Tetangga menggoda (part18)
Isi Postingan:
Tetangga menggoda part18
…. ceritadewasa ..
.
.
.
Hingga samar-samar aku bisa melihat
pergerakan bayangan manusia di dalamnya.
Udah malam, kok malah menyalakan lampu.
Kira-kira apa yang sedang mereka lakukan ya?
Tiba-tiba aku jadi kepo.
Setelah hampir seminggu gak bertemu, pasti
mereka sedang kangen-kangenan. Aku
menjawab pertanyaanku sendiri.
Glek!
Otakku mendadak traveling ke mana-mana.
Astagfirullah… aku segera menutup jendela dan
menjauhinya. Mungkin segera tidur, bisa
membuat otakku kembali waras.
Aku sudah berusaha merem, tapi tetap gagal
tidur. Sudah setengah jam aku bolak-balik di atas
ranjang, dari mulai miring, telentang, tengkurap,
posisi seperti apapun tak juga membuatku
nyaman dan tertidur pulas. Wajah Mbak Rifani
beserta ceritanya waktu itu berputar-putar dalam
ingatan juga pikiranku.
Kata-kata Mbak Rifani waktu itu masih terekam
jelas di ingatanku.
..
Dulu di awal pernikahan, Mas Nata pernah bilang
kalau dia sangat menginginkan anak perempuan
yang lucu, imut, pinter, cerdas, dan bikin gemes
seperti Gempita Loka. Anak artis yang sudah
terkenal dari Sabang sampai Meraoke sejak
sebelum lahir itu. Pun dengan saya. Saya juga
mendambakannya. Rasa bersalah berulang kali
menampar jiwa, ketika menyelisik hasil dari
tespek yang selalu menunjukkan satu garis
berwarna merah keunguan.
Sepertinya, Mbak Rifani benar2 sudah
memercayaiku. Buktinya, dia menceritakan hal-
hal yang sangat sensitive.
Saya sudah berusaha sebaik mungkin loh, Rif.
Setelah melakukannya dengan suami, saya
segera berbaring telentang dengan posisi kepala
di bawah dan kedua kaki kuangkat ke atas,
menempel dinding. Kata Mbah gugel yang
sempat kuselancari, dengan posisi seperti itu
selepas melakukan hubungan suami istri, cairan
bibit bayi memiliki kesempatan yang lebih baik untuk mencapai sel telur. Tidak lupa, kutaruh
ganjalan bantal pada pinggul agar cairan cinta itu
dapat terus masuk ke rahim.
Mbak Rifani menjeda cerita. Mengambil napas
sebelum melanjutkan curhatan yang mungkin
saja membuat hatinya nyeri.
Udah, gapapa. Besok dicoba lagi’ ujar Mas Nata
setiap kali saya tunjukkan benda kecil bergaris
satu itu dengan muka masam. Dulu, suamiku itu
selalu menenangkan, menyemangati, juga
melantukan kata-kata lembut dan manis, agar
saya nggak merasa bersalah berkepanjangan.
Namun, akhir-akhir ini, sikapnya jadi sedikit
berubah. Apalagi waktu aku mengajaknya periksa
ke dokter, dia malah marah-marah. Katanya, saya
terlalu teropsesi dengan anak. Padahal ‘kan saya
melakukan semua ini demi dia juga, demi
keutuhan rumah tangga kami.
Mengingat cerita Mbak Rifani waktu itu,
membuatku terbawa perasaan. Begadang
sendirian di dalam kamar sampai tengah malam,
..
Related: Explore more posts