ADIK IPAR PELIPUR LARA (PART25)
Isi Postingan:
ADIK IPAR PELIPUR LARA PART25
…
..
.
Sepanjang perjalanan
pulang mengendarai mobil
mewahnya, Celia terus berpikir
keputusan apa yang harus dia
ambil.
Apakah dia harus bertahan
menjalani rumah tangga
bersama Bram, yang selama ini
dia rasakan begitu hampa, tak
berwarna serta tak bermakna.
itu seperti yang dia lakukan
selama ini?
Dia berusaha menjalani
rumah tangga meski tanpa
hsrat dan tanpa pelampiasan
dari suaminya.
Semua itu karena dia sangat
mencintai Bram dan tak ingin
berpisah dengannya meski
Bram talk memberinya
kehangatan.
….
Justru dia mendapatkan
kehangatan itu dari pria lain,
dari Dimas, adik iparnya sendiri.
Haruskan aku tetap
bertahan? Ataukah lebih baik
berpisah dengan Bram, pergi
dari sisinya dan menjalani
hidup mereka sendiri, di benak
dia terus mempertimbangkan
keputusan terbaik bagi dia dan
juga Bram.
Aku masih sangat
mencintai Mas Bram. Masih
sulit untuk memutuskan
langkah yang harus aku ambil.
Bertahan atau berpisah,
batinnya.
Aku masih tak sanggup
melepalskannya. Tapi kalau dia
masih belum sembuh, belum
normal. Ditambah sikap dan
perilakunya yang agak dingin
dan kurang perhatian padaku,
apa gunanya rumah tangga ini
dipertahankan, keluhnya
dalam hati.
Kecuali, Mas Bram yakin
dan bersungguh-sungguh ingin
normal kembali, ingin berobat,
mungkin akan aku
pertimbangkan lagi matang-
matang, katanya, terus
menyetir membelah udara
malam yang dingin karena
sedang diguyur hujan yang
semakin deras.
Sekeyar tenaga dia berpikir,
dan sepertinya Celia ingin
memantapkan hatinya untuk
memilih berpisah dengan Mas
Bram.
Kalaupun akhirnya aku
memutuskan berpisah dengan
Mas Bram, itu bukan karena
Dimas,gumamnya.
…
Bukan Dimas alasan Celia
jika pada akhirnya dia
mengambil jalan untuk bercerai
dengan Bram. Bukan karena
Dimas, tapi karena dia sudah
mempertimbangkan semua
aspeknya.
Meski Dimas telah
mengungkapkan perasaan
cintanya pada Celia berulang
kali, tapi dia belum bisa
menerima Dimas. Walaupun
diakuinya, pria itu membuatnya
nyaman.
Dia memperlakukannya
baik, bisa menenangkan dan
menyenangkan hatinya mampu
mengobati dahaganya akan
belaian dan cumbuan seorang
lelaki, yang membuatnya
bergairah, yang bisa
memuaskannya, yang tak
didaiat dari Bram selama 8 bulan
menjadi istri pilot tersebut.
Malam ini, aku harus
memberitahukan Mas Bram
keputusanku, katanya dalam
hati.
Celia tiba di rumahnya
setelah menempuh perjalanan
selama setengah jam. Dia lalu
masuk rumah mewah itu, lalu
menghmpas panatnya ke sofa
di ruang tamu bernuansa kream
dan putih gading itu.
Dia ingin duduk santai
sejenak, menenangkan hatinya
sebelum mengambil keputusan
yang mnenentukan masa
depannya.
Celia melihat jamn dinding,
menunjukkan pukul 20.00
malam. Waktu yang masih awal
bagi Bram untuk pulang ke
rumah.
…
Karena, seperti
kebiasaannya, kalau dia
hangaout ataupun kumpul
bersama tenan-temannya, pasti
akan pulang tengah malam atau
dini hari.
Karena itu, Celia berencana
menunggu Bram pulang di
lantai dua saja setelah dia mandi
dan makan malam.
Dia masih duduk di sofa,
saat Bram kembali ke rumah.
…
Sementara di luar hujan turun
semakin deras disertai petir.
Celia yang masih duduk di
sofa, didekati Bram sembari
tersenyum sumringah. Celia
heran melihat Bram tak seperti
biasanya, pulang cepat, tampak
tersenyum lebar, matanya
berbinar dan bahagia.
Entah aja yang terjadi
dengan suaminya itu, malam ini
dia pulang cepat.
Tak hanya itu, Celia juga
belum pernah melihat Bram
sehappy dan sesenang itu.
Bram lalu duduk di sofa,
berdampingan dengan Celia.
Sayang, apa kamu sudah
lama pulang? Pasti belum mandi
dan ganti baju juga kan? Kamu
masih pakai baju tadi pagi sebut
Bram.
Iya, sebentar lagi aku
mandi dan ganti baju, kata
Celia..
Apa kamu sudah makan
malam? tanya Bram, dengan
suara yang lembut.
Belum, aku sengaja
menunggumu untuk makan
malam, sahut Celia, berbohong.
Karena, dia tak berniat
menunggu Bram untukmakan
malam, sebab dia yakin Bram
pasti pulang larut malam.
Kamu mau mandi dulu
atau makan makan terlebih
dahulu? tanya Bram.
Makan aja, malas aja bolak
balik baik turun tangga kalau
mandi dulu, jawabnya.
Kalau begitu, ayok kita
makan. Aku sudah lapar,
katanya, mengulurkan
tangannya, mengajak Celia ke
ruang makan.
Padahal, Bram baru saja
makan barbeque saat tadi
berkumpul bersama sahabat dan
temannya.
…
Dia sebenarnya masih
kenyang, tapi sengaja
berbohong pada Celia untuk
meraih simpati wanita itu.
Ini kesempatanku
berbaikan dengannya. Aku
masih gak rela kehilangannya
saat ini. Aku mau dia tak
meninggalkanku. Aku mau dia
tetap jadi istriku sampai aku
benar-benar yakin bisa bersatu
dengan Dena nantinya, kata
Bram dalam hati.
Celia menurut, meraih
tangan Bram, lalu bangun.
Keduanya berjalan
bergandengan tangan berjalan
ke arah meja ruang makan.
Bram lalu menarik kursi untuk
Celia, mempersilahkannya
duduk.
Ayo, duduk di sini,
tawarnya tersenyum manis
pada istrinya itu.
Celia membalas senyuman
Bram, lalu duduk di kursi yang
disodorkan Bram barusan.
Ada apa dengan Bram.
Tumben dia bersikap manis dan
perhatian seperti ini. Apa dia
berusaha meluluhkan hatiku
agar takpergi darinya? batin
Celia.
Sayang kenapa? kok
bengong. Lagi melamun tentang
kita ya? tanya Bram,
menyentuh paha Celia, yang
duduk di sebelahnya.
Iya. Aku sedang melamun
tentang kelanjutan hubungan
kita. Selain itu, aku heran dan
bertanya-tanya dengan
perlakuan mas padaku saat ini,
sahutnya jujur.
Mas Bram pasti sedang
mencoba berbaik-baik
denganku kan? tanyanya.
Ini salah satu caraku
mendapatkan maaf darimu.
Caraku agar kamu tidak pergi
dariku. Aku sayang sama kamu.
Aku harap kamu gak pergi
ninggalin aku, harap Bram.
Aku sadar, selama ini
sikapku padamu tidak baik, aku
kurang perhatian padamu. Tapi
aku janji setelah ini akan
berubah menjadi suami yang
kamu harapkan, janjinya.
…
Benarkah kamu janji akan
berubah lebih perhatian dan
sayang padaku? Termasuk
nanti berobat dan melakukan
terapi untuk masalah kejan
ananmu kan? tanya Celia
memastikan Bram menepati
janjinya.
Iya, aku akan
melakukannya, jawab Bram,
memegang tangan Celia.
Ok, aku akan lihat mas
menepati janjimu. Kalau
memang sikap dan perlakuan
mas padaku semakin baik, akan
aku pertimbangkan untuk tetap
di sisimu, bersamamu, sebut
Celia.
Baik, akan aku buktikan
ucapanku itu melalui tindakan.
Aku yakin kamu gak akan
kecewa lagi padaku seperti
sebelumnya, kata Bram.
Mereka lalu makan malam,
dengan menu favorit Celia.
Usai makan malam, Celia
dan Bram masuk ke kamarnya,
Celia mandi dan berganti
pakaian.
Setelah itu, dia ke ruang
kerjanya. Bram menemani Celia
kerja menyelesaikan gambar
rancangannya di di ruang
kerjanya.
Dia terus memperhatikan
istrinya yang sedang fokus
menggambar.
….
Tak lama, Bram
membawakan Celia susu untuk
menemaninya bekerja.
Ini susu yang kubuat tulus
dengan penuh kasih sayang
untukmu, kata Bram.
Terima kasih ya Mas Bram
buatkan aku susu. Ini pertama
kali mas lakukan ini, kata Celia,
tersenyum.
Seketika, dia ingat
perlakuan dan perhatian yang
ditunjukkan Dimas padanya,
yang beberapa kali
membuatkannya susu saat dia
menyelesaikan kerjaannya
membuat sket gambar busana.
Ah, gak seharusnya aku
ingat Dimas. Aku harus mampu
dan berusaha untuk
hati
melupakannya, katanya dalam
Dia lalu minum susu hangat
yang dibuat Branm untuknya.
Pria itu duduk di kursi di
hadapannya, memuji sketsa
gambar yang dibuat Celia.
Gambar gaun dan baju
yang jamu buat bagus ya. Nanti
aku akan lihat langsung Hasil
karyamu di butik, kata Bram.
Memang ada beberapa
gambar baju yang telah
diselesaikan Celia, mulai dari
gaun pengantin, gaun malam
serta baju formal.
Terima kasih. Mas Bram
memang harusnya sering
datang ke butik, sesekali
menemaniku juga di sana,’
harap Celia.
….
Bram memang hanya
pernah pergi sekali ke butik saat
peresmian dua tahun lalu,
sebelum mereka menikah.
Setelah itu, dia pernah
mampir dua kali saat mengantar
Celia, tapi hanya sampai di
pintu masuk saja
Hari itu, Celia memang
ingin suaminya mengantarnya
ke butik.
Celia menghentikan
aktivitasnya sejenak,
mengistirahatkan tubuhnya,
bersandar di sandaran kursi
ruang kerjanya itu
Melihat istrinya tampak
kelelahan, Bram berinisiatif
memijat pundak dan leher Celia
Kamu lelah ya? Biar aku
pijatin agar kamu rileks dan fres
ya, kata Bram.
Celia mengangguk, tanda
menyetujui tawaran Bram
untuk memijatnya
Dia lalu bangun dari kursi,
berjalan menuju belakang kursi
tempat Celia duduk dan mulai
memijat pundak dan tengkuk
istrinya itu.
Gimana? Apa pijatanku
enak, atau terlalu keras? Apa
membuatmu kesakitan? tanya
Bram.
Enak, aku suka pijatannya,
sahutnya
Tapi, kalau Celia boleh jujur,
pijatan Dimas jauh lebih enak
dan membuatnya begitu tenang
dan nyaman dibandingkan
pijatan Bram.
Pun begitu, Celia tetap
merasa senang dan bahagia
dengan perlakuan Bram
padanya.
…
Celia pun mulai berubah
pikiran, memikirkan kembali
putusannya untuk berpisah
dengan Bramantio.
Celia merasa tak ada
salahnya memaafkan suaminya
itu, memberikan Bram
kesempatan, mencoba
mempertahankan rumah tangga
mereka. Memulai dari awal lagi.
Meski diakuinya, sampai
detik itu, Celia gak tau apakah
benar Bram berubah jadi lebih
perhatian dan tidak secuek dulu
pada Celia karena dia benar
ingin rumah tangganya tak
berakhir ataukah ada maksud
dan tujuan lain.
Tapi, apapun itu, Celia
seperti memang harus
mempertahankan rumah
tangganya. Mungkin ini jalan
takdirnya untuk terus menjadi
istri Bram.
Malam ini, Bram benar-
benar berada dalam mood yang
baik.
Kamu tdur di kamar kita
ya, katanya
Baiklah, aku tidur di kamar
kita lagi. Karena masih banyak
hal yang harus kita bahas,
sahutnya.
Di kamar tdur mereka, di
atas kasur empuk itu, Bram
tampak bersemangat dan
bergairah, saat dia duduk di
samping Celia, sembari
memegang tangan wanita itu
Mas, aku menmaafkan mas,
memberi mas kesempatan lagi.
…
Ayok kita mulai dari awal,
memperbaiki hubungan kita
dan rumah tangga kita lebih
baik lagi, kata Celia.
Terima kasih sayang. Aku
senang kamu mau
memaafkanku dan memberiku
kesempatan memperbaiki
dirimu, memberiku kesempatan
agar kita bisa terus bersama dan
aku janji akan membuatmu
bahagia, bisik Bram, memeluk
Celia.
Iya, aku akan memberimu
kesempatan membuktikan
sayang dan cintamu padaku.
Aku akan bertahan denganmu,
tutur Celia.
Pada akhirnya Celia
memutuskan untuk bertahan
dengan Bram melanjutkan
jalinan rumah tangga mereka.
Dia meyakini Bram layak
diberikan kesempatan dan Celia
akan membantu dan
mendampinginya untuk bisa
sembuh dan normal.
Celia tak pernah tau,
sesungguhnya Bram menmang
tak bisa melaksanakan tugasnya
sebagai suami, bukan karena dia
mengalami masalah skual.
Tapi karena dipikirannya,
dia hanya akan bercinta dengan
Dena seorang, sehingga dia tak
bernfsu dan berhsrat bercinta
dengan wanita lain, meski itu
istrinya sendiri.
….
Karena, yang Celia yakini,
Bram punya masalah Disungsi
sesual.
Celia bertekad akan
mendampingi Bram untuk
sembuh agar dia bisa
melaksanakan tugas dan
kewajiban sebagai suami,
memberikan nafkah batin dan
memuaskan Celia.
…
Karena itu, Celia berjanji
tak akan lagi bercmbu dengan
Dimas. Dia harus mampu
menekan hsratnya saat
bersama Dimas.
Karena, apapun alasannya,
apa yang mereka berdua
lakukan adalah dosa, kesalahan
besar.
Hubungan terlarang dia dan
Dimas tidak bisa dibenarkan,
tak seharusnya dilanjutkan.
Bram membelai rambut
Celia, perlahan dan tersenyum
padanya.
Wanita itu membalasnya
dengan senyuman menggoda ke
arah sang suan
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts