Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

TERDIAM DALAM TAKDIR (PART23)

Posted on June 4, 2025 By admin

TERDIAM DALAM TAKDIR (PART23)

Isi Postingan:

TERDIAM DALAM TAKDIR PART23

…Ceritadewasa…

.

..

…

….

Aku benar-benar syok luar biasa,

sebelum mas Johan melihatku, cepat

aku berdiri-meraih Sila dan

menggendongnya keluar.

Karena terburu-buru aku

menbrak seorang pelayan, hingga

hidangan di nampan yang ia bawa

jatuh di lantai menimbulkan suara

yang cukup gaduh sehingga semua

pelanggan yang berada di restoran ini

menatap ke arahku.

.

.

.

Mbak, kalau jalan hati-hati,

dong! protes pelayan pria tersebut.

Lantas aku meminta maaf dengan

suara pelan sambil membungkukkan

badan berkali-kali masih dengan

menggendong Sila.

Lilis! suara mas Johan

terdengar memanggil, seiring derap

langkah kakinya yang bergerak

mendekat ke arahku.

Lilis, sedang apa kau di sini?

tanyanya, saat sudah berada di

hadapanku.

.

.

.

Aku terdiam cukup lama entah

jawaban apa yang akan kusampaikan.

Namun, belum sempat mulut ini

menjawab suara mama lebih dulu

terdengar lantang mengatakan jika

aku di sini bersamanya.

Melihat siapa yang datang Mas

Johan sedikit membungkukkan

tbuhnya seraya memberi hormat

pada wanita yang menanam saham

cukup besar di perusahaannya itu.

Bu Sandra? ucapnya sambil

menatap kami bergantian.

Dia Vira, putriku. Mama

mengatakannya tanpa menghiraukan

protes dariku.

Terlihat begitu jelas keterkejutan

di wajah mas Johan. A-anda, serius?

Apa kau pernah lihat saya

bercanda? jawab mama

menunjukkan ketegasan dari

kata-katanya.

Maaf, Bu Sandra, saya baru tahu,

jika adik ipar saya ini adalah putri

Anda. Mas Johan menatapku dan

bergantian. Dari nada suaranya aku

bisa menebak sepertinya ia masih

belum percaya.

.

.

.

Selama ini mas Johan hanya tahu

aku adalah anak dari seorang buruh

tani yang bekerja pada keluarga

istrinya, mbak Sari.

Kemudian seorang wanita yang

bersamanya tadi menghampiri kami

dan bergelayut manja pada lengan

mas Johan. Namun, dengan cepat

suami dari mbak Sari itu melepas

kasar tangan wanita tersebut.

Sayang, kenapa? protes si

perempuan yang sepertinya seumuran

denganku.

Papa Johan? ujar Sila, seketika

membuat wajah wanita di sebelah

mas Johan itu berubah kaget.

Matanya menatap padaku dan kakak

iparku itu bergantian.

Oh, jadi kamu, selingkuhan mas

Johan, juga! tuduhnya, lantas tanpa

Tedeng aling-aling perempuan itu

hendak melayangkan tangannya ke

wajahku. Namun, dengan cepat mas

Johan menahannya.

.

.

.

Lepas, Mas! Akan aku beri

pelajaran wanita yang mengaku-ngaku

istrimu ini! teriaknya sambil terus

berusaha melepaskan cekalan tangan

mas Johan. Padahal Sila

memanggilnya papa karena mengikuti

memanggilnya papa karena mengikuti

Dela.

Karena tak mau diam akhirnya

suami dari mbak Sari itu

membawanya pergi dari hadapan

kami.

Bisa kutebak dari perkataan

perempuan tadi, kalau ia adalah

simpanannya mas Johan. Aku tak

menyangka lelaki itu bisa bermain

serong di belakang mbak Sari.

Padahal selama ini aku

perhatikan hubungan keduanya

terlihat baik-baik saja. Apa mungkin

karena sikap mbak Sari yang selalu

mengatur. Hingga membuat suaminya

itu mencari kesenangan di luar.

Mengenai penampilan tentu saja

mbak Sari kalah dari si perempuan

tadi yang jelas terlihat lebih cantik dan

terawat.

.

.

.

Umi? panggil Sila, membuatku

sedikit kaget saat putriku itu menarik

pinggiran gamisku. Sila sudah turun

dari gendonganku.

E-iya, Nak? Ada apa? tanyaku.

Itu, kita ke nenek? ajaknya

menunjuk mama yang tengah

berbicara dengan seorang pria

berpenampilan rapi lengkap dengan

jas hitam yang melekat di tubuh pria

itu. Dapat dipastikan lelaki itu adalah

manajer restoran ini. Terlihat mama

memberikan sejumlah uang, sudah

pasti uang untuk ganti rugi keributan

yang sudah kubuat.

Usai menyelesaikan ganti rugi

dengan manajer restoran ini, mama

kembali mengajakku duduk di meja

yang sudah kupilih tadi. Lantas mama

memesan hidangan kesukaanku

seafood, sementara ia dan Sila

memesan ayam goreng. Sungguh

sangat nikmat makanan ini, mungkin

karena aku sudah lama tak

memakannya sekian tahun.

.

.

.

Semenjak memutuskan menikah

dengan mas Arman dan meninggalkan

semua yang kupunya, kehidupanku

mulai berubah makan seadanya dan

pakaian pun seadanya, tapi walaupun

begitu aku bahagia karena memiliki

suami yang begitu baik dan saleh,

mengajarkanku banyak hal salah

satunya tentang cara bersyukur dan

menghamba kepada sang Khaliq.

Mengingat itu semua, aku baru

ingat jika kepergianku ini tanpa

sepengetahuan mas Arman pasti ia

sangat cemas, tapi harus bagaimana

lagi, jika aku pulang sudah pasti akan

kembali ke rumah mertuaku dan

bertemu mbak Sari, ia pasti akan

menertawaiku karena menjilat ludah

sendiri.

.

.

Kamu kenapa bengong aja dari

tadi? tanya mama, sembari menyuapi

Sila dengan tangannya sendiri. Terlihat

Sila begitu lahap menikmati ayam

goreng yang jarang sekali ia makan.

Kemudian aku menceritakan

semua tentang apa yang kualami dari

mulai pernikahan Danu, kebakaran,

dan pertengkaranku dengan mbak

Sari, yang hanya di tanggapi santai

olehnya.

Kembalilah, kasihan suamimu,

pasti cemas. Kali ini mama tidak

menghakimi diriku mengenai pilihan

hidup yang sudah aku pilih sendiri.

Mungkin beliau juga sudah lelah jika

harus terus bersitegang denganku.

Aku tahu, tapi aku malas jika

harus tinggal seatap dengan mbak

Sari. Aku mendesah kasar. Kembali

membayangkan bagaimana mbak Sari

mengejek diriku, kalau aku tinggal

seatap dengannya.

.

.

.

Tinggallah bersama suamimu di

mana pun ia berada dan terimalah

keadaannya sebagai seorang istri

yang baik, karena itu pilihanmu dari

awal, nasehat mama dengan nada

sedikit mengejek.

Kuhela napas kasar, baru saja aku

memujinya, dan sekarang mama

kembali mengejek.

Ada benarnya juga sih, apa yang

di katakan mama memang benar

seorang istri seharusnya selalu berada

di samping suaminya dalam keadaan

adapun.

.

Oma, Sila udah kenyang, ucap

putriku di sela-sela obrolan kami.

Lantas mama pun menghentikan

suapannya pada Sila dan memberinya

air putih di hadapannya.

Wanita yang masih mengenakan

pakaian kerjanya itu terlihat senang

melayani putriku. Melihat bagaimana

mama memperlakukan cucu yaitu, aku

menyadari semenjak kepergianku

pasti ia sangat kesepian, seharusnya

waktu itu aku menepati janji kembali

padanya setelah kedua orang tuaku

meninggal.

Namun, rasa cintaku pada mas

Arman membuatku mengingkari janji

itu dan meninggalkan wanita yang

sejak kecil mengurusku dengan baik.

Anak macam apa aku ini!

Selepas makan malam bersama,

awalnya aku akan pulang malam itu

juga. Namun, mendengar Sila yang

terus merengek ingin menginap,

karena sebelumnya sempat di janjikan

mama non ton film kartun kesukaan

itu dikamar omanya jika ia menginap.

Lantas dengan terpaksa aku pun

mengabulkan keinginannya. Lagi pula

aku pun belum memikirkan jawaban

apa yang akan kuberikan pada mas

Arman jika ia menanyaiku banyak hal.

 

.

.

.

Keesokan harinya

Setelah berhasil menekan egoku

karena gengsi kembali ke rumah yang

paling mewah di kampung ini,

sekarang aku berdiri tepat berada di

hadapan pria yang membuatku jatuh

hati itu-sedari tadi mulutnya terkatup

rapat-sorot matanya tajam menatap

ke arahku-tangannya bersedekap di

depan dada. Sementara putriku sudah

berlari masuk ke dalam rumah untuk

bermain boneka bersama Della.

Maaf, lirihku.

Ucapan maafku tak ia hiraukan,

suamiku berbalik dan masuk ke dalam

rumah meninggalkanku yang masih

diam terpaku. Sepertinya kesalahanku

sudah terlalu fatal, haruskah aku jujur

dengan semuanya, tapi apa ia akan

memaafkanku setelah tahu begitu

banyak hal yang sudah aku tutup

darinya.

.

.

.

Aku menghembuskan napas

dengan kasar, kepalaku mendadak

jadi pening memikirkan hal ini.

Kemudian aku melangkah masuk ke

dalam menyusulnya.

Di sana terlihat ia yang tengah

berdiri di jendela kamar yang dulu

pernah ia tempati sebelum menikah

denganku. Kamar bercat biru itu

terlihat begitu maskulin dengan

beberapa gambar mobil dan motor

balap.

Katakan, apa yang harus

kulakukan agar kau

kaumemaafkanku? tanyaku berdiri di

belakangnya.

la berbalik dan menatapku lekat

seolah mencari sesuatu dari mataku.

Katakan, siapa kau

sebenarnya?!

NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: TERDIAM DALAM TAKDIR (PART24)
Next Post: TERDIAM DALAM TAKDIR (PART22)

Related Posts

Tetangga idaman (PART31) Kisah Menarik
Tetangga menggoda (part6) Kisah Menarik
**Judul: Malam di Rawa** Kisah Menarik
JANGAN OM (PART74) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART30) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART18) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme