BALADA BESAN DAN MENANTU (PART60)
Isi Postingan:
BALADA BESAN DAN MENANTU PART60
…CERITADEWASA…
.
.
.
Saat tiba di sungai, ternyata masih ada
seorang perempuan yang sedang mencuci
pakaian. Wanita dengan memakai gamis dan..kerudung lebar. Namun, dari gerak-geriknya,
sepertinya ia sudah hampir selesai.
Setelah mendekat, Amir mengenali sosok itu.
Umi Latifah, istri Ustad Bidin, yang diam-diam
dia takisir.
Umi Latifah bukan penduduk asli Kampung
ini. Namun, sejak Amir masih kecil, Ustad
Bidin dan Umi Latifah sudah menjadi
penduduk setempat. Umi Latifah walau
usianya sudah setengah baya, bisa dibilang
masih sangat podcast hiburan cantik, wajahnya putih bersih,
posturnya ideal, walau selalu tertutup pakaian
longgar. la sangat rajin ikut kegiatan senam
dan pandai merawat diri, sesekali ke salon
yang ada di kota.
.
.
.
Percakapan ringan pun terjadi antara Amir
dan Umi Latifah. Mereka bertetangga, rada
jarang bertegu sapa, meski di hati Amir ada
rasa tertarik pada Umi Latifah, karena sifatnya
yang hampir mirip dengan Ustazah Wati yang
selalu berdandan syar’i. Entah mengapa Amir
merasa tertantang dengan wanita-wanita
setengah baya yang cenderung alim dan
agamis.
Namun sejauh ini dia tidak berani berbuat
kurang ajar kepada mereka, terutama pada
Umi Latifah. Bukan karena Umi Latifah selalu
berpakaian tertutup, namun
dia sangat menghormati Ustad Bidin, suaminya.
Setelahnya, Amir mengambil air dari sungai
dengan ember, lalu membawanya masuk ke
kamar mndi. Saat sedang asyik mndi dan
menggosok tbuhnya dengan salbun, tiba-tiba
terdengar ketukan di pintu kamar mndi,
disusul suara Umi Latifah.
Mir, bisa pinjam gayungnya? Umi juga mau
mndi.
.
.
.
Amir terdiam sesaat, sedikit bingung. Namun,
ia tetap membuka pintu sedikit dan
mengulurkan gayungnya. Umi Latifah
langsung mengambilnya.
Amir mengernyit. ‘Kan tadi dia nyuci pakai
gayung sendiri, kok malah pinjam punya gue?
Tak lama, terdengar suara Umi Latifah
memasuki kamar mandi sebelah. Amir masih
bertanya-tanya.
Lalu pikirannya
mulai
melayang ke hal-hal yang tak seharusnya.
Dulu, ia dan beberapa teman pernah beberapa
kali mengintip ke kamar mandi sebelah.
Kamar mandi itu memang lebih sering
dipakai perempuan, meski tidak ada tanda
khusus untuk wanita. Warga pun tahu ada
banyak lelaki yang suka mengintip di sana.
Jika ketahuan, perempuan-perempuan yang
mandi pasti akan marah besar.
.
.
.
Hah, udah lama nggak iseng ngintip, batin
menghormati Ustad Bidin, suaminya.
Setelahnya, Amir mengambil air dari sungai
dengan ember, lalu membawanya masuk ke
kamar mandi. Saat sedang asyik mandi dan
menggosok tubuhnya dengan salbun, tiba-tiba
terdengar ketukan di pintu kamar mndi,
disusul suara Umi Latifah.
Mir, bisa pinjam gayungnya? Umi juga mau
mndi.
Amir terdiam sesaat, sedikit bingung. Namun,
ia tetap membuka pintu sedikit dan
mengulurkan gayungnya. Umi Latifah
langsung mengambilnya.
Amir mengernyit. ‘Kan tadi dia nyuci pakai
gayung sendiri, kok malah pinjam punya gue?
Tak lama, terdengar suara Umi Latifah
memasuki kamar mndi sebelah. Amir masih
bertanya-tanya.
Lalu pikirannya
mulai
melayang ke hal-hal yang tak seharusnya.
Dulu, ia dan beberapa teman pernah beberapa
kali mengintip ke kamar mndi sebelah.
Kamar mndi itu memang lebih sering
dipakai perempuan, meski tidak ada tanda
khusus untuk wanita. Warga pun tahu ada
banyak lelaki yang suka mengintip di sana.
Jika ketahuan, perempuan-perempuan yang
mandi pasti akan marah besar.
.
.
.
Hah, udah lama nggak iseng ngintip, batinAmir.
Tanpa pikir panjang, ia naik ke bak mndi, lalu
perlahan melongok ke kamar mndi sebelah.
Bangunan kamar mndi umum itu memang
beratap, tetapi tembok pemisahnya tidak
terlalu tinggi. Ada celah yang cukup lebar di
bagian atas, cukup untuk memasukkan kepala
dan mengintip.
Dengan jantung berdebar, Amir mulai
mengntip ke ruang sebelah.
.
.
Hmmm!’ gumam dalam hatinya saat dengan
jelas melihat Umi Latifah yang sedang
meleas gamisnya pelan-pelan. Kerudungnya
sudah terlpas duluan.
Dengan tbuh telnjang penuh busa sabun,
Amir menempelkan tbuhnya pada tembok,
mulai gemeteran melihat hal tersebut, juga
diliputi rasa takut, penasaran dan nfsu tentu
saja. Rudlnya juga langsung mengeras, lebih
keras dari sekedar membyangkan tbuh Bi
Wati yang selama ini diidam-idamkannya.
.
.
Note L..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts