Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

Tetangga menggoda ( part 2 )

Posted on June 4, 2025 By admin

Tetangga menggoda ( part 2 )

Isi Postingan:

Tetangga menggoda part 2

ceritadewasa

Hujan mencampakkan langit karena ingin

mencmbu bumi. Hujan tercengang ketika

dilihatnya matahari mencintai bumi sama

besarnya. Matahari menyapu bersih bekas

kecupan yang ia torehkan semalam.

Halah, sok puitis! Bilang saja kalau tadi hujan

lebat mengguyur kota ini, dan sekarang matahari

tanpa sungkan memamerkan senyumnya.

Terbentuklah pelangi yang indah di langit bagian

barat.

Aku duduk di teras warung kelontong milik emak.

Secangkir kopi hitam menemaniku menikmati

suasana dingin sore ini. Sesekali bunyi air yang

jatuh dari dedaunan terdengar.

Melalui gawai yang layarnya sudah gak jernih lagi,

aku berselancar di media sosial, mencari…

Maen hape muluuuuu… mandi-mandi sanah,

sudah sore inih. Suara emak menggelegar dari

arah belakang.

Iya, Mak. Bentar lagi, ngabisin kopi dulu.Nanggung nih.

Namaku Arif Pradipta, anak bujang emak satu-

satunya, tapi enggak pernah dimanja, eh. Umurku

sembilan belas tahun, baru juga lulus sekolah

menengah kejuruan.

Kata Emak, aku tuh ganteng. Yaiyalah … anak

sendiri juga. Kulit putih yang kumiliki turunan dari

Emak, sementara pahatan wajah dan perawakan

tinggi yang mencapai 165cm ini adalah hasil dari

sumbangan Bapak ke Emak waktu mencetakku

dulu. Haishh.

Sejak kecil, aku hanya bisa melihat wajah Bapak

melalui potret yang merekam pernikahan yang

selalu Emak simpan dengan rapi. Iya, Bapak

memang setampan itu. Nampak semburat

kebahagiaan yang tergambar dari wajah-wajah

pada foto tersebut. Sayangnya kebahagiaan itu

tak berlangsung lama. Bapak meninggal dunia

ketika aku masih berumur dua tahun.

Dari cerita tetangga yang sering kudengar, sejak

kepergian Bapak, kehidupan Emak jadi jungkir balik 180. Wanita yang dulunya selalu dimanja

suami dan hanya menjadi ibu rumah tangga,

tanpa tahu rasanya bekerja, jadi membanting

tulang sendirian demi membesarkan anak lelaki

yang disayanginya. Ah, Emak. I love you forever,

Mak.

Beberapa hari ini emak mengomeliku karena gak

sat set seperti yang diharapkan. Mungkin beliau

mulai risih melihatku berseliweran di hadapannya

pas jam-jam orang bekerja.

Aku bukannya suka jadi pengangguran, cuma lagi

nyari kerja, tapi belum beruntung saja. Sekarang

nyari kerjaan tuh kayak nyari jarum di tengah

lautan-sulit. Apalagi yang cuma lulusan SMK

macam aku.

Sebenarnya aku ingin sekali kuliah seperti teman-

teman lainnya. Bahkan, tanpa sepengetahuan

Emak, aku ikut daftar UTBK-SBMPTN dan masuk

seleksi. Namun, aku harus merelakan

kesempatan itu begitu saja, karena gak tega

meminta uang Emak untuk daftar ulang.

.

.

Bukannya memberi lembaran kertas merah, tapi

malah menangis karena merasa gak mampu

mendukung cita-cita anak, pasti. Aku gak mau

melihat Emak menangis lagi.

Sebuah mobil berwarna hitam memelankan

lajunya dan berbelok ke halaman rumah kosong

yang berada tepat di samping rumahku. Gak lama

kemudian, seorang lelaki lebih dulu turun dan

membukakan pintu mobil sebelah kiri. la

menengadahkan tangan, mempersilakan seorang

perempuan turun layaknya pangeran ke putri

mahkota. Romantis sekali. Mungkin mereka

adalah sepasang pengantin baru.

Apa mereka orang yang telah membeli rumah itu

ya? Pikirku. Kudengar beberapa minggu yang lalu,

rumah yang ditempeli plakat ‘rumah dijual’ itu

telah laku.

Gak lama setelah itu, motor gede yang dikendarai

seorang pemuda menyusul dan parkir di

belakang mobil. Dia siapa lagi? Dilihat dari

wajahnya ketika membuka helm, pemuda itu seumuran denganku. Bedanya dia lebih bening,

keliatan banget kalo keturunan priyayi. Ihiirrr.

Sepasang suami istri melihat-lihat keindahan

rumah dari depan dengan lengan suami yang

merangkul istrinya. Senyum terus terukir di kedua

bibir itu. Seolah seluruh kebahagiaan yang ada di

bumi sore ini adalah milik mereka berdua.

Yaiyalah bahagia, pasangan mana yang enggak

bahagia, kalau bisa membeli rumah sendiri.

Apalagi rumah itu adalah rumah terbagus yang

ada di kampung ini. Rumah berpagar besi dengan

segala kemewahan yang ada di dalamnya.

Aku terhenyak ketika tatapan mereka tiba-tiba

terarah padaku, Mas …, sapa si lelaki ramah.

Sementara si perempuan menganggukkan

wajahnya sambil tersenyum semanis gulali.

Jarak halaman rumahnya memang sangat dekat

dengan teras warung kelontong emak. Tembok

yang menjadi tanda pembatas antara tanah

mereka dan tanah Emak hanya setinggi perut

orang dewasa, selebihnya adalah ukiran besi orang dewasa, selebihnya adalah ukiran besi

yang menjulang ke atas. Jadi, kami bisa saling

melihat aktifitas masing-masing. Ups, jangan-

jangan mereka tahu kalau sejak tadi aku

perhatikan. Duh, malunyaa…

Hhee, enggih. Monggo …, balasku dengan

nyengir kuda.

Kuangkat cangkir kopi yang tertinggal ampas dar

melipir ke belakang. Kabuuurr …


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: Tetangga menggoda ( part3 )
Next Post: Tetangga menggoda ( 00 )

Related Posts

Judul: Gua Rahasia Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART28) Kisah Menarik
HARI KELABU Kisah Menarik
Tetangga idaman (PART56) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART59) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART43) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme