Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

JANGAN OM (PART45)

Posted on June 4, 2025 By admin

JANGAN OM (PART45)

Isi Postingan:

JANGAN OM PART45

…

..

.

Sesampainya di rumah,

Aryo lalu mengunci pintu

kamarnya dengan tergesa. Ia

lalu mendekati Kinan, menarik

lengannya hingga tubuh Kinan

menempel ketubuhnya. Aryo

menatapnya dengan sorot mata

tajam.

Kenapa kamu tadi bilang

ke temanmu kalau aku

sepupumu? tanyanya dengan

nada mara

Kinan menunduk, gugup,

dan berusaha mencari alasan.

Terus aku harus bilang apa,

Mas? Masa aku bilang kalau Mas

Aryo itu suamiku? Aku bisa

dibully satu kampus, Mas, kalau

mereka tahu. Semua orang kan

tahunya kalau istri Mas Aryo itu

Mbak Siska, jawabnya lirih.

Aryo menrik pinggng

Kinan hingga tbuh mereka

benar-benar menmpel tanpa

66

jarak Memangnya kenapa

kalau mereka tahu kalau kamu

istriku? Mereka nggak akan

berani macam-macam. Aku ini

pemilik kampus itu, Kinan.

Kalau ada yang berani

menyentuhmu, aku bisa

keluarkan mereka kapan saja,

ucap Aryo dengan nada dingin

namun penuh keyakinan.

…

Kinan menggeleng pelan,

sedikit takut dengan nada

bicaranya. Aku nggak mau

sepertiitu, Mas. Aku cuma mau

kuliah secara normal. Aku

nggak ingin mereka tahu kalau

aku istrimu, apalagi sampai

mereka menjauhiku. Lagi pula…

posisiku cuma istri muda, Mas.

Di masyarakat, istri kedua itu

dianggap aib. Mereka pasti akan

bilang aku pelakor.

Aryo menghela napas

panjang, lalu menyentuh dagu

Kinan dengan lembut,

mengangkat wajahnya hingga

mata mereka bertemu. Jangan

pernah pedulikan omongan

orang lain, Kinan. Yang penting

kita yang menjalaninya. Aku

nggak mau kamu terpengaruh

dengan kata-kata orang yang

nggak penting. Fokus aja sama

aku.. dan kehamilanmu,

ujarnya dengan suara yang lebih

lembut.

Tanpa menunggu jawaban,

Aryo mendekatkan wajahnya,

lalu mencum bbir Kinan,

memberikan penegasan akan

ucapannya.

…

Kinan membalas cuman

Aryo, mengikuti intensitas yang

semakin dalam dan menuntut.

Namun, ketika Aryo

mengangkat tbuhnya dan

membawanya ke kasur, suasana

tiba-tiba berubah. Saat Aryo

mulai membka kancing

bjunya, Kinan merasakan

perutnya mual. Gejlak aneh

muncul dari dalam tbuhnya,

membuatnya langsung

mendrong tbuh Aryo

menjauh.

…

Mas, hentikan…! serunya

panik sebelum berlari ke kamar

mndi. Sesampainya di sana,

Kinan memunthkan seluruh isi

prutnya, tbuhnya bergetar

lemah.

Aryo hanya bisa mengusap

wajahnya dengan kasar,

menghembuskan napas panjang.

Akh…sial, gumamnya pelan

saat merasakan miliknya

berdenyut. la menyadari bahwa

momen panas mereka tak akan

berlanjut seperti yang ia

inginkan.

Tak lamna, ia menyusul

Kinan ke kamar mndi dengan

sebotol air mineral di

tangannya. Ini, minum dulu,

ucap Aryo lembut,

menyodorkan botol itu kepada

Kinan yang masih terlihat pucat.

Setelah beberapa tegukan,

Kinan merasa sedikit lebih baik.

…

Aryo membantunya kembali ke

kasur, memapah tbuhnya yang

lemas. Kinan berbaring dengan

wajah letih, dan Aryo duduk di

tepi ranjang, menatapnya

dengan penuh perhatian.

Besok pagi kita ke dokter,

ya. Aku nggak tega lihat kamu

muntah terus begini. Kalau

kamu terus seperti ini, bisa-bisa

kamu kekurangan nutrisi, ujar

Aryo dengan nada khawatir.

Kinan hanya mengangguk

pelan, matanya mulai terpejam.

Tubuhnya terlalu lelah untuk

membalas ucapan Aryo. Melihat

itu, Aryo menyelimutinya

dengan hati-hati, lalu

memutuskan untuk tetap

berjaga di sampingnya

sepanjang malam.

 

…

Pagi itu, meja makan telah

penuh dengan kehadiran

keluarga. Semua orang sudah

duduk di kursinya

masing-masing, kecuali Kinan.

Nenek Lasmi, yang

memperhatikan ketidakhadiran

cucu menantunya, bertanya

kepada Aryo.

Ke mana Kinan? Kenapa

dia nggak turun untuk sarapan?

tanya Nenek Lasmi sambil

melirik Aryo.

Sebelum Aryo sempat

menjawab, Ibu Kartika

menyahut dengan nada sinis.

Biarkan saja Bu. Jujur saja,

selera makanku mendadak

hilang kalau melihat Kinan,

ujarnya dengan nada ketus.

Aryo hanya menatap

ibunya dengan dingin, namun ia

memilih tidak menanggapinya.

Lalu ia menjawab pertanyaan

Nenek Lasmi, Kinan sedang

nggak enak badan, Nek. Tadi

malam dia muntah-muntah

terus, bahkan pagi ini waktu

bangun tidur pun masih mual.

Jadi, aku suruh dia istirahat di

kamar saja. Nanti siang aku

rencananya mau ajak dia periksa

ke dokter.

Nenek Lasmi mengangguk

pelan, lalu memanggil salah satu

pembantu rumah tangga.

Tolong bawa sarapan untuk

Kinan ke kamarnya. Kalau dia

mau, tawarkan jahe hangat.

Mungkin itu bisa membantu

mualnya berkurang. Juga bilang

pada Kinan, kalau ingin makan

atau minum sesuatu bilang saja,

ucap Nenek Lasmi dengan

perhatian.

Baik, Bu, jawab pembantu

itu sambil bergegas menyiapkan

apa yang diminta.

Aryo mengucapkan terima

kasih pada neneknya dengan

anggukan kecil. Ia merasa lega

karena setidaknya ada seseorang

yang masih peduli pada Kinan di

rumah itu, meski hubungan

antara ibunya dan Kinan terus

terasa dingin.

….

Setelah menyeruput kopi

terakhirnya, Aryo melangkah

menuju kamar dan mendekati

Kinan yang masih berbaring di

atas kasur. la duduk di tepi

ranjang, menatap istrinya

dengan penuh perhatian.

Kinan, aku mau ke kampus

sebentar. Pagi ini aku ada jadwal

mengajar, tapi aku janji setelah

selesai, aku langsung pulang.

Setelah itu, kita pergi ke dokter

kandungan, ya, ucap Aryo

lembut.

Kinan mengangguk pelan,

suaranya lirih saat menjawab,

Hati-hati ya, Mas.

Aryo tersenyum kecil, lalu

menunduk untuk mencium

kening Kinan. Tangannya

terulur, mengelus puncak

kepalanya dengan lembut.

Jangan lupa sarapan, walaupun

sedikit. Paksakan untuk makan,

biar kamu nggak tambah lemas,

katanya sebelum berdiri dan

beranjak pergi.

Setelah Aryo meninggalkan

kamar, tak lama kemudian,

seorang pembantu rumah

tangga bernama Lina mengetuk

pintu dan masukmembawa

nampan berisi makanan.

Ini, Non Kinan. Tadi Bu

Lasmi nyuruh saya

mengantarkan sarapan, ucap

Lina sambil meletakkan

nampan di meja kecil di dekat

tempat tidur.

Terima kasih, Mbak Lina,

jawab Kinan lemah, lalu

memaksakan senyuman.

Oh iya, Non. Tadi Bu Lasmi

juga pesan suruh menanyakan

non Kinan mau dibikinkan

wedangjahe, atau teh hangat?

Kata ibu, itu bisa bantu mualnya

berkurang, tanya Lina sopan.

Kinan berpikir sejenak, lalu

menjawab, Boleh, Mbak. Saya

mau wedang jahe, tapi jangan

terlalu banyak jahenya, ya.

Soalnya kalau terlalu

menyengat, saya malah tambah

mual,

Lina mengangguk sambil

tersenyum. Baik, Non. Saya

buatkan sekarang, ya. Kalau non

Kinan pengen makan atau

minum sesuatu bilang saja sama

mbak ya, jangan sungkan.

Iya mbak, makasih ya,

sahut Kinan pelan.

….

Setelah itu, Lina pamit

keluar untuk menyiapkan

minuman, sementara Kinan

kembali menyandarkan

tubuhnya di bantal, mencoba

mengumpulkan tenaga.

Setelah merasa lebih baik,

Kinan lalu duduk dan mencoba

menyuapkan makanan ke

mulutnya, perutnya yang lapar

memaksanya untuk berusaha.

Namun, setiap kali aroma

makanan menyentuh

hidungnya, rasa mual segera

menyerang. Padahal, tadi

malam saat makan sate, ia tidak

mengalami masalah apa pun.

Baru dua suap, ia sudah berlari

ke kamar mandi untuk

memuntahkan semuanya.

Tubuhnya semakin lemas, dan

dengan langkah tertatih, ia

kembali ke kasur. Duduk

bersandar, Kinan menangis,

merasa kelelahan dan tidak

nyaman dengan kondisinya.

Nenek Lasmi yang baru saja

masuk ke kamar Kinan ditemani

perawat pribadinya, tantu saja

kaget. Melihat Kinan menangis,

wajahnya langsung dipenuhi

kekhawatiran. la segera duduk

di samping Kinan dan

memeluknya erat.

Kamu kenapa, Nduk?

tanya Nenek Lasmi lembut,

matanya menatap cucu

menantunya penuh perhatian.

Kinan mengusap air mata

yang membasahi pipinya.

Dengan suara tersendat karena

tangis, ia menjawab, Perut

Kinan lapar, Nek. Badan Kinan

lemes. Tapi setiap makan, Kinan

selalu mual dan muntah. Kinan

capek, Nek.. isaknya.

Nenek Lasmi tersenyum

penuh pengertian. la mengelus

punggung Kinan dengan lembut,

berusaha menenangkan. Sabar

ya, Nduk. Ibu hamil memang

sering begitu, apalagi di awal

kehamilan. Tapi kamu harus

tetap makan, walaupun

sedikit-sedikit. Nggak apa-apa

kalau setelah itu muntah, yang

penting perutmu sempat terisi.

Kalau kamu nggak makan sama

sekali, nanti asam lambungmu

malah naik dan tambah sakit,

ujar Nenek Lasmi menasihati.

Kinan menganggukpelan,

tangisannya mulai mereda.

Kamu mau makan apa, Nduk?

Biar nanti nenek suruh sopir

mencarikan untukmu, tanya

Nenek Lasmi lenmbut.

Kinan terdiam, mencoba

memikirkan makanan yang

kira-kira bisa diterimanya saat

ini. Setelah beberapa saat, ia

menjawab dengan suara pelan,

Kinan mau rujak serut, Nek…

tapi sambelnya yang pedas, ya.

Nenek Lasmi tertawa kecil,

mengangguk setuju. Baiklah,

kalau begitu nenek suruh sopir

beli rujak serut untukmu. Tapi

sebelumnya, kamu makan

sedikit dulu, ya. Takutnya

perutmu kosong lalu makan

rujak, malah jadi sakit perut,

ujar Nenek Lasmi bijak

….

la lalu meminta pembantu

yang mengantarkan wedang

jahe untuk Kinan agar

membuatkan bubur ayanm

hangat, sekaligus memesan

rujak serut sesuai permintaan

Kinan. Kinan mencoba

tersenyum kecil, merasa sedikit

lebih baik karena perhatian dan

kasih sayang Nenek Lasmi.

Di sebuah kafe yang pernah

menjadi tempat mereka sering

bertemu dulu, Siska dan Bu

Kartika duduk di meja yang

sama, membicarakan topik yang

sedang mengganjal di hati

keduanya. Siska menatap ibu

mertuanya dengan senyum kecil

sebelum bertanya, Gimana, Bu?

Kinan betah tinggal di rumah

Ibu?

Bu Kartika mendesah

sambil mnenyesap minumannya,

lalu menjawab dengan nada

kesal. Sepertinya sih

betah-betah saja. Nenek dan

Aryo terlalu memanjakannya.

Mereka memperlakukannya

seperti ratu. Makanya Ibu

sekarang nggak betah di rumah.

Males lihat perempuan itu,

ucapnya dengan sorot mata

penuh ketidaksukaan.

99

Siska tertawa kecil,

mengangkat alisnya dengan

sinis. Ibu harus sabar. Kalau

Ibu sampai kalah dengan

perempuan itu, malah lebih

berbahaya. Dia bisa menguasai

keluarga Hermawan lebih cepat

dari yang kita kira. Kita harus

punya rencana yang matang, Bu

Bu Kartika memandang

Siska dengan penuh harap. Ibu

memang nggak ingin dia

selamanya tinggal di rumah itu.

Kehadirannya bikin Ibu merasa

nggak nyaman. Kamu harus

bantu Ibu menyingkirkannya,

katanya tegas.

Siska menyeringai, tampak

sudah memikirkan sesuatu.

Tenang saja, Bu. Aku sudah

punya rencana untuk

menghancurkan Kinan. Tinggal

tunggu waktu yang tepat. Kita

nggak boleh terburu-buru.

Rencana ini harus

diperhitungkan matang-matang

Supaya nggak gagal.

….

Bu Kartika tersenyum puas

mendengar jawaban

menantunya. la menepuk

punggung tangan Siska dengan

lembut. Kamu memang

menantu Ibu yang paling pintar,

Siska. Ibu percaya padamu,

ucapnya penuh keyakinan.

Siska membalas senyum itu,

matanya memancarkan tekad

untuk menjalankan rencana

liciknya. Keduanya

melanjutkan percakapan,

membangun strategi yang

hanya mereka tahu, sementara

Kinan di rumah tidak

menyadari bahaya yang sedang

mengintai.

Setelah menyelesaikan

kelas pagi itu, Aryo segera

bergegas menuju parkiran.

Langkahnya cepat, wajahnya

penuh fokus untuk segera

pulang dan membawa Kinan ke

dokter seperti yang sudah

dijanjikannya. Namun, di

tengah perjalanan, ia tak

sengaja menabrak seseorang.

Tubuhnya hampir

kehilangan keseimbangan,

namun reflek Aryo dengan cepat

menangkap sosok yang hampir

terjatuh itu. Ternyata, orang

tersebut adalah Rosa, teman

kuliah Kinan yang kemarin ia

temui di warung sate. Dalam

seperselkian detik, tubuh Rosa

menempel pada Aryo, membuat

mereka berdekatan dalam posisi

canggung.

Rosa tersenyum kecil,

mengangkat wajahnya untuk

meminta maaf. Maaf, Pak. Saya

nggak sengaja, ucapnya dengan

nada lembut.

Aryo, yang merasa tidak

nyaman dengan situasi itu,

segera melepaskan tubuh Rosa.

la melangkah mundur,

memandang Rosa dengan sorot

dingin. Lain kali, pasang

matamu baik-baik kalau jalan,

katanya datar, nada suaranya

penuh teguran.

…

Tanpa menunggu jawaban,

Aryo segera berbalik dan

melanjutkan langkahnya

menuju mobil. Rosa hanya

berdiri di tempat, senyumnya

masih menghiasi wajahnya,

namun kali ini penuh arti,

seolah sedang menyimpan

sesuatu di pikirannya.

Tanpa mereka sadari, ada

seseorang yang mengamati

kejadian itu dari kejauhan.

Dengan ponsel di tangannya,

orang tersebut diam-diam

mengambil foto momen

kedekatan Aryo dan Rosa,

menyimpan bukti yang

Mungkin ia bisa gunakan nanti,

Untuk menghancurkan Kinan.

NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: ADIK IPAR PELIPUR LARA(PART16)
Next Post: JANGAN OM (PART44)

Related Posts

JANGAN OM (PART42) Kisah Menarik
Tetangga menggoda ( part4 ) Kisah Menarik
Tetangga menggoda ( part3 ) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART37) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART69) Kisah Menarik
ADIK IPAR PELIPUR LARA (PART2) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme