JANGAN OM (PART15)
Isi Postingan:
JANGAN OM PART15
…CERITADEWASA…
.
.
.
Saat berada di kamarnya,
Kinan memilah-milah baju di
lemari. la merasa tidak ada yang
cocok untuk dipakai ke kampus.
Semua baju yang diberikan Aryo
terlalu mahal dan mewah,
kurang sesuai untuk kegiatan
sehari-hari di kampus. Kemarin,
Kinan memutuskan memakai
celana jeans dan kaos sederhana.
Namun, pilihan pakaian
santainya terbatas. Ia menghela
napas, bingung.
….
.
Masa iya,aku harus pakai
dress seksi seperti ini buat
kuliah? Bisa jadi bshan
omongan satu kampus ntar,
gumamnya dengan raut wajah
gelisah.
Setelah beberapa menit
mempertimbangkannya,
akhirnya, Kinan mengambil
ponselnya dan mengirim pes
kepada Aryo.
Om, boleh nggak aku
belanja pakaian baru? Soalnya
baju-baju yang Om siapin
semuanya nggak cocok buat ke
kampus. Ini terlalu mewah. Aku
nggak mau jadi pusat perhatian
atau bahan gunjingan
anak-anak kampus.
Tak lama, ponselnya
bergetar. Aryo membalas
pesannya.
…
Bersiaplah, 20 menit lagi
akujemput. Aku akan
mengan tarmu ke mal, biar
kamu bisa pilih pakaian yang
kamu suka.
Kinan tersenyum lega. la
pun bersiap-siap, mengenakan
dress bermotif floral sepanjang
bawah lutut, lalu turun ke
bawah bersiap menunggu Aryo
datang.
Sesuai dengan
perkataannya, 20 menit
kemudian Aryo sampai di villa.
Kinan sudah siap menunggunya
di depan pintu. Begitu masuk ke
dalam mobil, Kinan melihat
Aryo sedang membaca berkas,
yang baru saja dikirimkan oleh
sekretarisnya melalui email di
ponselnya.
Kamu mau beli baju apa?
tanya Aryo, matanya tetap
terpaku pada layar ponsel.
Baju santai aja, Om, buat
ke kampus.
Memang baju yang aku
siapkan kemarin kenapa?
Kurang bagus? Aryo
mengernyitkan dahi sambil
mengalihkan pandangannya ke
arah Kinan.
…
Bukan kurang bagus, Om,
cuma… itu enggak cocok buat ke
kampus. ucap Kinan merasa
tidak enak kepada Aryo.
Aryo mengangguk, lalu
segera menyuruh sopir untuk
membawa mereka ke mal.
Setibanya di mal, Aryo langsung
mengajak Kinan menuju sebuah
store pakaian dari brand Shanel.
Saat memasuki store tersebut,
Kinan mulai melihat-lihat baju
yang dipajang di etalase.
Namun, begitu melihat
harganya, matanya membelalak
kaget.
Buset, baju satu harganya
jutaan, mahal banget, batinnya.
Kinan buru-buru menarik
Aryo untuk mengajaknya keluar
dari dalam Store tersebut. Aryo,
yang kebingungan, hanya
mengikuti sambil bertanya,
Kenapa? Enggak ada yang kamu
suka di tempat tadi?
Bukan enggak suka, Om,
tapi… harganya terlalu mahal.
Bisik Kinan pelan, takut
terdengar oleh pegawai Store
tersebut.
Mahal? Menurutku
enggak. Yang penting kamu
suka, nanti akan aku belikan,
Aryo menjawab santai.
Enggak-enggak, Om. Aku
mau baju yang biasa saja, yang
pas dipakai ke kampus.
….
Barang-barang branded seperti
itu terlalu mencolok kalau buat
mahasiswa kampus. Kecuali aku
anak Sultan. Sahut Kinan,
seraya menarik lengan Aryo,
agar menjauh dari Store tadi.
Kan memang benar, kamu
istri Sultan, sahut Aryo
mempertegas posisi Kinan.
Mendengar ucapan
sombong dari Aryo, Kinan pun
hanya bisa memutar bola
matanya. Enggak gitu, Om. Kan
orang-orang enggak tahu kalau
aku istri muda Om Aryo. Mereka
taunya aku cuma gadis kampung
biasa, balas Kinan.
Merasa tak ingin berdebat
lebih jauh, Aryo akhirnya
mengalah dan menuruti
keinginan Kinan. Mereka pun
berpindah ke store pakaian
dengan brand yang lebih
sederhana, dengan harga
pakaian yang lebih terjangkau di
kisaran ratusan ribu saja.
….
Aryo mengajak Kinan ke
store baju dengan merek Zero
dan H.N. Sesampainya di sana,
Aryo mempersilakan Kinan
untuk memilih pakaian yang
disukainya dan cocok untuk
dipakai ke kampus. Kinan pun
mulai berjalan mengelilingi
etalase, memperhatikan satu
per satu baju yang tertata rapi.
Wah, bagus-bagus semua,
jadi bingung mau pilih yang
mana, gumam Kinan, kagum
dengan koleksi pakaian di sana.
Setelah beberapa saat, ia
memilih beberapa baju yang
menurutnya cocok dan mulai
mencoba satu per satu di ruang
ganti. Ketika ia keluar
mengenakan dress selutut yang
menurutnya terlihat bagus,
Kinan bertanya, Yang ini
gimana, Om? Bagus nggak?
Aryo menatapnya sejenak
lalu menggeleng. Nggak, itu
kurang bagus. Bagian atasnya
terlalu terbuka. Ganti yang lain
Kinan kembali ke ruang
ganti dan mencoba pakaian lain.
Namun, setiap kali ia mencoba
baju yang terlihat sedikit
terbuka atau tampak terlalu
mencolok, Aryo langsung
menyuruhnya untuk mengganti.
…
Aryo tampaknya lebih memilih
baju yang terlihat sopan dan
tertutup untuk Kinan.
Setelah beberapa kali
mencoba, Kinan akhirnya
sedikit jengkel. la manyun dan
berkata dengan nada kesal,
Nggak sekalian aja, Om Aryo
suruh aku pakai gamis ke
kampus.
Aryo tersenyum tipis
mendengar protesnya. Itu
malah lebih bagus, kalau kamu
mau sekalian pakai hijab juga.
Kinan mendengus pelan
dan kembali masuk ke ruang
ganti, merasa Aryo terlalu
berlebihan. Meski begitu, di
dalam hati ia tersenyum geli,
sedikit terhibur dengan
perhatian Aryo yang protektif.
Setelah lelah berkeliling
dan membeli baju serta
perlengkapan kuliah lainnya,
Aryo mengajak Kinan makan di
salah satu restoran favoritnya di
mal tersebut. Saat mereka
hendak memasuki restoran,
Aryo tidak sengaja berpapasan
dengan seorang rekan bisnisnya.
Malam, Pak Aryo! Saya
tidak menyangka bakal bertemu
Bapak di sini, sapa pria berusia
lebih muda dari Aryo itu,
dengan ramah.
…
Malam juga, Pak David.
Apa kabar? Pak David habis
makan disini? Aryo membalas
sambil tersenyum tipis.
Kabar Baik, Pak Aryo. Iya
pak,saya baru saja selesai makan
disini. jawab David sambil
melirik ke arah Kinan, yang
berdiri di samping Aryo. Oh…
ya, Ini siapa Pak?
Ini… keponakan saya, Pak
, jawab Aryo sedikit gugup.
David tersenyum, tampak
terkesan. Cantik sekali ya, Pak,
keponakannya. Halo,
perkenalkan saya David.
Namanya siapa dek? David
memperkenalkan diri kepada
Kinan dengan ramah.
Saya Kinan, Om…
keponakannya Om Aryo, jawab
Kinan sambil tersenyum,
menyapa David dengan sopan.
Setelah berbasa-basi
sejenak, Aryo pun berpamitan
kepada David, lalu mengajak
Kinan masuk ke dalam restoran.
Di dalam, Aryo tampak sedikit
lega, berusaha menutupi
kemarahannya.
…
Setelah mereka duduk di
dalam restoran, Aryo
memandang Kinan dengan
serius dan memberi nasihat,
Kinan, besok-besok lagi kalau
ketemu laki- laki yang tidak
dikenal, jangan terlalu ramah.
Aku tidak ingin kamu dirayu
atau dimanfaatkan oleh laki-laki
yang punya niat buruk karena
kepolosanmu.
Kinan mendengarkan
dengan wajah bingung lalu
menjawalb, Memang
dimanfaatkan seperti apa, Om?
Kan Kinan bukan orang kaya.
Cantik juga enggak. Apanya
yang mau dimanfaatkan dari
Kinan?
Aryo mendesh pelan,
menahan emosi yang hampir
terulas mendengar komentar
Kinan. Nggak usah banyak
tanya. Pokoknya ingat
kata-kataku. Kamu nggak boleh
terlalu ramah atau terlalu akrab
dengan laki-laki yang baru kamu
emui. Kebanyakan laki-laki di
kota ini… mereka brengsek.
Kinan menatap Aryo sambil
mengerling tajam, menyahut
dengan nada sarkas, Oh…
seperti Om Aryo,contohnya?
Aryo mengangkat alis,
sedikit terkejut, tetapi
kemudian ia hanya mendengus
pelan. Jaga ucapanmu Kinan,
aku brengsek juga karena
ulahmu, ujarnya, berusaha
menahan jengkel. Keduanya
saling tatap sesaat, lalu mereka
pun memutuskan, menikmati
makanan mereka dalam diam.
…
Setelah tiba di rumah,
selesai belanja bersama Aryo,
Kinan segera mandi, lalu
merebahkan tubuhnya di kasur,
merasakan kelelahan setelah
seharian beraktivitas. Namun,
sebelum ia benar-benar terlelap,
tiba-tiba pintu kamarnya
terbuka. Aryo masuk tanpa
mengetuk, membuat Kinan
mengernyit heran.
Ada apa, Om?
Malam-malam ke kamarku, Om
Aryo ada perlu apa denganku?
tanyanya dengan sedikit
penasaran.
Tanpa menjawab, Aryo
mendekatinya dan duduk di tepi
ranjang, tepat di samping Kinan
yang masih berbaring. Perasaan
Kinan mnulai tidak nyaman. Di
kepalanya, alarm bahaya seakan
berbunyi.
Aku ke sini… hanya ingin
minta bayaran. Dari semua yang
kamu dapatkan hari ini, ucap
Aryo pelan.
Kinan terkejut dan
membelalakkan matanya,
merasa tak percaya. Maksud
Om apa? Bayaran apa yang Om
Aryo minta dari Kinan?
Namun, alih-alih
menjelaskan, Aryo
mendekatkan diri dan menarik
tengkuk Kinan, lalu
mencimnya.
Kinan terdiam, merasa
kaget dan takut. Dengan cepat,
ia mendorong Aryo menjauh,
berusaha menghindari situasi
canggung tersebut. Om lepas..
Om Aryo Kan udah janji nggak
bakalan maksakenan lagi!!
katanya dengan suara bergetar,
berusaha mengendalikan
dirinya.
…
Aku memang berjanji
untuk tidak memaksamu
berhubungan Kinan. Tapi, aku
tidak berjanji untuk tidak
mencimmu atau menyentuh
tbuhmu. Jawab Aryo tegas.
Setelah mengatakan itu,
Aryo pun kembali menarik
tengkuk Kinan dan mencim
bbirnya. Ciman yang awalnya
pelan dan lembut itu, lama-lama
berubah semakin liar dan lebih
menuntut. Kinan yang masih
merasa syok pun hanya terdiam
menerima perlakuan Aryo. Dia
tidak berani membantah lagi,
takut mendapatkan hukuman
yang lebih parah daripada ini.
…
Setelah beberapa saat, Aryo
pun melepaskan cimannya
dari bbir Kinan. Nafas Kinan
sudah tidak teratur dan
jantungnya berdegup kencang.
Tidurlah Kinan, besok
kamu harus kuliah pagi kan!!
ucap Aryo sembari merebahkan
badannya di sebelah Kinan.
Melihat Aryo yang tidur di
sebelahnya Kinan pun
mengernyitkan dahinya, Om
Aryo ngapain tidur di sini?
Tanya Kinan sedikit risih
dengan kehadiran Aryo.
Ini rumnahku jika kamu
lupa. Jadi aku bebas mau tidur
di mana saja. Sahut Aryo
sambil memejamkan matanya.
Tidur Kinan…atau kamnu mau
aku melanjutkan kegiatan yang
tadi? Ucap Aryo menggoda
Kinan.
Dengan cepat, Kinan pun
lalu membaringkan tbuhnya
memunggungi Aryo. Kinan lalu
memejamkan matanya, karena
dia memang sudah sangat
mengantuk dari tadi. Tal
memerlukan waktu lama, Kinan
pun masuk ke alam mimpi.
Aryo yang melihat Kinan sudah
tertidur, lalu merapatkan
tbuhnya ke arah Kinan dan
memluk tbuh Kinan dari belakang
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts