Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

JANGAN OM (PART9)

Posted on June 4, 2025 By admin

JANGAN OM (PART9)

Isi Postingan:

JANGAN OM PART9

…Ceritadewasa…

.

.

.

Setelah pulang dari vila

tempat Kinan menginap, Aryo

segera menuju rumahnya

dengan pikiran masih

bercampur aduk. Setibanya di

rumah, dia melihat Siska,

istrinya, yang sudah rapi

dengan gaun elegan dan tas di

tangan, tampak siap untuk

pergi.

Mau ke mana kamu, Siska,

malam-malam begini? tanya

Aryo dengan nada tegas.

Siska hanya melengos, lalu

menjawab dingin, Aku mau ke

klub, ada temanku yang

berulang tahun. Mungkin aku

tidak akan pulang malam ini.

Sampai kapan kau akan

seperti ini Siska? Tanya Aryo

penuh penekanan.

Sudah aku bilang, jangan

pernah mengurusi hidupku

Aryo. Urusi saja hidupmu

sendiri. Kita menikah hanya

untuk formalitas dan bisnis, jadi

jangan pernah ikut campur

urusanku. jawab Siska tajam.

Aryo menahan napas,

berusaha menekan emosinya.

Kamu masih istriku, Siska, jadi

jangan melampaui batasmu,

ucapnya, kali ini nadanya lebih

keras, mencerminkan amarah

yang mulai mendidih.

….

Siska membalikkan badan

dengan tajam, matanya menyala

menantang. Memang kamu

suamiku, Aryo, tapi kamu tidak

punya hak untuk ikut campur

dalam hidupku. Dari awal sudah

aku tegaskan, kita menikah

hanya untuk formalitas dan

bisnis. Aku tidak mau ada

campur tangan dalam

kehidupan pribadiku. Kalau kau

tidak suka dengan sikapku, Kau

bisa mengajukan gugatan cerai

kalau kau berani.

Aryo menatap Siska dengan

wajah yang penuh amarah dan

kekecewaan. Kita sudah

menikah selama lima tahun,

tapi kau tidak berubah sama

sekali, Siska. Kau masih keras

kepala dan angkuh seperti dulu.

Keluarga kita sudah lama

menunggu untuk mendapatkan

cucu, tapi kau selalu menolak

memberikannya.

…

Siska, yang tak kalah marah,

blas menatap Aryo dengan

tatapan tajam. Aku ini seorang

model, Aryo. Kalau aku hmil,

tbuhku akan rusak, dan aku

tak akan bisa bekerja lagi.

Karirku akan hancur! suaranya

penuh kemarahan. Aku sudah

bekerja keras untuk sampai di

titik ini. Aku tidak bisa

melepaskannya begitu saja

hanya karena seorang anak.

Namun, bukannya luluh,

Aryo semakin marah. Aku

sudah banyak membantumu

Siska? Kenapa kau tidak bisa

menuruti sekali saja keinginan

keinginanku? balas Aryo.

Siska mendengus, tak

gentar dengan kemarahan Aryo.

Menjadi model adalah

cita-citaku sejak kecil. Aku tidak

akan pernah meninggalkan

dunia ini, kecuali aku yang

memutuskan untuk berhenti.

Aku ingin menggapai mimpiku

setinggi mungkin, kalau bisa go

internasional seperti

model-model kelas atas, sekelas

Kim Kardashian! suaranya

penuh tekad yang tak bisa

digoyahkan. Lalu, Siska pun

meninggalkan Aryo yang masih

berdiri terpaku di tempatnya,

menahan emosi.

….

Pernikahan mereka yang

telah berjalan lima tahun

benar-benar dingin dan penuh

keributan. Aryo dan Siska

jarang sekali bertemu apalagi

mengobrol hangat layaknya

pasangan suami istri lainnya.

Rumah tangga mereka terkesan

dingin, bahkan seperti neraka.

Siska yang keras kepala dan

ambisius bertolak belakang

dengan Aryo. Tak jarang,

mereka pergi berhari-hari tanpa

pulang ke rumah, tanpa saling

menanyakan kabar. Keduanya

terjebak dalam pernikahan yang

hanya menyisakan rasa hampa,

tanpa ada keinginan untuk

memperbaiki.

Sebenarnya keluarga besar

Aryo, terutama neneknya,

sangat mendambakan penerus,

seseorang yang akan mewarisi

nama dan harta kelukeluar.

Namun kondisi rumah

tangganya membuat impian

tersebut kian sulit diwujudkan.

Hingga akhirnya, setelah

bertahun-tahun menahan diri,

Aryo mulai mempertimbangkan

untuk mencari istri lain-

seseorang yang bersedia dan

siap memberikan keturunan

yang didambakan keluarganya.

Meskipun begitu, pikiran

untuk menceraikan Siska

bukanlah hal yang mudah bagi

Aryo. Ia tahu keluarganya,

terutama neneknya, mungkin

akan terguncang jika ia

mengajukan perceraian.

….

Keluarga mereka memang yang

menjodohkan Aryo dan Siska,

sebuah keputusan yang lebih

didasarkan pada keuntungan

bisnis daripada cinta. Tanpa

rasa saling menyayangi,

pernikahan mereka hanyalah

formalitas semata, sebuah

hubungan tanpa ikatan emosi

yang hangat.

Setelah kejadian terakhir,

Aryo tak pernah kembali lagi ke

vila tempat Kinan tinggal.

Kinan menjalani hari-harinya

dalam kesendirian, terkurung di

dalam kamar yang hanya

dilengkapi dengan jendela kecil,

membatasi dunianya yang kini

semakin sempit. Aryo dengan

ketat melarang Kinan untuk

keluar, bahkan menempatkan

beberapa penjaga di sekitar vila

untuk memastikan perintahnya

dipatuhi.

….

Hanya Mbok Sumi, yang

diperbolehkan untuk keluar

masuk kamar Kinan. Pembantu

yang lainnya hanya bertugas

untuk bersih-bersih dan

memasak.

Siang ini, Kinan mendekati

Mbok Sumi yang tengah

mengantar makan siangnya

dikamar.

Mbok, boleh aku keluar

sebentar saja? Kinan memohon

dengan nada lelah. Aku bosan

di kamar terus. Aku cuma ingin

menghirup udara segar sebentar

di luar.

Mbok Sumi menunduk,

wajahnya tampak ragu dan

sedikit cemas. Maaf, Kinan,

Mbok tidak berani, jawabnya

pelan. Tuan Aryo yang

melarang, Mbok tidak boleh

mengizinkan kamu keluar.

Mbok hanya disuruh mengurus

keperluanmu, dan merawatmu.

Kinan mendesah, matanya

memancarkan keputusasaan

yang terpendam. Tapi aku

tidak tahan, Mbok. Tolonglah,

aku hanya ingin melihat taman

sebentar saja.

Mbok Sumi menepuk

pundak Kinan dengan lembut,

berusaha menguatkan. Mbok

ngerti, nduk. Mbok juga kasihan.

Tapi, tolong bersabar dulu, ya?

Kalau Tuan Aryo datang nanti,

kamu bisa bicara langsung sama

beliau. Mungkin kalau kamu

yang ngomong sendiri, beliau

bisa kasih izin. Mbok tidak

berani melanggar larangan

Tuan Aryo Kinan, kalau sampai

Tuan Aryo mengetahui kalau

kamu keluar dari kamar ini,

Mbok yang akan dimarahi.

Kinan hanya bisa

menundukkan kepala,

menyadari bahwa

permintaannya tak akan

dikabulkan dengan mudah.

Kinan pun tidak ingin, kalau

Mbok Sumi terkena masalah

karena dirinya. Dengan

perasaan kecewa, dia kembali

melangkah pelan menuju sofa

kamarnya, membawa beban

yang makin menyesakkan hati.

…..

Hari-hari Kinan kini terasa

sangat membosankan. Meski

Aryo menyediakan tumpukan

novel dan buku untuknya,

kegelisahan dan rasa terkurung

semakin menekan batinnya.

Setiap halaman yang ia baca

seolah membawanya sejenak ke

dunia lain, namun begitu ia

menutup buku, kenyataan pahit

kembali menghampiri.

Malam ini, Kinan menatap

kosong ke arah jendela kecil

yang tinggi di kamarnya. Udara

segar atau cahaya matahari

langsung tak pernah

benar-benar ia rasakan lagi. Di

sela keheningan, ia bergumam

lirih, berbicara pada dirinya

sendiri, Kalau begini terus,

bagaimana caraku untuk kabur

dari tempat ini? Bahkan keluar

kamar saja aku tidak diizinkan.

Suaranya terdengar putus asa,

seolah harapannya makin

menipis.

Dia menghela napas

panjang, merasakan

ketidakberdayaan yang semakin

membebani. Segala cara mulai

terlintas di pikirannya, namun

setiap rencana tampak seperti

jalan buntu. Penjagaan vila yang

ketat dan perintah Aryo untuk

mengawasi setiap

gerak-geriknya membuat

rencana kabur terasa mustahil.

…

Namun, di dalam hatinya,

secercah tekad tetap menyala,

mendorongnya untuk terus

mencari cara keluar dari tempat

ini. Meskipun kecil

kemungkinannya, ia berjanji

pada dirinya sendiri untuk tidak

menyerah.

Setelah merasakan kantuk

akhirnya Kinan tidur. Baru

beberapa saat, Kinan yang

tengah tertidur mendadak

terbangun ketika mendengar

suara pintu kamar dibuka

dengan kasar. Jantungnya

berdebar kencang begitu

melihat Aryo masuk dengan

seringai di bibirnya, tatapan

penuh maksud yang sulit ia

artikan.

…

Bagaimana keadaanmu,

Kinan? tanya Aryo, suaranya

terdengar sinis. Sepertinya

kamu sangat bahagia menikmati

hidupmu sekarang, di dalam

kamar ini. Ia melirik ke

sekeliling kamar Kinan, senyum

penuh sindiran terukir di

wajahnya.

Kinan beringsut, tubuhnya

berusaha menyudut di pojok

ranjang untuk menjaga jarak.

Wajahnya tegang, tapi ia

mencoba mengumpulkan

keberanian. Apa maumu, om

Aryo? Pergi dari sini, ucapnya,

nada suaranya terdengar dingin,

mencoba mengusir Aryo.

Namun, Aryo hanya

tertawa terbahak-bahak,

tertawa yang terasa menusuk

telinga Kinan. Alih-alih marah,

Aryo justru merasa geli saat

Kinan memanggilnya dengan

sebutan Om.Kamu lupa, Kinan,

ini rumahku. Kamu berani

mengusirku dari rumahku

sendiri? katanya, matanya

menatap Kinan tajam.

Kinan hanya bisa menelan

ludah, merasa semakin terjebak.

Meski ketakutan dan bingung, ia

tetap berusaha menatap Aryo

dengan tatapan tajam, menahan

diri agar tidak terlihat lemah di

hadapannya.

….

Dengan gerakan cepat, Aryo

menarik pergelangan kaki

Kinan, membuatnya terkejut

dan tak berdaya. Kinan

berusaha sekuat tenaga untuk

melawan, tbuhnya menggeliat,

dan suara teriakannya

menggema di dalam kamar.

Lepskan aku om…..

Toloooong….mbok, toloooong

akuu… Teriak Kinan.

Teriaklah sesuka hatimu.

Tidak ada orang yang akan

menolongmu di sini, kata Aryo

dengan nada dingin dan penuh

kepastian, membuat Kinan

merasa semakin terjebak.

Aryo pun segera mengunci

gerakan Kinan, tubuhnya

berada di atas tubuh Kinan,

menahannya agar tak bisa

bergerak. Sebenarnya aku

datang ke sini untuk bicara

baik-baik, ucap Aryo,

memandang Kinan dengan

tatapan tajam. Tapi melihat

responsmu seperti ini,

sepertinya kamu memang tidak

bisa diajak bicara dengan

baik-baik. Aroma alkhol

bercampur mint yang pekat pun,

menguar dari mulut Aryo.

….

Tanpa basa-basi, Aryo

meraih kerah baju Kinan dan

menariknya dengan kasar,

hingga kain itu rbek. Kinan

hanya bisa terdiam, tbuhnya

bergetar antara ketakutan dan

kemarahan, merasa semakin

terpojok dalam situasi yang tak

ada jalan keluarnya.

Tbuh Kinan kini

terpampang didepan Aryo.

Dengan cepat Aryo mengggit

milik Kinan.

…

Sakit..om..lepasin Kinan,

rintih kinan kala Aryo

mengggit miliknya.

Kamu milikku Kinan,

turuti keinginanku malam ini.’

Jawab Aryo yang kemudian

membka baju yang dipakainya.

Mata Kinan terbelalak

dengan apa yang dilihatnya.

Rudl milik Aryo sudah berdiri

tegak dan besar. Lalu dengan

cepat Aryo melakukan aksinya.

…

Kinan terus berteriak, bahkan

mernta dan mengggit

punggung Aryo. Namun Aryo

tidak menghiraukannya, dia

tetap melakukan aksinya hingga

gelombang nkmat

menghampirinya.

Setelah melakukan

perbuatannya, Aryo segera

memakai bajunya dan pergi

meninggalkan Kinan sendirian

di kamar, seolah tak ada rasa

bersalah sedikit pun. Pintu

tertutup dengan suara yang

terasa mengunci seluruh

harapan Kinan untuk bebas.

…

Di pojok kamar, Kinan

terduduk dengan tbuh

gemetar, memluk dirinya

sendiri. Rasa takut dan marah

membanjiri dirinya,

membuatnya semakin terpuruk.

Air mata mengalir deras di

pipinya, ia merasa dunianya

hancur seketika. Tubuhnya

terasa begitu rapuh dan terluka,

seakan semua kekuatannya

hilang begitu saja.

Dalam isak tangisnya,

Kinan berbisik memanggil nama

ibunya, seolah berharap suara

lirihnya mampu mencapai

tempat yang jauh. Bu… tolong

aku… gumamnya, suaranya

hampir tak terdengar di antara

tangis yang makin dalam. Itu

satu-satunya yang bisa ia

lakukan saat ini memanggil

sosok yang ia rindukan,

seseorang yang mungkin bisa

memberinya perlindungan,

meskipun hanya dalam

pikirannya.

NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: JANGAN OM (PART10)
Next Post: JANGAN OM (PART8)

Related Posts

TERDIAM DALAM TAKDIR (PART9) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART70) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART49) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART81) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART12) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART4) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme