BALADA BESAN DAN MENANTU (PART22)
Isi Postingan:
BALADA BESAN DAN MENANTU PART22
…Ceritadewasa…
.
.
.
Sore sebelum berangkat ke pengajian, Ustad
Bidin sudah melihat ada yang berbeda dari
istrinya. Umi Latifah biasanya selalu ceria atau
setidaknya tenang di rumah, namun kali ini,
wajahnya menunjukkan kegelisahan yang tak
biasa.
Tatapan matanya sering kosong, dan sesekali,
terlihat dia melirik ke arah luar rumah seakan
ada sesuatu yang dia tunggu. Ustad Bidin yang
sudah mengenal istrinya selama bertahun-
tahun, tentu menyadari perubahan itu.
Ketika Ustad Bidin hendak berangkat, dia
berhenti sejenak di depan Umi Latifah yang
duduk di kursi ruang tamu, memandangnya
dengan raut cemas.
.
.
.
Kenapa, Umi? Ada yang
Ada yang mengganggu
pikiranmu? tanyanya lembut.
Umi Latifah hanya menggeleng cepat, seolah
menutupi sesuatu. Tidak, Abi. Tidak ada apa
-apa. Hanya kepikiran cucu-cucu saja, tadi
mereka main agak jauh.
Ustad Bidin mengangguk, meskipun hatinya
belum puas. Dia merasa ada sesuatu yang
istrinya sembunyikan. Namun, sebagai orang
yang selalu percaya pada Umi Latifah, dia tak
memaksanya untuk berbicara lebih jauh.
Kalau ada yang ingin dibicarakan, jangan ragu,
ya, Umi, ucap Ustad Bidin sebelum
mengenakan peci dan beranjak keluar.
Namun, dalam hati, Ustad Bidin mulai
mengingat beberapa obrolannya dengan Pak
Wira. Tadi malam, mereka sempat berbincang
soal sawah Pak Amat. Saat itu, Pak Wira
bercerita sambil bercanda bahwa Umi Latifah
pernah main ke sawah itu, membantu
memetik sayur.
.
.
Ustad Bidin yang saat itu mendengarnya
merasa aneh, karena setahunya, Umi Latifah
jarang keluar rumah, apalagi sampai ke sawah
yang cukup jauh dari rumah mereka. Obrolan
itu terkesan ringan, tetapi sekarang,
mengingat kegelisahan istrinya, Ustad Bidin
merasa ada yang tidak beres.
Malam pun tiba. Hujan gerimis perlahan-lahan
turun, menambah sunyi suasana di kampung.
Umi Latifah tetap duduk di kursi ruang tengah,
matanya menatap kosong ke arah jendela.
Pikiran tentang Pak Wira makin menguasai
benaknya, tak bisa dia lepaskan. Dia ingat
setiap detail pertemuannya dengan Pak Wira,
tatapan matanya, postur tubuhnya, dan
kehangatan yang pernah dia rasakan saat
bertemu.
Sementara Ustad Bidin masih di kampung
sebelah, menyampaikan tausiyah di depan
para jamaah, Umi Latifah merasa hatinya
bergejolk.
.
.
.
Ada dorongan kuat yang
membuatnya tak bisa tinggal diam. Tanpa
sadar, tubuhnya bergerak, berdiri dari kursi.
Pandangannya lurus ke arah pintu depan.
Hanya sebentar, bisik Umi Latifah pada
dirinya sendiri. Aku hanya ingin memastikan
semuanya baik-baik saja.
Namun sebelum benar-benar memutuskan
untuk pergi ke rumah Pak Wira, Umi Latifah
merasa gelisah lebih dari sebelumnya. Ada
perasaan yang sulit ia jelaskan, seolah ada
daya tarik yang begitu kuat yang mengarahkan
setiap tindakannya.
.
.
Ia mencoba melawan perasaan itu, tetapi
akhirnya menyerah pada dorongan yang
semakin tak terbendung. Sebelum keluar
rumah, langkahnya tak langsung menuju pintu.
Ia berhenti sejenak di depan cermin.
Entah kenapa, malam itu Umi Latifah
merasakan hsrat yang aneh untuk berdandan.
Ini bukan dandanan biasa, seperti yang ia
lakukan sehari-hari saat berada di rumah. Ia
meraih sisir, mulai menyisir rambutnya
dengan hati-hati, menata setiap helainya agar rapih dan sempurna ..
.
.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Ceritadewasa
ceritanovel
mertuamenantu
menantuidaman
istriidaman
foto
fotoai
gambar
text
foryou
Related: Explore more posts