JANGAN OM (PART9)
Isi Postingan:
JANGAN OM PART9
…Ceritadewasa…
.
.
.
Setelah pulang dari vila
tempat Kinan menginap, Aryo
segera menuju rumahnya
dengan pikiran masih
bercampur aduk. Setibanya di
rumah, dia melihat Siska,
istrinya, yang sudah rapi
dengan gaun elegan dan tas di
tangan, tampak siap untuk
pergi.
Mau ke mana kamu, Siska,
malam-malam begini? tanya
Aryo dengan nada tegas.
Siska hanya melengos, lalu
menjawab dingin, Aku mau ke
klub, ada temanku yang
berulang tahun. Mungkin aku
tidak akan pulang malam ini.
Sampai kapan kau akan
seperti ini Siska? Tanya Aryo
penuh penekanan.
Sudah aku bilang, jangan
pernah mengurusi hidupku
Aryo. Urusi saja hidupmu
sendiri. Kita menikah hanya
untuk formalitas dan bisnis, jadi
jangan pernah ikut campur
urusanku. jawab Siska tajam.
Aryo menahan napas,
berusaha menekan emosinya.
Kamu masih istriku, Siska, jadi
jangan melampaui batasmu,
ucapnya, kali ini nadanya lebih
keras, mencerminkan amarah
yang mulai mendidih.
….
Siska membalikkan badan
dengan tajam, matanya menyala
menantang. Memang kamu
suamiku, Aryo, tapi kamu tidak
punya hak untuk ikut campur
dalam hidupku. Dari awal sudah
aku tegaskan, kita menikah
hanya untuk formalitas dan
bisnis. Aku tidak mau ada
campur tangan dalam
kehidupan pribadiku. Kalau kau
tidak suka dengan sikapku, Kau
bisa mengajukan gugatan cerai
kalau kau berani.
Aryo menatap Siska dengan
wajah yang penuh amarah dan
kekecewaan. Kita sudah
menikah selama lima tahun,
tapi kau tidak berubah sama
sekali, Siska. Kau masih keras
kepala dan angkuh seperti dulu.
Keluarga kita sudah lama
menunggu untuk mendapatkan
cucu, tapi kau selalu menolak
memberikannya.
…
Siska, yang tak kalah marah,
blas menatap Aryo dengan
tatapan tajam. Aku ini seorang
model, Aryo. Kalau aku hmil,
tbuhku akan rusak, dan aku
tak akan bisa bekerja lagi.
Karirku akan hancur! suaranya
penuh kemarahan. Aku sudah
bekerja keras untuk sampai di
titik ini. Aku tidak bisa
melepaskannya begitu saja
hanya karena seorang anak.
Namun, bukannya luluh,
Aryo semakin marah. Aku
sudah banyak membantumu
Siska? Kenapa kau tidak bisa
menuruti sekali saja keinginan
keinginanku? balas Aryo.
Siska mendengus, tak
gentar dengan kemarahan Aryo.
Menjadi model adalah
cita-citaku sejak kecil. Aku tidak
akan pernah meninggalkan
dunia ini, kecuali aku yang
memutuskan untuk berhenti.
Aku ingin menggapai mimpiku
setinggi mungkin, kalau bisa go
internasional seperti
model-model kelas atas, sekelas
Kim Kardashian! suaranya
penuh tekad yang tak bisa
digoyahkan. Lalu, Siska pun
meninggalkan Aryo yang masih
berdiri terpaku di tempatnya,
menahan emosi.
….
Pernikahan mereka yang
telah berjalan lima tahun
benar-benar dingin dan penuh
keributan. Aryo dan Siska
jarang sekali bertemu apalagi
mengobrol hangat layaknya
pasangan suami istri lainnya.
Rumah tangga mereka terkesan
dingin, bahkan seperti neraka.
Siska yang keras kepala dan
ambisius bertolak belakang
dengan Aryo. Tak jarang,
mereka pergi berhari-hari tanpa
pulang ke rumah, tanpa saling
menanyakan kabar. Keduanya
terjebak dalam pernikahan yang
hanya menyisakan rasa hampa,
tanpa ada keinginan untuk
memperbaiki.
Sebenarnya keluarga besar
Aryo, terutama neneknya,
sangat mendambakan penerus,
seseorang yang akan mewarisi
nama dan harta kelukeluar.
Namun kondisi rumah
tangganya membuat impian
tersebut kian sulit diwujudkan.
Hingga akhirnya, setelah
bertahun-tahun menahan diri,
Aryo mulai mempertimbangkan
untuk mencari istri lain-
seseorang yang bersedia dan
siap memberikan keturunan
yang didambakan keluarganya.
Meskipun begitu, pikiran
untuk menceraikan Siska
bukanlah hal yang mudah bagi
Aryo. Ia tahu keluarganya,
terutama neneknya, mungkin
akan terguncang jika ia
mengajukan perceraian.
….
Keluarga mereka memang yang
menjodohkan Aryo dan Siska,
sebuah keputusan yang lebih
didasarkan pada keuntungan
bisnis daripada cinta. Tanpa
rasa saling menyayangi,
pernikahan mereka hanyalah
formalitas semata, sebuah
hubungan tanpa ikatan emosi
yang hangat.
Setelah kejadian terakhir,
Aryo tak pernah kembali lagi ke
vila tempat Kinan tinggal.
Kinan menjalani hari-harinya
dalam kesendirian, terkurung di
dalam kamar yang hanya
dilengkapi dengan jendela kecil,
membatasi dunianya yang kini
semakin sempit. Aryo dengan
ketat melarang Kinan untuk
keluar, bahkan menempatkan
beberapa penjaga di sekitar vila
untuk memastikan perintahnya
dipatuhi.
….
Hanya Mbok Sumi, yang
diperbolehkan untuk keluar
masuk kamar Kinan. Pembantu
yang lainnya hanya bertugas
untuk bersih-bersih dan
memasak.
Siang ini, Kinan mendekati
Mbok Sumi yang tengah
mengantar makan siangnya
dikamar.
Mbok, boleh aku keluar
sebentar saja? Kinan memohon
dengan nada lelah. Aku bosan
di kamar terus. Aku cuma ingin
menghirup udara segar sebentar
di luar.
Mbok Sumi menunduk,
wajahnya tampak ragu dan
sedikit cemas. Maaf, Kinan,
Mbok tidak berani, jawabnya
pelan. Tuan Aryo yang
melarang, Mbok tidak boleh
mengizinkan kamu keluar.
Mbok hanya disuruh mengurus
keperluanmu, dan merawatmu.
Kinan mendesah, matanya
memancarkan keputusasaan
yang terpendam. Tapi aku
tidak tahan, Mbok. Tolonglah,
aku hanya ingin melihat taman
sebentar saja.
Mbok Sumi menepuk
pundak Kinan dengan lembut,
berusaha menguatkan. Mbok
ngerti, nduk. Mbok juga kasihan.
Tapi, tolong bersabar dulu, ya?
Kalau Tuan Aryo datang nanti,
kamu bisa bicara langsung sama
beliau. Mungkin kalau kamu
yang ngomong sendiri, beliau
bisa kasih izin. Mbok tidak
berani melanggar larangan
Tuan Aryo Kinan, kalau sampai
Tuan Aryo mengetahui kalau
kamu keluar dari kamar ini,
Mbok yang akan dimarahi.
Kinan hanya bisa
menundukkan kepala,
menyadari bahwa
permintaannya tak akan
dikabulkan dengan mudah.
Kinan pun tidak ingin, kalau
Mbok Sumi terkena masalah
karena dirinya. Dengan
perasaan kecewa, dia kembali
melangkah pelan menuju sofa
kamarnya, membawa beban
yang makin menyesakkan hati.
…..
Hari-hari Kinan kini terasa
sangat membosankan. Meski
Aryo menyediakan tumpukan
novel dan buku untuknya,
kegelisahan dan rasa terkurung
semakin menekan batinnya.
Setiap halaman yang ia baca
seolah membawanya sejenak ke
dunia lain, namun begitu ia
menutup buku, kenyataan pahit
kembali menghampiri.
Malam ini, Kinan menatap
kosong ke arah jendela kecil
yang tinggi di kamarnya. Udara
segar atau cahaya matahari
langsung tak pernah
benar-benar ia rasakan lagi. Di
sela keheningan, ia bergumam
lirih, berbicara pada dirinya
sendiri, Kalau begini terus,
bagaimana caraku untuk kabur
dari tempat ini? Bahkan keluar
kamar saja aku tidak diizinkan.
Suaranya terdengar putus asa,
seolah harapannya makin
menipis.
Dia menghela napas
panjang, merasakan
ketidakberdayaan yang semakin
membebani. Segala cara mulai
terlintas di pikirannya, namun
setiap rencana tampak seperti
jalan buntu. Penjagaan vila yang
ketat dan perintah Aryo untuk
mengawasi setiap
gerak-geriknya membuat
rencana kabur terasa mustahil.
…
Namun, di dalam hatinya,
secercah tekad tetap menyala,
mendorongnya untuk terus
mencari cara keluar dari tempat
ini. Meskipun kecil
kemungkinannya, ia berjanji
pada dirinya sendiri untuk tidak
menyerah.
Setelah merasakan kantuk
akhirnya Kinan tidur. Baru
beberapa saat, Kinan yang
tengah tertidur mendadak
terbangun ketika mendengar
suara pintu kamar dibuka
dengan kasar. Jantungnya
berdebar kencang begitu
melihat Aryo masuk dengan
seringai di bibirnya, tatapan
penuh maksud yang sulit ia
artikan.
…
Bagaimana keadaanmu,
Kinan? tanya Aryo, suaranya
terdengar sinis. Sepertinya
kamu sangat bahagia menikmati
hidupmu sekarang, di dalam
kamar ini. Ia melirik ke
sekeliling kamar Kinan, senyum
penuh sindiran terukir di
wajahnya.
Kinan beringsut, tubuhnya
berusaha menyudut di pojok
ranjang untuk menjaga jarak.
Wajahnya tegang, tapi ia
mencoba mengumpulkan
keberanian. Apa maumu, om
Aryo? Pergi dari sini, ucapnya,
nada suaranya terdengar dingin,
mencoba mengusir Aryo.
Namun, Aryo hanya
tertawa terbahak-bahak,
tertawa yang terasa menusuk
telinga Kinan. Alih-alih marah,
Aryo justru merasa geli saat
Kinan memanggilnya dengan
sebutan Om.Kamu lupa, Kinan,
ini rumahku. Kamu berani
mengusirku dari rumahku
sendiri? katanya, matanya
menatap Kinan tajam.
Kinan hanya bisa menelan
ludah, merasa semakin terjebak.
Meski ketakutan dan bingung, ia
tetap berusaha menatap Aryo
dengan tatapan tajam, menahan
diri agar tidak terlihat lemah di
hadapannya.
….
Dengan gerakan cepat, Aryo
menarik pergelangan kaki
Kinan, membuatnya terkejut
dan tak berdaya. Kinan
berusaha sekuat tenaga untuk
melawan, tbuhnya menggeliat,
dan suara teriakannya
menggema di dalam kamar.
Lepskan aku om…..
Toloooong….mbok, toloooong
akuu… Teriak Kinan.
Teriaklah sesuka hatimu.
Tidak ada orang yang akan
menolongmu di sini, kata Aryo
dengan nada dingin dan penuh
kepastian, membuat Kinan
merasa semakin terjebak.
Aryo pun segera mengunci
gerakan Kinan, tubuhnya
berada di atas tubuh Kinan,
menahannya agar tak bisa
bergerak. Sebenarnya aku
datang ke sini untuk bicara
baik-baik, ucap Aryo,
memandang Kinan dengan
tatapan tajam. Tapi melihat
responsmu seperti ini,
sepertinya kamu memang tidak
bisa diajak bicara dengan
baik-baik. Aroma alkhol
bercampur mint yang pekat pun,
menguar dari mulut Aryo.
….
Tanpa basa-basi, Aryo
meraih kerah baju Kinan dan
menariknya dengan kasar,
hingga kain itu rbek. Kinan
hanya bisa terdiam, tbuhnya
bergetar antara ketakutan dan
kemarahan, merasa semakin
terpojok dalam situasi yang tak
ada jalan keluarnya.
Tbuh Kinan kini
terpampang didepan Aryo.
Dengan cepat Aryo mengggit
milik Kinan.
…
Sakit..om..lepasin Kinan,
rintih kinan kala Aryo
mengggit miliknya.
Kamu milikku Kinan,
turuti keinginanku malam ini.’
Jawab Aryo yang kemudian
membka baju yang dipakainya.
Mata Kinan terbelalak
dengan apa yang dilihatnya.
Rudl milik Aryo sudah berdiri
tegak dan besar. Lalu dengan
cepat Aryo melakukan aksinya.
…
Kinan terus berteriak, bahkan
mernta dan mengggit
punggung Aryo. Namun Aryo
tidak menghiraukannya, dia
tetap melakukan aksinya hingga
gelombang nkmat
menghampirinya.
Setelah melakukan
perbuatannya, Aryo segera
memakai bajunya dan pergi
meninggalkan Kinan sendirian
di kamar, seolah tak ada rasa
bersalah sedikit pun. Pintu
tertutup dengan suara yang
terasa mengunci seluruh
harapan Kinan untuk bebas.
…
Di pojok kamar, Kinan
terduduk dengan tbuh
gemetar, memluk dirinya
sendiri. Rasa takut dan marah
membanjiri dirinya,
membuatnya semakin terpuruk.
Air mata mengalir deras di
pipinya, ia merasa dunianya
hancur seketika. Tubuhnya
terasa begitu rapuh dan terluka,
seakan semua kekuatannya
hilang begitu saja.
Dalam isak tangisnya,
Kinan berbisik memanggil nama
ibunya, seolah berharap suara
lirihnya mampu mencapai
tempat yang jauh. Bu… tolong
aku… gumamnya, suaranya
hampir tak terdengar di antara
tangis yang makin dalam. Itu
satu-satunya yang bisa ia
lakukan saat ini memanggil
sosok yang ia rindukan,
seseorang yang mungkin bisa
memberinya perlindungan,
meskipun hanya dalam
pikirannya.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts