa hilang dari benaknya. Sosok
pria itu, dengan segala pesona dan perhatian
yang ia rasakan dalam beberapa pertemuan
terakhir, benar-benar membuatnya merasa
terikat dalam cara yang tak pernah ia rasakan
sebelumnya.
.
.
.
Dengan hati-hati, ia memasang payung dan
mengenakan sandal keluar rumah, menembus
gerimis kecil yang masih mengguyur malam
itu. Langkahnya terasa ringan, seolah-olah ada
kekuatan yang mendorongnya untuk terus
maju. Meski sesekali rasa bersalah
menghantui pikirannya, keinginannya untuk
bertemu Pak Wira begitu kuat, lebih kuat dari
apapun yang pernah ia rasakan sebelumnya.
Setiap langkah membawa Umi Latifah semakin
dekat ke rumah Pak Wira, di mana takdir
malam itu sudah menunggunya.
Sesampainya di rumah Pak Wira, hatinya
berdebar-debar. Ia mengetuk pintu dengan
tangan gemetar. Tak lama, Pak Wira muncul
di pintu, hanya mengenakan kain sarung, kaos
oblong, dan jaket tipis yang melekat di
tbuhnya.
Sesampainya di rumah Pak Wira, Umi Latifah
berdiri di depan pintu dengan perasaan yang
campur aduk. Jantungnya berdebar-debar
kencang, dan
tangannya
tangannya
gemetar saat
mengetuk pintu. Tak butuh waktu lama, pintu
terbuka, memperlihatkan sosok Pak Wira yang
hanya mengenakan kain sarung, kaos oblong,
dan jaket tipis.
Pak Wira tersenyum, namun ada sedikit
keterkejutan di wajahnya ketika melihat
penampilan Umi Latifah. Biasanya, ia melihat
wanita itu dalam balutan baju gamis lengkap
dengan kerudungnya, sehari-hari yang
sederhana dan apa adanya
.
.
.
. Tapi malam ini,
Umi Latifah tampak sangat berbeda. Kebaya
pastel yang dikenakannya memancarkan
keanggunan, dengan rambutnya yang tertata
rapi tanpa kerudung, wajahnya yang sedikit
dipoles, seolah-olah ia hendak menghadiri
acara penting.
.
.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts