JANGAN OM (PART23)
Isi Postingan:
JANGAN OM PART23
…Ceritadewasa…
.
.
.
Sesampainya di kota, Pak
Danang membawa Kinan dan
keluarganya ke sebuah rumah
yang telah disediakan oleh Aryo.
Rumah itu cukup besar, terletak
di kompleks padat penduduk
yang suasananya ramai.
Wah, rumah ini bagus
sekali, Nak. Ini rumah siapa?
tanya Bu Yati kepada Kinan,
matanya memandang sekeliling
dengan kagum.
Kinan mengangkat bahu.
Kinan juga nggak tahu, Bu.
Mungkin rumah Mas Aryo,
jawabnya pelan.
…
Sebelumnya, Kinan sudah
menceritakan segalanya tentang
Aryo kepada Bu Yati. Awalnya,
Bu Yati merasa sedih karena
Kinan, yang masih muda, harus
menikah dengan laki-laki yang
sudah beristri. Namun, mau
bagaimana lagi, semuanya
sudah terjadi. Dan
kenyataannya, Aryo adalah
laki-laki yang baik.
Sampaikan terima kasih
ibu kepada suamimu, ya, Nak.
Ibu sangat bersyukur akhirnya
kita bisa lepas dari bapak tirimu
,ucap Bu Yati dengan mata
yang mulai berkaca-kaca.
Iya, Bu. Nanti Kinan
sampaikan ke Mas Aryo, jawab
Kinan sambil tersenyum kecil.
Bu Yati pun memandang Kinan
dengan penuh rasa syukur.
Yang penting kalian
hati-hati ya tinggal di sini,
pesan Kinan lembut.
Pandangannya kemudian
beralih ke Dimas, adik
laki-lakinya. Kamu harus jaga
ibu ya, Dimas. Kalau ada
apa-apa, langsung hubungi
Mbak, ya.
Kinan lalu menyerahkan
sebuah ponsel yang baru saja
dibelinya di jalan tadi kepada
Dimas. Ini, biar Mbak mudah
menghubungi kamu nanti,
ucapnya sambil tersenyum.
Dimas menerima ponsel itu
dengan wajah berseri-seri
karena bahagia. Wahh…
makasih ya mbak, Dimas udah
lama pengen punya HP. Dimas
janji, akan jaga ibu dengan baik.
jawabnya mantap.
…
Kinan memandang mereka
dengan haru. Di tengah keadaan
sulit, keluarganya tetap menjadi
prioritas utamanya.
Setelah beberapa saat di
rumah ibunya, Kinan akhirnya
memutuskan untuk kembali ke
vila tempat ia tinggal.
Untungnya, vila tersebut tidak
terlalu jauh dari rumah ibunya,
sehingga Kinan bisa mampir
kapan saja untuk memastikan
kondisi ibu dan adiknya.
Begitu sampai di vila, tubuh
Kinan terasa sangat lelah. Ia
memutuskan untuk berendam
di bathtub, membiarkan
kehangatan air dan aroma sabun
lavender membantunya rileks.
Suasana begitu tenang, hingga
tiba-tiba Kinan mendengar
suara langkah kaki mendekat ke
kamarnya. Awalnya, ia berpikir
itu Mbok Sumi, pembantu
rumah tangga yang biasa
mengurus Kinan, tetapi langkah
itu terasa lebih berat dan
langsung menuju kamar mandi.
Kinan membuka matanya
perlahan, dan betapa
terkejutnya ia ketika melihat
Aryo sudah berdiri di depannya.
…
Mas Aryo? Kapan datang?
tanyanya dengan nada terkejut.
Aryo tersenyum kecil. Baru
saja. Mbok Sumi yang kasih
kabar kalau kamu sudah pulang
jawabnya sambil melangkah
mendekat.
Iya, Mas. Aku juga baru
saja sampai. Maafya, belum
sempat kasih kabar, ujar Kinan,
masih setengah terkejut namun
senang melihat kehadiran
suaminya.
Tanpa banyak bicara lagi,
Aryo mulai melepas pakaiannya
dan bergabung dengan Kinan di
bathtub. Kehangatan air
bercampur dengan
kebersamaan mereka,
menghadirkan momen yang tak
hanya intim tetapi juga penuh
kenyamanan. Bagi Kinan,
kehadiran Aryo di sisinya
seperti pelindung di tengah
segala keruwetan hidup yang
harus ia jalani.
Aryo mencium bahu Kinan
dengan lembut, membiarkan
kehangatan mengalir di antara
mereka. Bagaimana kondisi
ibumu? Apa dia sudah sehat?
tanyanya dengan nada penuh
perhatian.
Iya, Mas. Alhamdulillah,
ibu sudah sehat. Semua ini
berkat bantuan Mas Aryo.
Terima kasih ya, Mas, ucap
Kinan tulus, memnandang
suaminya dengan mata yang
penuh rasa syukur.
….
Aryo tersenyum dan
membalas dengan kecupan
lembut di tengkuk Kinan,
membuat tubuhnya meremang.
Keintiman itu membuat suasana
di antara mereka semakin
hangat. Arya lalu menangkap
dua gundukan kenyal milik
Kinan dan meremasnya
Massss ….ucap Kinan
dengan suara parau.
Hmmm…Aku
menginginkanmu Kinan, jawab
Aryo dengan suara seraknya.
Aryo pun segera turun dari
bathtub dan menggendong
tubuh Kenan, membawanya ke
bawah shower untuk segera
mandi. Setelah selesai mandi
bersama, Aryo menggendong
Kinan dengan hati-hati menuju
kamar. la menempatkan Kinan
di ranjang dengan lembut,
memastikan kenyamanan
istrinya.
Aryo lalu mencium bibir
Kinan, serta tangannya
meremas pelan gundukan milik
Aryo dengan suara seraknya.
Aryo pun segera turun dari
bathtub dan menggendong
tubuh Kenan, membawanya ke
bawah shower untuk segera
mandi. Setelah selesai mandi
bersama, Aryo menggendong
Kinan dengan hati-hati menuju
kamar. Ia menempatkan Kinan
di ranjang dengan lembut,
memastikan kenyamanan
istrinya.
Aryo lalu mencium bibir
Kinan, serta tangannya
meremas pelan gundukan milik
Kinan. Tubuhmu bakai candu
untukku Kinan. Berapa hari aku
tidak bertemu denganmu,
rasanya aku menjadi gila, ucap
Aryo pelan.
Kemudian, Aryo pun
memulai kegiatan panas mereka
dengan pelan. Dia memasukkan
miliknya dengan perlahan,
Kinan pun berteriak kecil.
Walaupun sudah sering
melakukannya, namun tetap
saja milik Aryo begitu besar,
gga membuatnya sedikit
kaget.
…
Seperti biasanya, hari ini
Kinan berangkat ke kampus
bersama Aryo. Mereka melaju
dengan tenang, diringi dengan
obrolan ringan. Ketika mobil
berhenti di halte dekat kampus,
Kinan membuka pintu dan
melangkah keluar. Namun, tak
disangka, Fujitemannya-
berdiri tak jauh dari sana.
Setelah mobil Ariel berjalan
memasuki kampus tiba-tiba Fuji
menepuk pundak Kinan. Sontak
saja Kinan kaget,Ia langsung
merasa jantungnya berdegup
kencang. Apa Fuji melihatku
keluar dari mobil Mas Aryo?
batinnya cemas. Kinan mencoba
bersikap tenang, tetapi
gerak-geriknya sedikit gugup.
Fuji, yang memang dikenal
sebagai orang yang jeli,
memperhatikan semuanya
dengan diam.
Hei, Kinan! kapan datang
dari kampung? Yuk… bareng
masuk kampus? ajak Fuji
dengan senyum yang ramah,
seperti biasa.
Kinan terkejut sejenak, lalu
mengangguk pelan. Ehmmm…
kemarin,aku datangnya.
Yaudah yuk masuk!! jawabnya
dengan nada hati-hati, mencoba
menutupi kegelisahannya.
Sambil berjalan, Fuji
menyembunyikan rasa
penasarannya. Ada banyak hal
yang ingin dia tanyakan,
terutamna soal Kinan yang keluar
dari mobil Pak Karyo tadi.
Namun, dia memilih menahan
diri untuk sementara waktu.
Fuji tahu, pertanyaan yang
salah di saat yang tidak tepat
bisa membuat Kinan merasa
tidak nyaman.
….
Selama perjalanan ke dala
kampus, Kinan berusaha
menjaga ekspresi wajahnya
tetap santai, meski di dalam hati
dia terus merasa cemas. Semoga
Fuji tidak melihatku keluar dari
mobil Mas Aryo… pikirnya
sambil mencuri pandang ke arah
Fuji yang tampak tenang.
Setelah jam kuliah selesai,
Kinan dan Fuji memutuskan
untuk makan di kantin.
Kebetulan hari ini jadwal
mereka cukup longgar, jadi
tidak terburu-buru. Fuji
langsung mengarahkan Kinan
untuk duduk di sudut yang agak
sepi, jauh dari keramaian
mahasiswa lain.
Setelah memastikan
suasana cukup tenang, Fuji
menatap Kinan dengan serius.
Kinan, boleh aku bertanya
sesuatu? Tapi tolong Kamu
jangan marah ya!!! Jawab
pertanyaanku dengan jujur,
ujarnya tiba-tiba. Kenapa tadi
pagi aku melihatmu keluar dari
mobil Pak Aryo?
Pertanyaan itu membuat
Kinan terdiam sejenak. Matanya
melebar, dan hatinya berdegup
kencang. Bagaimana aku harus
menjelaskannya? pikirny
panik.
..
Itu… aku.. aku.. Kinan
tergagap, mencoba mencari
kata-kata yang tepat, tetapi rasa
gugupnya justru membuatnya
semakin bingung.
Melihat reaksi Kinan, Fuji
tersenyum kecil, mencoba
menenangkan. Tidak apa-apa,
Kinan. Aku temanmu. Kamu
tidak perlu berbohong atau
merasa takut. Aku hanya ingin
tahu apa yang sebenarnya
terjadi, kata Fuji lembut.
Akhirnya, Kinan menarik
napas panjang dan
memberanikan diri untuk
berkata jujur. Kamu ingat kan?
dulu waktu aku bercerita, kalau
aku dijual oleh bapak tiriku
kepada seorang mucikari, dan
dibeli oleh seorang laki-laki
yang sudah mempunyai istri?
Laki-laki yang membeliku itu
adalah Pak Aryo, ucap Kinan
pelan, hampir seperti bisikan.
Fuji terkejut, tapi ia tidak
memotong pembicaraan Kinan.
Dan sekarang… aku tinggal
bersama Pak Aryo karena… aku
sudah menikah dengannya,
lanjut Kinan, suaranya bergetar.
Saking kagetnya Fuji sampai
berteriak,HAHHH KAMU
SERIUS KINAN?? teriak Fuji
karena syok dengan berita yang
baru didengarnya itu.
Mendengar teriakan Fuji
yang begitu mengejutkan,
Kinan dengan cepat membekap
mulut Fuji untuk
menghentikannya. Fuji, tolong!
Jangan teriak! bisik Kinan
dengan panik. Fuji, yang masih
terkejut mendengar pengakuan
Kinan, hanya bisa
membelalakkan mata.
…
Namun, teriakan itu sudah
terlanjur menarik perhatian
beberapa mahasiswa di kantin.
Beberapa dari mereka menoleh
ke arah Fuji dan Kinan dengan
rasa penasaran. Kinan segera
melepaskan tangannya dari
mulut Fuji, tersenyum kecil
untuk meredakan situasi, dan
berkata, Maaf ya,temenku
terlalu berisik, mencoba
menenangkan suasana.
Setelah cukup tenang, Fuji
menatap Kinan dengan ekspresi
yang sulit ditebak. Ada rasa
kaget, bingung, tapi juga iba.
Kamu menikah dengan Pak
Aryo? tanyanya untuk
memastikan.
Kinan mengangguk pelan.
Iya.. aku tidak punya pilihan
waktu itu. Tapi… seiring
berjalannya waktu, aku
sekarang sudah bisa
menerimanya. Pak Aryo orang
yang baik, tambahnya,
mencoba menjelaskan.
Fuji menghela napas
panjang, lalu menatap Kinan
dengan penuh perhatian. Aku
nggak tahu harus bilang apa,
Kinan. Tapi kalau kamu butuh
seseorang untuk mendengarkan
atau mendukungmu, aku di sini,
ya, katanya tulus.
Mendengar itu, Kinan
merasa sedikit lega. Walaupun
masih ada rasa cemas,
setidaknya kini ia tahu bahwa
Fuji adalah teman yang bisa ia
andalkan. Terima kasih, Fuji,
jawab Kinan dengan senyum
kecil.
…
Tak lama kemudian, Sally,
teman sekelas mereka, datang
menghampiri. Kalian ngapain
sih? Heboh banget! Sampai
terdengar dari luar, tanya Sally
sambil menatap mereka
bergantian dengan rasa
penasaran.
Fuji, yang masih sedikit
syok, hanya duduk terdiam
menatap Sally. Kinan mencoba
mengganti topik, tetapi sebelum
sempat melakukannya, Fuji
akhirnya membuka suara. Sally
.. kamu nggak bakal percaya ini
ucap Fuji pelan, suaranya
bergetar.
Sally mengernyitkan dahi.
Ada apa sih? tanyanya, merasa
semakin penasaran.
Dengan perlahan, Fuji
akhirnya mengungkapkan
semuanya. Kinan… ternyata…
sudah menikah. Dan tahu nggak
siapa suaminya? Pak Aryo! Pak
Aryo, dosen kita! Dan dia… dia
itu laki-laki yang beli Kinan
waktu acara pelelangan itu!
kata Fuji dengan suara pelan,
tetapi cukup jelas untuk
membuat Sally terkejut.
Sally terdiam sejenak,
mencoba mencerna apa yang
baru saja didengarnya. Tunggu
.. apa? Pak Aryo? dosen killer
kita itu? tanyanya dengan na
tidak percaya.
…
Kinan mengangguk pelan,
merasa tak ada lagi yang bisa
disembunyikan. Iya… itu
semua benar, jawabnya lirih.
Sally menatap Kinan
dengan campuran emosikaget,
bingung, dan mungkin sedikit
tidak percaya. Kinan… aku
nggak tahu harus bilang
Tapi, bagaimana kamu bisa
menikah dengannya? Maksudku
… ini semua terlalu sulit
dimengerti, katanya akhirnya.
Kinan hanya bisa
menunduk, merasa berat
menjelaskan situasinya lebih
jauh. Ia tahu bahwa penjelasan
apa pun tidak akan mudah
diterima. Namun, di balik
semua itu, ia hanya berharap
bahwa Fuji dan Sally bisa
memahami keadaan tanpa
terlalu banyak menghakimi.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts