JANGAN OM (PART24)
Isi Postingan:
JANGAN OM PART24
Setelah mendengar
penjelasan Kinan, Fuji dan Sally
yang awalnya kaget dan
bingung, akhirnya mulai
menerima kenyataan bahwa
Kinan adalah istri muda dari
dosen mnereka, Pak Aryo.
Fuji, yang pernah
diam-diam mengagumi sosok
Pak Aryo, menanggapi dengan
nada bercanda. Yah, padahal
dulu aku yang naksir Pak Aryo.
Eh, malah kam yang jadi
istrinya, ujarnya sambil
tertawa kecil.
Sally hanya tersenyum,
sementara Kinan ikut terkekeh
enanggapi ucapan Fuji.
Eh, gimnana rasanya, Kin,
punya suami seorang pak Aryo?
Enak nggak? tanya Sally,
memecah suasana.
Kinan menjawab santai, Ya
enak, kan sekarang ada yang
nafkahin.
…
Bukan itu maksudku! Sally
mendesah, kemudian mendekat.
Maksudku… ya, pas diranjang
gimana? Pak Aryo itu, hebat
nggak? Fuji ikut menimpali,
Iya, Kin, gimana? Penasaran
nih! Pak Aryo kalo gituan juga
tampangnya dingin gitu?
Kinan tersenyum
malu-malu. Nggak kok, Mas
Aryo kalau dirumah nggakjutek
dan pendiam gitu kok. Mas Aryo
juga hebat banget, jawabnya
polos. Kadang aku sampai
kelelahan semalaman.
Sally dan Fuji saling
pandang, lalu tertawa kecil
mendengar jawaban Kinan.
Mendengar jawaban Kinan,
Sally dan Fuji langsung
tersenyum-senyum kecil, saling
pandang dengan ekspresi jahil.
Wah, enak ya punya suami
dosen kayak Pak Aryo. Udah
ganteng, kaya, hot pula. Jadi
pengen deh punya suami yang
mirip Pak Aryo, dingin-dingin
panas gitu, celetuk Fuji sambil
tersenyum lebar.
Sally yang mendengar itu
langsung menoyor kepala Fuji
pelan. Jangan halu, lo. Itu kan
suaminya temen lo, ucap Sally
dengan nada bercanda.
Ih, iya-iya, siapa juga yang
haluin Pak Aryo. Kan aku cuma
bilang, enak ya punya suami
yang dingin, mirip Pak Aryo,
balas Fuji, pura-pura membela
diri.
Iya, enak karena aku udah
tau isi pikiran lo itu kotor, ujar
Sally sambil memicingkan
matanya, menggoda Fuji.
Melihat tingkah kedua
temannya, Kinan hanya bisa
tertawa kecil, merasa geli
dengan percakapan mereka.
…
Hari itu, Kinan pulang
bersama Pak Danang karena
Aryo mendadak ada urusan
yang tidak bisa ditunda. Setelah
mobil yang dinaiki Kinan keluar
dari area kampus, Aryo juga
segera mengambil mobilnya
untuk pulang kerumahnya
sendiri.
Setibanya di rumah, Aryo
melihat Siska duduk di ruang
tengah dengan ekspresi kesal.
Wanita itu terlihat gelisah, dan
dari raut wajahnya, jelas ada
sesuatu yang mengganjal.
Aryo berjalan mendekat dan
duduk di sampingnya. Ada
masalah apa lagi? tanyanya
dengan nada dingin.
Siska mendengus, melipat
tangan di depan dada. Mas, aku
bosan di rumah. Aku ingin
keluar! Suruh para bodyguard di
luar itu pergi. Aku tidak mau
merasa seperti tahanan di
rumah sendiri! ucap Siska
dengan nada tinggi.
Aryo terdiam sejenak,
mempertimbangkan situasi.
Setelah menarik napas panjang,
ia akhirnya mengangguk.
Baiklah, kamu boleh keluar lagi.
Tapi ingat, jangan buat masalah.
Sekali lagi kamu melakukan
kesalahan, aku tidak akan
membantu kamu lagi, Siska.
Selama ini kamu sudah cukup
sering melanggar batas, dan aku
tidak bisa terus mentolerirnya.
Siska tersenyum puas
mendengar jawaban Aryo.
Baiklah, Mas. Aku janji tidak
akan membuat masalah lagi,
ucapnya, seolah-olah
menenangkan Aryo.
….
Tanpa menunggu lama,
Siska beranjak dari sofa dan
menuju kamarnya. la terlihat
bersemangat bersiap-siap untuk
jalan-jalan bersama temannya,
seolah semua masalah barusan
lenyap begitu saja.
Siska segera bersiap dan
rencananya, malam ini dia ingin
ke klub malam bersama
teman-temannya. Siska
mengenakan pakaian yang
mencolok dan seksi, menarik
perhatian siapa pun yang
melihatnya. Aryo, yang
kebetulan memperhatikan dari
jauh, mengerutkan kening
melihat penampilan istrinya.
Tanpa memberi tahu Siska,
Aryo memanggil salah satu
bodyguard yang berjaga di
rumah. Dengan suara rendah
dan tegas, Aryo memberi
perintah. Ikuti ke mana pun
Nyonya pergi. Laporkan setiap
hal yang dia lakukan, dan
pastikan dia tidak membuat
masalah.
Bodyguard itu mengangguk
patuh. Baik, Pak, jawabnya
singkat sebelum segera bergerak
mengikuti Siska dari kejauhan.
Aryo hanya menghela napas
panjang sambil memandangi
punggung istrinya yang berjalan
menuju mobil. Dalam hatinya,
ia tahu Siska sulit dikendalikan,
tetapi ia tetap merasa
bertanggung jawab untuk
memastikan semuanya tetap
terkendali.
Siska tiba di klubmalam
langganannya bersama
teman-temannya. Suasana klub
yang riuh dengan musik dan
cahaya gemerlap membuatnya
merasa seperti di tempat yang
sangat familiar. Setelah
memesan minuman, ia duduk
santai di meja sambil menikmati
malam.
Namun, tiba-tiba seorang
pria menghampirinya. Nyonya
Siska, apa kabar? sapa pria itu
dengan senyuman tipis.
Siska segera mengenali
wajah pria tersebut. Oh, Tuan
David. Saya baik, terima kasih.
Anda sendiri, bagaimana
kabarnya? jawab Siska dengan
senyum ramah.
David mengangguk kecil.
Saya juga baik, Nyonya. Anda
sendirian di sini? tanyanya
sambil melirik ke sekitar,
memastikan keadaan.
Siska menggeleng sambil
tersenyum tipis. Oh, tidak,
Tuan. Saya datang bersama
teman-teman. Kebetulan
mereka sedang di lantai dansa
sekarang, jawabnya santai.
David tersenyum kecil.
Ohhh…begitu rupanya. Senang
sekali bisa bertemu Anda di sini.
Siska mengangkat gelasnya
sedikit, lalu berkata, Oh, btw,
panggil saja Siska, ya. Tidak
usah terlalu formal, biar lebih
akrab.
David tersenyum lebih
lebar. Baiklah, Siska, ucapnya
sambil memandangnya dengan
penuh perhatian.
…
Percakapan mereka
berlanjut, sementara musik dan
suasana klub semakin ramai.
David mengaduk-aduk
minumannya sejenak sebelum
melanjutkan pembicaraan.
Oh ya, Siska, bagaimana
kabar Tuan Aryo? Terakhir kali
saya bertemu dia, kalau tidak
salah di mal. Dia sedang
bersama seorang wanita muda,
katanya keponakannya yang
bernama Kinan, ucap David
santai, namun penuh perhatian.
Siska yang mendengar
nama itu langsung mengerutkan
dahi. Ia terlihat bingung.
Kinan? Siapa dia? Kami tidak
punya keponakan bernama
Kinan. Kamu pasti salah orang,
jawabnya tegas, meskipun ada
nada curiga yang mulai muncul
di suaranya.
David mengangkat alis,
tampak sedikit terkejut. Oh,
tidak mungkin saya salah, Siska.
Saya ini punya ingatan yang
bagus, apalagi soal wanita
cantik, katanya sambil
tersenyum tipis. Namanya
memang Kinan, dan dia sendiri
bilang ke saya kalau dia
keponakan Aryo. Umurnya
masih muda, mungkin sekitar 2
0-an.
Siska semakin terdiam,
sorot matanya berubah tajam. la
mencoba mencerna informasi
yang baru saja disampaikan
David, sementara hatinya mulai
dipenuhi rasa curiga. Namun, ia
berusaha menyembunyikan
kegelisahannya dengan tetap
menjaga ekspresi wajahnya agar
terlihat santai.
Oh, begitu? Tapi terima
kasih informasinya, David, ujar
Siska dengan senyum tipis yang
terasa dipaksakan.
…
Percakapan itu membuat
Siska mulai memikirkan banyak
hal, bahkan di tengah
keramaian klub yang biasanya
membuatnya lupa segalanya.
Namun, kali ini, pikirannya
terus tertuju pada nama Kinan
yang baru saja ia dengar.
David dan Siska terus
berbincang santai di tengah
riuhnya klub malam.
Percakapan mereka mulai
mengalir lebih lancar, diwarnai
canda dan tawa kecil.
Ternyata kamu asyik juga
diajak ngobrol, ucap David
sambil tersenyumn. Selama ini
aku hanya melihatmu di
acara-acara bersama Tuan Aryo,
tapi baru kali ini aku punya
keberanian untuk benar-benar
mengajakmu bicara. Jujur, aku
sempat mengira kamu wanita
yang sombong.
Siska tertawa kecil, sambil
mengangkat alisnya. Serius
kamu menganggap aku
sombong, David? Sebenarnya
aku orangnya ramah, kok.
Hanya saja, aku terlalu malas
berurusan dengan teman-teman
atau relasi bisnis Aryo. Aku
nggak suka terlalu masuk ke
ranah bisnisnya, jelas Siska
dengan santai.
David mengangguk pelan,
masih menyimak dengan penuh
perhatian. Kenapa
memangnya? Kok nggak
tertarik dengan bisnis?
..
Setahuku, kebanyakan istri
pengusaha sukses pasti ingin
punya bisnis sendiri, supaya
bisa sejalan dengan suaminya,
ujar David sambil mencoba
menggali lebih dalam.
Siska hanya tersenyum
mendengar pertanyaan itu. la
menyandarkan tubuhnya ke
kursi dengan anggun, lalu
berkata, Bukan karena aku
nggak mampu, tapi aku memang
nggak tertarik, David. Aku lebih
mencintai karirku sebagai
model. Itu dunia yang
benar-benar aku nikmati.
David tersenyum kecil,
sedikit terpesona dengan
jawaban Siska. Ah, pantas saja.
Kamu memang punya aura
model yang memikat. Tubuhmu
seksi dan wajahmu juga cantik,
tidak heran Tuan Aryo jatuh
hati padamu, ucapnya, masih
dengan nada kagum.
Siska hanya tersenyum
simpul, Anda terlalu
berlebihan Tuan David, aku
tidak sesempurna itu.
Melihat kesempatan itu,
David pun tidak tinggal Diam
dia semakin gencar untuk
memikat Siska Tidak Siska,
kamu memang sangat cantik.
Aku saja sampai terpesona
olehmu.
David pun segera
memanfaatkan kesempatan itu,
untuk meminta nomer kontak
pribadi Siska.
Malam semakin larut saat
Siska akhirnya pulang ke rumah.
Dalam keadaan mabuk, ia
berjalan sempoyongan, hampir
terjatuh beberapa kali. Begitu
melewati pintu depan, ia
langsung memasuki ruang
tengah, di mana Aryo duduk
sambil membaca sesuatu.
…
Aryo mengangkat
pandangannya, menatap Siska
dengan sorot tajam. Dari mana
saja kamu, Siska? tanyanya
dingin, dengan nada penuh
kecurigaan.
Siska yang sudah setengah
sadar hanya tersenyum tipis.
Aku habis bersenang-senang,
Aryo, ucapnya dengan suara
yang sedikit bergetar. Aku
sedang bahagia sekarang karena
akhirnya aku bebas. Tidak lagi
terkurung di penjara ini!
lanjutnya sambil tertawa
terbahak-bahak, suaranya
menggema di ruang tamu.
Aryo menghela napas
panjang, menekan rasa
kesalnya. Masuk ke kamar.
Ganti pakaianmu dan istirah
perintahnya tegas, namun nada
suaranya tetap terkontrol.
Melihat Siska berjalan
sempoyongan, hampir
kehilangan keseimbangan, Aryo
akhirnya bangkit dan
menghampirinya. Tanpa
berkata apa-apa, ia
menggendong tubuh istrinya
yang lemah, membawanya ke
kamar dengan langkah mantap.
Setibanya di kamar, Aryo
meletakkan Siska perlahan di
atas ranjang. Namun, saat ia
berbalik hendak pergi, Siska
tiba-tiba menarik tubuhnya,
membuat Aryo terjatuh
menimpa dirinya.
…
Siska, dengan wajah yang
masih memerah karena
pengaruh alkohol, meraih
tengkuk Aryo dan menariknya
mendekat. Bbir mereka
bertemu dalam ciman yang
penuh girah, mengejutkan
Aryo.
Aku menginginkan Mas
Aryo, ucap Siska pelan,
matanya memandang Aryo
dengan tatapan penuh hasrat.
Aryo terdiam sejenak,
mencoba mengendalikan situasi
yang tiba-tiba berubah. Namun,
dalam diamnya, konflik dalam
pikirannya mulai berkecamuk,
membuatnya harus memilih
antara keinginan Siska dan
Harga dirinya.
Untuk sejenak, Aryo
terdiam, namun perlahan ia
mulai larut dalam ciman Siska.
Tanpa sadar, ia membalas
ciuman istrinya, membuat
suasana di antara mereka
semakin hangat dan intens.
Siska, yang menyadari Aryo
mulai terbawa suasana,
mengambil inisiatif lebih.
…
Dengan tangan gemetar namun
penuh keberanian, ia membuka
satu per satu kancing baju Aryo.
Sentuhannya lembut, namun
penuh maksud, membuat Aryo
tak mampu mengabaikan apa
yang sedang terjadi.
Saat jemari Siska mulai
menyentuh dan mengelus
dadanya, Aryo merasakan
kehangatan menjalar di
tbuhnya. Sensasi itu membuat
gairahnya perlahan bangkit,
meski di sisi lain pikirannya
masih berusaha melawan.
Namun, dalam keintiman
itu, Aryo merasa ada sesuatu
yang tidak sepenuhnya benar,
membuatnya berada di
persimpangan antara menyerah
atau melanjutkan.
Akhirnya, Aryo pasrah dan
menikmati kebersamaan
dengan Siska. Mereka pun
menikmati malam panas ini
dengan gairah yang membara.
Hentakan demi hentakan
dilakukan Aryo, dan Siska
hanya bisa mendsah da
meneriakan nama Aryo. Namun
dipikiran Aryo hanya terbayang
wajah Kinan.
Bahkan saat akan mencapai
pncaknya, Aryo pun
mendsahkan nama Kinan.Hal
itu tentu saja membuat Siska
marah. Sapa itu Kinan?
pertanyaan itu lalu berputar
dipikirinnya.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts