JANGAN OM (PART25)
Isi Postingan:
JANGAN OM PART25
..
Pagi itu, Kinan tiba di
kampus seperti biasa, diantar
oleh Pak Danang. Mobil
berhenti di depan gedung utama,
dan saat Kinan turun, dia
langsung dihampiri oleh Nico,
ketua BEM yang terkenal
playboy dan suka tebar pesona
pada mahasiswi kampus.
Kinan sebenarnya merasa
malas untuk berbicara dengan
Nico. Bukan karena dia tak suka,
tetapi dia takut
Niko, akan kembali mencari
masalah. Namun, Kinan juga
Salsa-gebetan
merasa sungkan untuk
menghindar.
….
Pagi, Kinan. Dianterin
siapa tadi? tanya Nico dengan
nada ramah, tetapi terlihat
sedikit kepo.
Kinan mencoba tersenyum
sopan meski canggung. Eh, Mas
Nico. Aku dianterin sopir, Mas.
Ada apa ya, Mas? jawabnya
hati-hati.
Oh, nggak ada apa-apa kok,
Nico tersenyum santai. Cuma
kangen aja, udah lama nggak
ketemu kamu. Maklum lah, aku
kan ketua BEM, jadi sibuk
banget.
Kinan hanya mengangguk
kecil, bingung harus merespons
apa. Dia merasa Nico terlalu
percaya diri, dan hal itu
membuat Kinan merasa risih.
Eh, ya, Kinan. Gimana
kuliahnya? Aman aja kan?
Nggak ada yang ganggu atau
gimana? tanya Nico, kali ini
lebih serius, mencoba
mencairkan suasana sekaligus
mendekatkan diri.
Kinan agak terkejut dengan
perhatian Nico yang tiba-tiba,
tetapi dia berusaha menjawab
dengan tenang. Aman, Mas.
Nggak ada masalah, kok.
Padahal dalam hati Kinan
ngedumel, nggak aman
gara-gara kamu tau.
Mereka berbicara sebentar,
dengan Nico yang terlihat
berusaha mengakrabkan diri.
Meski begitu, Kinan hanya
berharap percakapan ini tidak
berlangsung lama. Dalam
hatinya, dia merasa resah, takut
interaksinya dengan Nico akan
menjadi bahan gosip yang
sampai ke Salsa
…
Untungnya, tak lama
kemudian, Sally datang
menghampiri Kinan.
Menangkap isyarat dari tatapan
Kinan yang memnohon bantuan,
Sally segera beraksi.
Kinan, ayuk! Katanya mau
nemenin aku ke perpustakaan,
keburu jam kuliah dimulai, lho,
ucap Sally dengan nada
setengah mendesak.
Sally lalu melirik ke arah
Nico dan, tanpa ragu, berkata,
Maaf ya, Mas Nico, saya pinjam
Kinan sebentar. Mau saya suruh
nemenin ke perpus. Tanpa
menunggu jawaban dari Nico,
Sally langsung menarik tangan
Kinan dan mengajaknya pergi.
Setelah mereka agak
menjauh, Kinan akhirnya bisa
bernapas lega. Malkasih ya, Sal,
ucap Kinan dengan tulus.
Namun, Sally langsung
mengubah ekspresinya menjadi
kesal, menatap Kinan dengan
tegas. Kamu itu, ya, jadi orang
jangan terlalu nggak enakan,
Kinan. Kalau kamu merasa
nggak nyaman ngobrol sama
seseorang, ya udah tinggal pergi
aja, cari alasan! Ngapain juga
kamu masih ngeladenin si ketua
BEM nggak jelas itu. Nanti kamu
dikerjain lagi sama Salsa, lho!
Kinan hanya mengangguk
kecil, menyadari kalau Sally
benar. Sekali lagi, dia
mengucapkan terima kasih
kepada sahabatnya itu karena
sudah membantunya keluar dari
situasi canggung.
..
Hari ini, tidak ada jadwal
kuliah dari Mas Aryo. Sudah dua
hari dia juga tidak datang ke vila,
dan Kinan mulai merasa ada
yang berbeda. Ada rasa rindu
yang aneh menyelusup setiap
kali dia mengingat sosok Aryo.
Apa aku mulai jatuh cinta sama
Mas Aryo? tanya Kinan dalam
hati, mencoba menganalisis
perasaannya sendiri. Ah, nggak
mungkin, Masa iya aku secepat
itu jatuh cinta? gumamnya lagi,
berusaha mengelak.
Saat sedang asyik melamun
di kantin, tiba-tiba ada
seseorang menepuk pundaknya.
Kinan terlonjak kaget dan
langsung menoleh ke belakang.
Ternyata itu Fuji, sahabatnya.
Fuji tersenyum kecil, puas
berhasil mengagetkan Kinan.
Kamu apa-apaan sih, Ji?
Kalau aku jantungan gimana?
protes Kinan sambil merajuk.
Yaelah, masa gitu aja
sampai jantungan sih. Lagian,
kamu siang-siang begini
ngapain bengong di kantin, ntar
kesambet kuntilanak pirang
baru tahu rasa, Iho, ledek Fuji,
duduk di samping Kinan.
Siapa yang bengong? Aku
cuma nunggu kalian aja kok,
kilah Kinan berusaha
menyembunyikan rasa malunya.
Halah… nggak usah ngeles.
Aku tahu kok kamu tadi
ngelamun, Orang aku
panggil-panggil aja kamu nggak
nengok, balas Fuji sambil
melipat tangan di depan dada.
Ada apa sih, Kin? Cerita aja
sama aku, lanjutnya, menatap
Kinan dengan serius.
…
Kinan terdiam sejenak, lalu
berkata pelan, Udah dua hari
ini aku nggak ketemu sama Mas
Aryo. Dia juga nggak datang ke
vila.
Fuji langsung tersenyum
jahil. Cieee, ada yang lagi jtuh
cinta nih, godanya.
Apaan sih, Ji, balas Kinan,
wajahnya mulai memerah.
Eh, tapi beneran, Pak Aryo
ke mana? Aku juga agak kangen
sih, nggak lihat dia di kampus
dua hari ini, tanya Fuji,
penasaran.
Kinan lalu menatap horor
ke arah Fuji, namun Fuji hanya
cekikikan melihat ekspresi
Kinan. Aku juga nggak tahu.
Mas Aryo nggak ngabarin
apa-apa. Aku juga nggak berani
ngirim pesan duluan, sih,
Fuji menghela napas sambil
menatap Kinan dengan tatapan
jengah, Ya udah, coba aja kamu
kirim pesan. Tanyain Mas Aryo
tersayangmu lagi di mana.
Daripada kamu melamun terus
gara-gara kangen, mending
langsung tanya aja, saran Fuji
dengan nada menggoda.
Kinan berpikir sejenak. Apa
iya aku harus menghubunginya
duluan? batinnya ragu. Namun,
setelah mempertimbangkan
usulan Fuji, dia akhirnya
mengeluarkan ponselnya.
….
Dengan sedikit gugup, dia mulai
mengetik pesan untuk Aryo.
Dengan sedikit ragu, Kinan
mengetik pesan untuk Aryo.
Mas Aryo, lagi di mana? Kok dua
hari ini nggak ke vila? Setelah
mengirim pesan, dia menatap
layar ponselnya, menunggu
dengan perasaan campur aduk
antara gugup dan penasaran.
Beberapa menit berlalu
sebelum akhirnya sebuah
notifikasi muncul. Aryo
membalas pesannya. Maafya,
Kinan. Dua hari ini aku pergi
keluar kota bareng Siska. Aku
lupa banget ngabarin kamu.
Kinan membaca pesan itu,
dan hatinya sedikit tercekat.
Ada nama Siska di situ. Dia
mencoba untuk tidak terlalu
memikirkan perasaannya,
meskipun sulit mengabaikan
rasa kecewa kecil yang
menyelinap.
….
Pesan dari Aryo berlanjut,
Nanti kalau aku sudah sampai,
aku langsung ke vila ya. Aku
janji.
Membaca janji ituKinan
menghela napas pelan. Perasaan
kecewanya sedikit terobati, tapi
pikirannya masih berkecamuk.
Namun, dia memilih untuk
tidak menanyakan lebih jauh.
Oke, Mas. Hati-hati di jalan
, balas Kinan singkat, berusaha
menyembunyikan rasa
resahnya.
Dia menaruh ponselnya di
meja dan mencoba mengalihkan
pikiran, meskipun hatinya
masih dipenuhi oleh bayangan
Aryo dan Sisaka, istri
pertamanya sedang bersama.
Sore itu, Kinan
memutuskan untuk
mengunjungi rumah ibunya
setelah pulang dari kampus.
Rasanya terlalu sepi di vila
tanpa kehadiran Aryo,
meskipun ada banyak pembantu
dan Mbok Sumi yang selalu
membantu. Ada rasa rindu yang
mendalam untuk bertemu
dengan ibu dan adiknya, Dimas.
Ketika sampai di rumah
yang ditinggali oleh ibunya, Bu
Yati menyambut Kinan dengan
senyum lebar dan pelukan
hangat. Kinan, apa kabar nak?
Sudah lama nggak main ke sini,
ucap Bu Yati dengan penuh
kasih sayang.
…
Kinan tersenyum. Aku
baik, Bu. Gimana kabar Ibu
sama Dimas? tanyanya sambil
melepas sepatunya dan masuk
ke ruang tamu.
Kami baik-baik saja, nak.
Dimas juga sekarang masih
sibuk sekolah, jawab Bu Yati,
matanya berbinar bahagia
melihat putrinya.
Kinan duduk di sofa,
menikmati suasana rumah yang
sederhana namun nyaman. Dia
merasa betah, terutama dengan
kehangatan ibunya. Oh iya, ibu
dan Dimas betahkan tinggal di
sini?
Bu Yati tersenyum lagi dan
mulai bercerita. Alhamdulillah,
kami betah nak. Oh iya, Ibu
sekarang jualan di depan
rumahkalau pagi. Rumah ini
kan di tengah-tengah
lingkungan padat penduduk.
Jadi Ibu pikir, kenapa nggak
coba jualan nasi, gorengan,
sama kue-kue kecil buat sarapan
mereka? Daripada Ibu nggak ada
kesibukan. Kan lumayan Ibu
bisa dapat penghasilan sendiri,
Ibu nggak bisa selamanya
menerima uang dari suamimu
terus.
Kinan terlihat antusias
mendengar cerita ibunya. Iya,
nggak pa-pa kok Bu, Yang
penting Ibu jangan sampai
kecapean ya!! Gimana jualannya
rame nggak, Bu?
Laris, Nak. Alhamdulillah,
banyak yang suka masakan Ibu.
Mereka bilang, nasi uduk sama
nasi pecel buatan Ibu enak
banget. Jadi sekarang Ibu sudah
mempunyai banyak pelanggan,
jawab Bu Yati dengan bangga.
Kinan merasa lega dan
bahagia mendengar cerita itu.
Wah, Ibu hebat banget. Aku
harus coba nasi uduk Ibu nanti,
aku udah lama nggak makan
masakan Ibu. Aku senang kalau
Ibu bahagia dan sehat.
Bu Yati tersenyum hangat.
Iya, Kinan. Kamu juga harus
jaga kesehatan. Jangan lupa
makan dan istirahat, ya. Kalau
sempat, sering-sering main ke
sini. Ibu kangen.
….
Kinan mengangguk, merasa
bersyukur masih memiliki
tempat pulang seperti rumah
ibunya, di mana dia selalu
diterima dengan cinta dan
kehangatan.
Sudah tiga hari Kinan tidak
bertemu dengan Aryo, yang
katanya sedang berada di luar
kota menghadiri acara bersama
istri pertamanya, Siska. Meski
sedikit kecewa, Kinan mencoba
mengendalikan perasaannya. la
sadar posisinya sebagai istri
muda, sehingga tidak berhak
untuk marah atau menuntut
lebih dari Aryo.
Namun, sore itu, saat Kinan
berjalan menuju parkiran
kampus untuk pulang, dia
dikejutkan oleh sosok Aryo yang
sedang berdiri di samping
mobilnya. Aryo tersenyum
santai begitu melihat Kinan
mendekat. Sebelumnya, Pak
Danang sudah mengabari bahwa
dia ada di parkiran untuk
menjemput, tapi ternyata itu
hanya rencana Aryo untuk
memberikan kejutan.
Kinan berjalan mendekat,
dan tanpa aba-aba, Aryo
langsung memeluknya erat.
Kenapa kamu kemarin nyariin
aku? Kamu kangen? tanya Aryo
dengan senyum kecil yang khas.
Mas, nanti ketahuan sama
mahasiswa lain, ujar Kinan
panik, matanya melirik ke
sekeliling, takut ada yang
memperhatikan mereka.
Udah, tenang aja. Lagi pula,
kenapa kalau ada yang lihat?
Kamu kan istriku, balas Aryo
dengan nada tenang, mencoba
menenangkan Kinan.
Vak
Namun, Kinan malah
merengut. Iya, tapi aku cuma
istri muda, Mas. Kan nggak ada
yang tahu kalau aku istri Mas
Aryo. Kalau sampai ketahuan,
aku bisa dibully satu kampus.
Mereka pasti bilang aku pelakor
!ucapnya dengan raut wajah
sedih.
….
Aryo menatap Kinan serius
dan berkata, Siapa yang berani
membully kamu? Bilang sama
Mas. Nanti orang itu bakal Mas
keluarin dari kampus. Kan
kampus ini punya Mas.
Kinan menghela napas, lalu
menggeleng pelan. Ya… nggak
gitu juga. Aku cuma ingin kuliah
dengan tenang di sini. Aku
nggak mau jadi bahan
gunjingan, apalagi sampai bikin
keributan, ucapnya sambil
menunduk.
Aryo mengangguk seolah
mengerti, lalu mengubah nada
bicaranya. Ya udah, kalau gitu,
cepat masuk mobil. Kita pulang.
Aku udah kangen sama kamu,
katanya dengan seringai tipis
yang membuat Kinan langsung
merasa waspada.
Kinan langsung merasakan
alarm tanda bahaya berbunyi di
kepalanya. Dia tahu persis apa
maksud Aryo dengan kata
kangen. Meski begitu, dia
hanya bisa psrah dan
mengikutinya menuju mobil.
NoteL..i..k..e.mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts