TETANGGA IDAMAN (PART28)
Isi Postingan:
TETANGGA IDAMAN PART28
… Ceritadewasa …
.
.
.
Halo assalamualaikum.
Akhirnya kuangkat juga itu telepon. Gak sampai hati mengabaikan perempuan yang kucintai itu begitu saja.
Beberapa detik berlalu, tapi belum ada suara dari ujung telepon. Aku semakin penasaran. Apa yang sebenarnya terjadi…
.
.
.
.
Mbak? Mbak Rif baik-baik aja, ‘kan? Suara isak menyambut pertanyaanku.
Mbak, kenapa? Apa yang membuat, Mbak menangis? Kekhawatiran memenuhi pikiran.
Gegas aku berdiri dari tempat duduk dan menghampiri motor. Baru juga menyalakan mesin, sebuah suara menghentikan.
.
.
.
.
Rif… Arif… mau ke mana, lu?
Halah kepo, batinku. Aku gak mengindahkan panggilannya, karena yang ada di pikiranku sekarang adalah Mbak Rifani seorang.
Bayar dulu kopinya, sebelum minggat. Suara itu semakin kencang. Yaelah, gak tahu orang lagi buru-buru, apa? Ada aja halangannya.
Aku lupa kalau sedang nongkrong sambil menunggu orderan penumpang di warung kopi. Air hitam panas yang tadi kupesan itu masih kunikmati beberapa seruput. Masih tersisa
separuh cangkir lebih dan aku memang belum membayarnya. Aku menghampiri mpok penjual
kopi, membayarnya, lalu gegas menghampiri kekasih hati.
.
.
.
.
Di sepanjang perjalanan, aku hanya memikirkan telepon yang masuk tadi. Kenapa perjalanannya jadi terasa semakin lama? Aku iyain segera sampai di tempat Mbak Rifani dan memastikan keadaan tetanggaku itu.
Sengaja gak mampir rumah, langsung memarkirkan motor di pinggir jalan depan rumah Mbak Rifani, semoga Emak gak melihatku menghampiri wanita itu.
Sesampainya di teras, aku mengetuk pintu perlahan. Namun, sama sekali gak ada respon dari dalam, dan itu membuatku sangat
khawatir.
.
.
.
.
Kuambil gawai dari saku celna dan menghubunginya lagi. Berdering, tapi gak diangkat. Aku pun menelepon Angga. Nihil, Angga sedang berada di kampus sejak pagi dan gak mengetahui kakaknya ada di mana.
Karena pikiran lagi buntu, aku memutuskan untuk pulang ke rumah sebentar. Siapa tahu setelah mencuci muka nanti, pikiran jadi fresh dan bisa segera menemukan Mbak Rifani.
Mendengar suara motor yang kuparkir di depan rumah, Emak segera menghampiri dengan langkah lebar.
.
.
.
.
Ah… modiar, apa Emak tadi melihat aku menghampiri rumah Mbak Rifani dan sekarang beliau ingin memarahiku? Nyaliku menciut.
.
.
Rif, ayo ikut! Emak menarik pergelangan tanganku begitu saja, ekspresi wajahnya sulit
kudeskripsikan, tapi yang jelas, aku semakin takut. Emak menyret langkahku menuju kamar dan mataku langsung dibuat melotot ketika pintu dibuka.
.
.
Wanita yang sejak tadi aku cari-cari, rupanya berada di kamarku sendiri. Matanya merem, wajahnya sembab.
.
.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
LANJUT
Related: Explore more posts