JANGAN OM (PART 14)
Isi Postingan:
JANGAN OM PART 14
…Ceritadewasa..
.
.
.
Pagi itu, Kinan berangkat ke
kampus diantar oleh Aryo.
Sesampainya di halte dekat
kampus, Kinan meminta Aryo
berhenti sebelum mencapai
gerbang.
Udah, Om, berhenti di sini
aja. Kinan bisa jalan kaki
masuknya, kata Kinan.
Aryo menatapnya heran.
Kenapa nggak sampai dalam aja?
Kenapa harus turun di sini?
Kinan terkekeh sambil
bercanda, Takut ada yang lihat
Kinan diantar Om-Om, nanti
dikira Kinan simpanan Om Aryo
lagi.
….
Aryo membalasnya dengan
nada tenang, Kita masuk aja
sampai dalam. Nggak usah ribet
Ishhh… nggak usah, Om,
tolak Kinan cepat. Om Aryo kan
mau kerja. Nanti mnalah telat
kalau nganterin Kinan sampai
dalam. Kinan bisa jalan kok.
Akhirnya Aryo mengalah
dan menuruti keinginan Kinan
untuk berhenti di luar gerbang.
Setelah Kinan turun, Aryo
melanjutkan mobilnya masuk
ke dalam kampus. Kinan
natapnya dengan heran.
Loh, kok mobil Om Aryo
malah masuk ke kampus?
gumamnya pelan. Apa dia ada
urusan buat ngurus pendaftaran
aku, ya? Ah, biarin aja. Yang
penting nggak ada yang lihat
aku bareng Om Aryo.
Dengan perasaan lega dan
sedikit bingung, Kinan berjalan
masuk ke dalam kampus.
Setibanya di dalam kampus,
Kinan langsung menuju kantor
administrasi untuk melapor dan
mendapatkan informasi.
Petugas kantor kemudian
menunjukkan ruang kelas serta
kegiatan-kegiatan yang harus
diikuti hari itu. Hari ini adalah
hari pertama Kinan masuk
kampus, agenda hari ini diisi
dengan kegiatan orientasi
kampus ospek yang diadakan
khusus untuk mahasiswa baru.
Setelah diberi penjelasano
singkat, Kinan diarahkan
menuju aula utama tempat
ospek berlangsung. la melihat
beberapa teman seangkatannya
sudah berkumpul, semuanya
tampakgugup namun antusias.
…
Di aula, suasana riuh oleh suara
perkenalan dan pembagian
kelompok. Kinan segera
encari kelompoknya,
berusaha untuk berbaur dengan
teman-teman barunya dan
mengikuti arahan dari panitia
ospek.
Sambil mengenakan
seragam ospek yang sudah
ditentukan, Kinan merasa
sedikit tegang. Hari pertama ini
menjadi awal perjalanannya di
kampus, dia akan memulai
kehidupan barunya, bersama
orang yang baru juga.
Saat mengikuti kegiatan
ospek, semuanya berjalan
dengan lancar bagi Kinan. Ila
tengah duduk di bawah pohon
kala jam istirahat., ketika
tiba-tiba seorang laki-laki
menghampirinya.
…
Hai, kamu mahasiswa baru
? sapa laki-laki itu basa basi
Kenalin, gue Niko, Ketua BEM di
sini.
Kinan sedikit terkejut, tapi
segera menjawab, Oh, hai, Kak
Niko. Nama aku Kinan.
Niko tersenyum dan
mengangguk. Kinan,? Nama
yang bagus. Kamu ambil jurusan
apa?
Akuntansi, Kak, jawab
Kinan singkat sambil tersenyum
malu.
Niko tersenyum lagi,
menatap Kinan sejenak. Oke,
selamat bergabung di kampus
ini, Kinan. Semoga lancar ya
ospeknya, katanya dengan
nada ramah.
Setelah berkata begitu, Niko
pun melangkah pergi,
meninggalkan Kinan yang
masih sedikit terpana dengan
pertemuan singkat tadi.
Perasaannya jadi campur aduk-
antara risih dan tidak nyaman,
karena Ketua BEM kampus tadi
terus memperhatikannya.
Kinan kemudian kembali
berkumpul bersama
teman-temannya, berusaha
fokus mengikuti kegiatan ospek
selanjutnya.
….
Setelah kegiatan ospek hari
ini selesai, Kinan menuju kantin
untuk membeli minum. Tanpa
sengaja, ia bertemu dengan Fuji
dan Sally, teman-nya. Begitu
melihat Kinan, Fuji langsung
berteriak histeris, Kinan..
kamu beneran Kinan?
Kinan hanya mendengus
sambil tersenyum tipis
mendengar pertanyaan konyol
itu. Kamu nggak ketemu aku
beberapa minggu sih Ji? Sampai
udah lupa sama wajahku?
Bukan gitu, Kin. Aku kaget
aja lihat kamu di sini, jawab
Fuji sambil tertawa kecil.
Kamu kuliah di sini juga,
Kinan? Sally ikut bertanya,
memastikan.
….
Iya dong, nih …Aku baru
aja selesai ikut ospek, ucap
Kinan sambil menunjukkan
kartu tanda pengenalnya.
Ah, akhirnya kita bisa
sekolah lagi di tempat yang
sama kayak dulu, seru Fuji
dengan semangat.
Mereka bertiga pun
akhirnya menuju kantin
bersama, mengobrol dan
mengenang masa-masa sekolah
dulu dengan tawa dan canda.
Hari ini, Kinan berangkat ke
kampus diantar oleh sopir,yang
ditempatkan Aryo di villa.
Kinan berangkat ke kampus
bersama Aryo hanya saat hari
pertama kuliah dulu, selebihnya
dia diantar oleh sopir.
Nanti pulang jam berapa
Mbak Kinan? tanya sopir
pribadi Aryo yang bernama Pak
Danang.
….
Belum tahu pak!! Soalnya
hari ini kan pertama kali
pelajaran dimulai, sepertinya sih
sampai sore. Bapak kalau mau
pulang, pulang aja dulu Pak!.
Nanti saya hubungi kalau sudah
mau pulang, sahut Kinan.
Pak Danang sedikit ragu
dengan perintah dari Kinan.
Tapi setelah berpikir sejenak,
akhirnya dia menyetujuinya.
Oke kalau begitu, habis ini Bapak
pulang ke Villa dulu ya mbak.
Nanti kalau sudah mau pulang,
Mbak Kinan hubungi saya aja
bapak pasti langsung menuju
kemari.
Iya terima kasih ya Pak,
Kinan pun lalu berjalan masuk
kedalamn kampus.
Setelah beberapa hari
menjalani ospek, hari ini adalah
hari pertama perkuliahan resmi
Kinan sebagai mahasiswa.
Suasana kelas begitu tenang,
semua mahasiswa terlihat
berfokus pada aktivitas
masing-masing. Di sebelah
Kinan, seorang perempuan
dengan penampilan sederhana
namun cantik tiba-tiba
menyapanya.
…..
Hai, nama kamu siapa?
tanya perempuan itu pelan.
Oh, hai! Aku Kinan. Kamu
siapa? balas Kinan sambil
tersenyum.
Aku Rossa, jawab
perempuan itu sambil
tersenyum ramah. Kamu
berasal dari mana, Kinan?
Aku asli dari kampung
Rambutan, lumayan jauh dari
sini. Tapi aku tinggal di sini
sama Omku, ujar Kinan.
Kalau kamu sendiri dari mana?
Aku asli orang sini kok,
rumahku nggak jauh dari
kampus ini, jawab Rossa.
Percakapan mereka terhenti
sejenak saat terdengar
bisik-bisik dari beberapa
mahasiswa. Salah seorang
teman sekelas berbisik pada
yang lain, Hati-hati, ya, guys.
Kita bakal diajar sama dosen
killer hari ini. Katanya beliau
galak banget. Kalau ada
kesalahan sedikit aja, bisa
langsung kena tegur.
….
Kinan dan Rossa saling
berpandangan, merasa gugup
mendengar kabar itu. Tak lama,
suara langkah kaki terdengar di
luar kelas, dan semua
mahasiswa terdiam. Pintu kelas
terbuka, dan masuklah sosok
dosen yang dikenal killer itu.
Kinan menahan napas,
matanya membelalak. Ternyata
dosen yang berdiri di depan
kelas itu adalah Aryo, suami
Kinan. Ia merasa kaget, tak
menyangka suaminya adalah
dosen yang terkenal galak di
kampus ini.
…
Om Aryo,gumam Kinan
pelan, yang hanya bisa didengar
sendiri olehnya.
Aryo berdiri tegak di depan
kelas, menatap para mahasiswa
dengan ekspresi serius. Kinan
berusaha menenangkan diri,
berusaha agar ekspresinya tetap
tenang dan tidak menarik
perhatian. Di dalam hatinya, ia
merasa campur aduk-antara
kaget, canggung, dan khawatir,
terutama karena ia harus
menjaga hubungan mereka
tetap rahasia di kampus.
Aryo berdiri di depan kelas
dengan sikap tenang dan
profesional, seolah-olah ia sama
sekali tidak mengenal Kinan. la
menjalankan perannya sebagai
dosen dengan sangat baik, tidak
menunjukkan sedikit pun
bahwa ada ikatan di luar kelas
dengan salah satu mahasiswa di
ruangan itu.
…
Selamat pagi, semua,
sapanya dengan suara tegas.
Perkenalkan, nama saya Aryo
Banyu Pramudya. Kalian bisa
panggil saya Pak Aryo.
Semua mahasiswa
memperhatikannya dengan
penuh rasa ingin tahu, terutama
setelah mendengar reputasinya
sebagai dosen yang terkenal
tegas.
Hari ini, lanjut Aryo,
saya akan langsung memberikan
kuis untuk kalian. Saya ingin
melihat seberapa jauh
pemahaman kalian tentang
mata kuliah ini. Jika ada yang
keberatan, silakan angkat
tangan.
Kelas menjadi sunyi. Tak
ada satu pun mahasiswa yang
berani mengangkat tangan atau
berbicara. Mereka hanya saling
melirik, tampak terkejut dengan
metode tegas Aryo yang
langsung menguji pengetahuan
mereka di hari pertama.
Baik, kalau tidak ada yang
keberatan, kuis akan saya mulai
,ujar Aryo sambil membagikan
lembar soal kepada para
mahasiswa. Kinan menerima
kertas itu dengan hati-hati,
berusaha tetap tenang meski ia
merasagugup. Ia tahu Aryo
tidak akan memperlakukannya
secara khusus, dan ia pun tidak
ingin identitasnya sebagai istri
muda Aryo terungkap.
….
Kinan mulai membaca soal
dengan serius. Meski sedikit
tegang, ia merasa tertantang
untuk menunjukkan
kemampuan di depan Aryo,
dosen sekaligus suaminya yang
kini berperan sebagai sosok
tegas di kelas.
Setelah kuis selesai, Aryo
berdiri di depan kelas dan
mengamati para mahasiswa.
Kemudian, ia menunjuk salah
satu malhasiswi di bagian depan.
Kamu yang pakai baju
putih, kata Aryo sambil
menatap ke arah Kinan. Siapa
namamu?
Kinan, yang merasa sedikit
jengkel karena dipanggil seperti
itu, berusaha tetap tenang.
Saya Kinan, Pak, jawabnya
pelan.
Aryo mengangguk singkat.
Kinan, tolong bantu saya bawa
lembar jawaban ini ke ruangan
saya.
….
Kinan mendesh kecil,
namun ia tetap menurut. Baik.
Pak, jawabnya sambil bangkit
dari kursinya dan
mengumpulkan lembar-lembar
jawaban dari temnan-temannya.
Setelah berpamitan kepada
mahasiswa lainnya, Aryo
melangkah keluar dari kelas,
diikuti oleh Kinan yang
membawa tumpukan kertas
jawaban. Sambil berjalan di
belakang Aryo, Kinan sesekali
menggerutu dalam hati, merasa
kesal karena Aryo Ternyata
sama saja kelakuannya saat
dikampus.
Dasar om – om tua jelek.
Nggak di Villa, nggak di sini
sama aja suka memenrintahku,
gumamnya pelan, cukup keras
untuk dirinya sendiri, tapi tidak
mungkin terdengar oleh Aryo.
Namun pikiran Kinan salah
Aryo masih dapat mendengar
gerutuannya, Aku masih bisa
mendengar ucapamu Kinan,
ucap aryo sedikit jengkel.
….
Setelah beberapa menit,
mereka sampai di depan ruang
dosen. Aryo membuka pintu
dan memberi isyarat agar Kinan
masuk terlebih dahulu. Kinan
meletakkan kertas-kertas
jawaban di meja Aryo, masih
dengan wajah cemberut.
Aryo memperhatikan Kinan
sejenak, lalu tersenyum tipis.
Terima kasih sudah
membantuku, Kinan, ucapnya
dengan nada yang lebih lembut.
Namun, Aryo tetap menjaga
sikapnya agar profesional.
Kinan hanya mengangguk
singkat. Lalu berniat untuk
Langsung kembali ke ruang
kelas. Saat Kinan hendak
meninggalkan ruangan, Aryo
tiba-tiba mencekl tangannya
dan menariknya hingga tbuh
Kinan menabrak ddanya.
Terkejut, Kinan refleks
memeluk Aryo untuk menahan
keseimbangan, dan ia memekik
pelan karena kaget. Begitu
menyadari posisinya, ia
buru-buru melepaskan
pelkannya dan menatap Aryo
dengan sedikit kesal.
…
Om Aryo, apa-apaan sih,
narik-narik segala? Kaget tahu!
ujar Kinan dengan wajah sedikit
marah.
Aryo tertawa kecil,
membuat Kinan semakin gemas.
Mau kemana kamu? Kan aku
belum nyuruh kamu keluar.
Kinan mendengus kesal.
Terus, aku disuruh ngapain lagi
sih, Om? Kan tugasku cuma
ngantarin kertas jawaban.
Duduk, perintah Aryo
sambil menunjuk kursi di depan
mejanya.
Dengan wajah masam,
Kinan menurut dan duduk di
kursi tersebut, menatap Aryo
dengan cemberut. Aryo pun
duduk di kursinya, menatap
Kinan dengan senyum yang
tenang.
…
Jadi, bagaimana ospekmu
kemarin? Semuanya berjalan
lancar, kan? tanya Aryo dengan
nada lembut, menunjukl
kekhawatirannya sebagai suami.
Lancar kok, Om, jawab
Kinan, mulai melembut. Tapi,
kenapa Om Aryo nggak bilang
dari awal, kalau Om dosen di
sini? Aku kaget Pas lihat om
Aryo masuk ke dalam kelas tadi
Aryo tersenyum santai.
Kan kamu nggak pernah nanya,
Kinan jawabnya dengan
tenang, seolah memang tak ada
yang perlu dijelaskan lebih jauh.
Kinan hanya mendengus
kesal mendengar jawaban Aryo,
Kinan pun lalu pamit keluar
untuk kelas berikutnya.
NoteL..i..k..e .mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts