BALADA BESAN DAN MENANTU (PART27)
Isi Postingan:
BALADA BESAN DAN MENANTU PART27
…Ceritadewasa…
.
.
.
Umi Latifah menghela napas dalam, mencoba
menenangkan hatinya yang bergejlak.
Namun, justru semakin tak terkendali. Dengan
tatapan yang penuh perasaan,
memberanikan diri untuk berkata.
Mas Wira… aku… aku sebenarnya sudah lama
menyimpan perasaan ini. Mungkin kamu
nggak tahu, tapi aku sudah lama menyukai
kamu, bahkan dari sejak kamu masih menjadi
suaminya, Lina.
Pak Wira tetap diam, hanya menatapnya
dengan senyum tenang. Umi Latifah
melanjutkan, meskipun suaranya semakin
bergetar, Kalau selama ini aku sering
ngomong buruk tentang kamu di depan orang
lain, itu bukan karena aku benci. Justru
sebaliknya. aku… aku nggak mau ada wanita
lain yang dekat sama kamu, Mas. Aku… aku
tak kuasa menahan cemburu.
.
.
.
Pak Wira tersenyum lebih lebar, seolah ucapan
Latifah bukanlah sesuatu yang
mengejutkan baginya. Umi… aku sudah lama
tahu itu. Aku bisa merasakannya.
Umi Latifah terkejut mendengar jawaban itu.
Kamu… kamu sudah tahu perasaanku?
Pak Wira mengangguk pelan. Ya, aku bisa
merasakan jika kebencianmu selama ini
adalah ungkapan rasa cinta, rindu dan
cemburu fb podcast hiburan yang berusaha kamu sembunyikan.
Tapi, aku memilih diam. Aku tidak ingin
merusak apa pun di antara kita… terutama
mengingat kamu adalah istri dari besanku,
Ustad Bidin.
Umi Latifah terdiam, merasakan perasaan
bersalah yang tiba-tiba menyergap. Namun,
perasaan senang, dan hasrat yang ia pendam
selama ini seolah lebih kuat daripada
logikanya. Ia merasa malu, namun sekaligus
tak bisa menahan bahagianya dan
keinginannya untuk terus melanjutkan
sesuatu yang benar-benar telah ia genggam.
.
.
.
Aku nggak tahu kenapa, tapi perasaan ini
terlalu kuat, Mas. Aku nggak bisa
mengabaikannya lagi. Aku cemburu setiap
kali melihat kamu dengan orang lain. Aku
ingin kamu… untuk aku seutuhnya, Mas, ucap
Umi Latifah dengan suara pelan namun penuh
keyakinan.
Pak Wira hanya menatapnya, senyum yang
tersirat di wajahnya masih belum memudar.
Umi, aku menghargai perasaanmu. Tapi kita
harus hati-hati. Ini bukan hanya soal kita
berdua, ini melibatkan banyak hal lain…
Namun, Umi Latifah sudah terlalu dalam
tenggelam dalam
perasaannya.
mendekatkan tbuhnya lebih dekat lagi,
seolah semua alasan dan logika yang tadinya
ada kini hilang, tersapu oleh perasaan yang
menguasai dirinya.
.
.
.
Pak Wira, meski tersenyum, tidak segera
merespon lebih jauh. Ia tahu bahwa apa pun
yang terjadi setelah ini, bisa membawa
konsekuensi besar bagi mereka berdua.
Entahlah aku tidak bisa menahan hasrat ini,
untuk kembali melihat cincin yang kamu
kenakan tadi dan…. Ucapan Umi Latifah tiba
-tiba terhenti, matanya beralih ke bawah.
.
.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts