JANGAN OM (PART46)
Isi Postingan:
JANGAN OM PART46
…
..
.
Setibanya di rumah, Aryo
langsung melangkah menuju
kamarnya. Di dalam, Kinan
tengah duduk di ranjang,
tenggelam dalam sebuah novel.
Ketika Aryo membuka pintu,
Kinan mendongak, menyadari
kehadirannya.
Bagaimana kondisimu?
Sudah lebih baik? tanya Aryo
sambil mendekati Kinan dan
duduk di sampingnya.
Kinan menutup bukunya
erlahan, meletakkannya di atas
nakas di sebelah ranjang.
Sudah lumayan, Mas, jawabnya
dengan suara pelan. Tadi aku
sudah mnakan sedikit, tapi masih
agak mual,
Aryo mengangguk, raut
wajahnya tetap serius. Baiklah,
kalau begitu bersiaplah. Kita
sekarang ke dokter untuk
periksa.
….
Kinan menghela napas kecil,
namun ia tahu Aryo benar. la
segera bangkit dari tempat tidur
dan berjalan ke lemari untuk
mengganti pakaian. Tak butuh
waktu lama, ia sudah siap.
Dengan cekatan, Aryo
membantu mengambilkan tas
kecilnya, dan mereka pun
berangkat menuju rumah sakit,
memastikan kondisi kehamilan
Kinan dalam kondisi baik.
Setelah melalui proses antre
dan pendaftaran, akhirnya
nama Kinan dipanggil untuk
masuk ke ruang praktik dokter
kandungan. Di dalam, Dokter
Amrita menyambut mereka
dengan senyum ramah. Beliau
adalah dokter langganan Kinan
periksa selama ini.
Selamat siang, Bu Kinan.
Apa kabar? Apa yang
dikeluhkan kali ini? tanya
Dokter Amrita, sambil
mempersiapkan alat
pemeriksaannya.
Kinan tersenyum tipis.
Selamat siang, Dok. Beberapa
hari ini saya sering mual dan
muntah. Saya hanya bisa makan
makanan tertentu, terutama
buah-buahan. Tapi kalau makan
nasi atau lauk-pauk, saya
langsung mual dan muntah lagi,
jelasnya.
…
Aryo, yang duduk di
samping, menambahkan,
Apakah ini normal Dok?
Beberapa hari terakhir, Kinan
cuma makan sedikit. Itu pun
makanan seperti spaghetti, sate,
atau burger yang bisa masuk.
Dokter Amrita mengangguk
sambil mencatat. Saya paham.
Kondisi seperti ini normal dan
cukup umum di trimester
pertama. Tapi ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan.
Misalnya, sate dan steak
sebenarnya kurang disarankan
untuk ibu hamil, jika dagingnya
tidak matang sempurna. Daging
setengah matang bisa berisiko
membawa bakteri atau parasit
yang berbahaya bagi janin.
Kinan mengangguk pelan,
tampak sedikit terkejut. Oh,
begitu, Dok? Saya tidak tahu
tentang itu.
Betul,lanjut Dokter
Amrita. Selain itu, usahakan
menghindari makanan
berlemak tinggi atau yang
terlalu pedas. Fokus pada
makanan bernutrisi seperti
sayur-sayuran, protein yang
dimasalk matang, dan
karbohidrat kompleks. Kalau
mual, makanlah dalam porsi
kecil tapi sering. Buah-buahan
boleh, tapi jangan terlalu
banyak buah yang asam, ya.
Kinan mengangguk lagi,
mencatat dalanm ingatan semua
yang disampaikan. Baik, Dok.
Terima kasih atas
penjelasannya.
…
Setelah pemeriksaan selesai
dan beberapa saran tambahan
diberikan, dan meresepkan
Vitamin dan juga susu hamil
untuk membantu nutrisi Kinan.
Dokter Amrita juga memastikan
kondisi kehamilan Kinan tetap
baik. Mereka pun keluar dari
ruangan dengan perasaan lega,
meskipun Aryo tampak sudah
mulai memikirkan bagaimana
mengatur pola makan Kinan ke
depannya.
Setelah selesai
memeriksakan diri ke dokter,
Aryo dan Kinan memutuskan
untuk langsung pulang. Namun
di tengah perjalanan, Kinan
meminta Aryo berhenti sejenak
di toko kue favoritnya. Dengan
senyum semangat, Kinan
membeli beberapa kue
kesukaannya dalam jumlah
cukup banyak, dengan alasan
agar bisa dibagikan kepada para
pembantu dan anggota keluarga
lainnya.
…
Ketika mereka sampai di
rumah, ternyata mobil Siska ada
di halaman luar. Di ruang
tengah, Siska-istri pertama
Aryo–sedang mengobrol
dengan Bu Kartika, ibunya Aryo.
Begitu melihat Aryo dan Kinan
masuk, Siska segera
menghentikan pembicaraannya
dan mendekati mereka dengan
ekspresi yang sulit ditebak.
Mas, kamu dari mana saja
? Siska langsung memulai,
suaranya penuh protes.
Kenapa kamu beberapa hari ini
tidak pernah pulang ke rumah?
Aku ini juga istrimu, Mas. Kamu
harus membagi waktumu dan
bersikap adil! Nada bicaranya
semakin tajam, diiringi tatapan
sinis yang ia lemparkan pada
Kinan.
Aryo, yang tampak tidak
terpengaruh oleh kemarahan
Siska, menjawab dengan tenang,
meskipun kata-katanya tajam.
Kinan sedang tidak enak badan.
Aku tidak mungkin
meninggalkannya sendirian di
rumah ini.
….
Siska terdiam sejenak, tapi
wajahnya memerah mendengar
alasan Aryo. Ia kembali
menukas dengan nada tidak
kalah sengit. Tapi, Mas, alku
juga butuh perhatianmu?
Aryo tetap tidak
menunjukkan emosi apa pun.
Sejak kapan? Sejak dulu kamu
lebih banyak menghabiskan
waktu di luar rumah untuk
urusanmu sendiri. Bukankah.
Kamu sendiri yang selalu
mengatakan, kalau kamu tidak
butuh perhatianku. Kita
menikah hanya untuk urusan
bisnis, jadi tidak usah ikut
campur urusan pribadi
masing-masing? ucapnya
dingin.
Hentikan ucapanmu, Mas.
Memang kita dulu menikah
tanpa cinta, tapi aku sekarang
ingin berubah. Aku ingin
memperbaiki hubungan kita
dan memulainya lagi dari awal.
Jadi tolong bersikaplah yang
adil Mas, padaku dan juga istri
mudamu ini. Suaranya mulai
bergetar, campuran antara
marah dan terluka,
Namun, Aryo hanya melirik
Siska sekilas dan tidak
menjawab perkataan Siska.
Merasa ucapannya tidak
ditanggapi oleh Aryo, Siska
mencoba mengalihkan
pembicaraan. Besok, agensi
tempatku bernaung sekarang,
akan mengadakan acara besar.
Aku ingin kamu datang
menemaniku. Aku tidakmau
publik berpikir kalau hubungan
kita bermasalah.
Aryo hanya menatapnya
sebentar, lalu menghela napas
berat. Bukannya menjawab, ia
malah meraih tangan Kinan dan
mengajaknya pergi ke kamar
tanpa sepatah kata lagi kepada
Siska.
….
Kinan hanya menunduk
sepanjang jalan, tidak ingin
memperkeruh suasana. Namun,
di dalam hatinya, ia bisa
merasakan ketegangan yang
semakin memuncak dari cara
Siska menatap tajam padanya.
Setelah meninggalkan
rumah keluarga Aryo, Siska
langsung menuju sebuah klinik
tempat praktik temannya. la
melangkah masuk dengan cepat,
menunggu temannya yang tak
lain adalah seorang dokter. Tak
lama, seorang pria dengan jas
putih keluar dari ruangannya,
membawa sebuah kantong
plastik berisi sesuatu yang
tampak penting.
Sudah siap barangnya?
tanya Siska, suaranya penuh
keyakinan namun tetap
terdengar mendesak.
William, dokter sekaligus
temannya, menyerahkan plastik
tersebut dengan ekspresi serius.
Ini terakhir kali aku bantuin
kamu, Siska. Dan ingat, jangan
pernah bawa-bawa namaku
kalau sampai ada masalah. Aku
tidak mau terseret.
Siska hanya tersenyum tipis,
menatapnya dengan tatapan
penuh percaya diri. Ok, will.
Makasih. Kamu memang
temanku yang paling baik.
Tenang saja, rahasiamu aman
padaku, ucapnya santai.
…
Sebelum pergi, Siska
mendekatkan wajahnya ke arah
William, mencium bibir pria itu
sekilas. William tampak
terkejut, tapi tidak berkata
apa-apa. Siska kemudian
berbalik dan melangkah keluar
klinik dengan anggun,
meninggalkan yang larut dalam
kegelisahannya.
Malam ini, Aryo terpaksa
memenuhi permintaan Siska
untuk menghadiri acara
agensinya. Setelah seharian ini
diteror dengan pesan dan
telepon, Aryo merasa tak enak
hati jika menolak, terutama
karena pemilik agensi itu secara
langsung juga mengundangnya.
Dengan berat hati, ia setuju
untuk ikut.
Di kamar, Aryo sedang
bersiap, berdiri di depan cermin
sambil memasang dasi.
Tiba-tiba, Kinan memeluknya
dari belakang. Wangi lembut
rambut Kinan menguar,
membuat Aryo tersenyum tipis.
Mas, nanti pulang ke sini
kan? tanya Kinan dengan nada
manja, kepalanya bersandar di
punggung Aryo.
Aryo menoleh sedikit,
menggoda. Kenapa? Kamu
sekarang tidak bisa jauh dariku,
hmm? tanyanya, mengangkat
alis sambil tersenyum.
.
.
Kinan mendsah pelan.
Aku nggak bisa tdur kalau
nggak dipeluk Mas Aryo,
jawabnya dengan polos,
membuat Aryo tertawa kecil.
Aryo berbalik, meletakkan
kedua tangannya di pipi Kinan,
menatapnya penuh kasih
sebelum memeluknya erat.
Aku pasti akan segera pulang.
Kamu hati-hati di rumah, ya.
Setelah aku pergi, langsung
tidur saja, ucapnya lembut,
mengusap bibir Kinan, sebelum
melumatnya pelan.
Setelah siap, Aryo pun
pamit pada Kinan. Namun, saat
Aryo beranjak pergi, ada sesuatu
di hatinya yang terasa tidak
nyaman. Entah kenapa, firasat
itu muncul begitu kuat. Seperti
ada hal yang menahannya
untuk meninggalkan Kinan
malam ini. Tapi ia tetap
melangkah keluar, berusaha
mengabaikan perasaan tersebut.
Di belakangnya, Kinan berdiri
memandang kepergiannya
dengan senyum kecil, meski
sedikit enggan melepaskan.
Tak lama setelah kepergian
Aryo, ketukan terdengar di
pintu kamar Kinan. Dengan
langkah pelan, Kinan membuka
pintu dan mendapati seorang
pembantu muda berdiri di sana,
membawa nampan dengan
sebuah gelas di atasnya. Wajah
pembantu itu tampak sedikit
asing bagi Kinan, mungkin
karena ia jarang bertemu
langsung.
….
Permisi, Non. Saya ingin
memberikan vitamin yang
disuruh Bu Lasmi, ucap
pembantu itu sopan sambil
menunjukkan gelas berisi cairan
berwarna cokelat muda.
Oh, iya, Mbak. Taruh saja
di meja, jawab Kinan sambil
melangkah ke belakang,
memberi ruang untuk
pembantu itu masuk.
Pembantu itu berjalan
mendekati meja dan meletakkan
gelasnya di sana. Kata Ibu, itu
jamu, Non. Harus dihabiskan
biar mualnya berkurang dan
kandungan Non sehat. Saya tadi
disuruh Ibu, buat memastikan
Non Kinan meminumnya
sampai habis.
Kinan tersenyum kecil. Iya,
Mbak, nanti saya minum. Saya
baru saja minum obat dari
dokter, jawabnya dengan
disuruh Bu Lasmi, ucap
pembantu itu sopan sambil
menunjukkan gelas berisi cairan
berwarna cokelat muda.
Oh, iya, Mbak. Taruh saja
di meja, jawab Kinan sambil
melangkah ke belakang,
memberi ruang untuk
pembantu itu masuk.
…
Pembantu itu berjalan
mendekati meja dan meletakkan
gelasnya di sana. Kata Ibu, itu
jamu, Non. Harus dihabiskan
biar mualnya berkurang dan
kandungan Non sehat. Saya tadi
disuruh Ibu, buat memastikan
Non Kinan meminumnya
sampai habis.
Kinan tersenyum kecil. Iya,
Mbak, nanti saya minum. Saya
baru saja minum obat dari
dokter, jawabnya dengan
sopan.
Wajah pembantu itu
berubah seketika, seperti
kecewa, tapi ia tidak berkata
apa-apa lagi. Dengan cepat, ia
berpamitan dan keluar dari
kamar, meninggalkan Kinan
sendiri.
Setelah pintu tertutup,
Kinan mendekati meja,
mengambil gelas tersebut, dan
mencium aromanya. Tidak ada
yang mencurigakan-bau jahe
dan serai cukup dominan,
seperti jamu biasa. Namun, saat
ia mencoba menyesap sedikit,
rasanya pahit dan agak
menyengat. Meski begitu, ia
menguatkan hati. Tidak ingin
mengecewakan Nenek Lasmi
yang begitu perhatian, Kinan
segera menghabiskan minuman
itu.
Namun, hanya beberapa
menit setelah gelas itu kosong,
Kinan tiba-tiba merasakan
prutnya mual hebat. Wajahnya
pucat, tbuhnya terasa lemas,
dan rasa tak nyaman
menyerang. Dengan panik, ia
berlari ke kamar mndi,
memegangi perutnya yang
terasa melilit.
Kinan memuntahkan
hampir semua yang ada di
perutnya, termasuk jamu yang
baru saja diminumnya.
Napasnya terengah-engah,
tbuhnya gemetar, dan ia
merasa keringat dingin mulai
mengalir di pelipisnya. Di
tengah kepanikan, pikirannya
mulai dipenuhi pertanyaan
apakah ada yang salah dengan
jamu itu? Atau ini hanya efek
biasa dari kondisinya yang
sedang lemah?
Namun, firasat tidak
nyaman perlahan merayap di
benaknya. Dengan sisa tenaga,
ia berjalan keluar kamar mandi,
bersandar di ranjang sambil
memegangi perutnya. Kinan
berusaha menenangkan diri.
Lalu Kinan mencoba
membringkan tbuhnya di
kasur dam memejamkan mata
berniat tdur, berusaha
mengurangi rasa tidak nyaman
di perutnya.
..
sementara itu, Aryo masih
berada di aula pesta bersama
Siska. Malam itu, Aryo sibuk
menemani Siska menyapa para
tamu undangan, termasuk Pak
Roberto, kepala agensi tempat
Siska bekerja.
Selamat datang, Pak Aryo,
Bu Siska. Terimna kasih sudah
menghadiri acara ini. Saya
sangat senang Bapak Aryo
bersedia datang, ucap Pak
Roberto dengan senyum ramah,
menjabat tangan Aryo erat.
Aryo balas tersenyum tipis.
Saya yang seharusnya berterima
kasih, Pak, karena sudah
mengundang kami ke acara
yang luar biasa ini, balasnya
Sopan.
Setelah berbasa-basi, Siska
mulai mnenggiring Aryo untuk
bertemu dengan
kenalan-kenalannya. Ia tampak
sengaja nmembuat Aryo sibuk,
memperkenalkannya sebagai
suaminya dan mengajak Aryo
terlibat dalam percakapan
tentang bisnis dan dunia
hiburan. Aryo berusaha tetap
ramah meski pikirannya
sesekali melayang ke Kinan
yang ditinggalkannya di rumah.
Beberapa jam berlalu, Aryo
akhirnya merasa lelah berdiri.
la memutuskan untuk duduk di
salah satu sudut aula dan
memesan secangkir teh hangat
dari seorang pelayan. Tidak
seperti biasanya, malamn itu
Aryo menolak minuman
beralkhol, semata-mata karena
tahu Kinan tidak akan
menyukainya.
….
Saat pelayan itu berjalan
pergi, Siska yang berpura-pura
hendak ke toilet, diam-diam
mengikutinya. la menghentikan
pelayan itu di koridor yang sepi.
Tunggu sebentar, ucap
Siska sambil menatap pelayan
perempuan itu dengan tajam.
Pelayan itu menoleh, tampak
kebingungan.
Ada apa, Bu? tanyanya
sopan.
Siska tersenyum tipis,
kemudian mengeluarkan
segepok uang dari tasnya.
Kamu mau uang? Ini sepuluh
juta rupiah, ucap Siska,
menyodorkan uang tersebut.
Pelayan itu terpana, tetapi tidak
langsung menjawab.
Siska melanjutkan,
Masukkan obat ini ke dalam teh
suami saya. Tenang saja, ini
hanya obat tdur bukan racun.
Jadi, tidak ada efek samping,
kamu tidak perlu khawatir,
katanya, sambil memberikan
sebuah botol kecil berisi cairan,
yang didapatnya dari William
kemarin.
Pelayan itu sempat ragu,
tetapi mengingat dirinya sedang
butuh uang untuk membayar
utang, ia akhirnya mengangguk.
Baik, Bu, jawabnya pelan,
menerima uang dan kapsul
tersebut.
Namun, tanpa Siska sadari,
seseorang telah melihat
kejadian itu dari balik pilar.
Rossa, salah satu pelayan lain di
acara itu, segera mendekati
temannya, Helen, yang baru saja
menerima uang dari Siska.
Apa tadi yang Ibu tadi
berikan? bisik Rossa dengan
wajah penuh kecurigaan.
Jangan keras-keras! Helen
menatap Rossa dengan panik.
Dia menyuruhku memasukkan
obat tidur ini ke dalam teh
suaminya. Katanya hanya untuk
membuat suaminya tertidur.
Aku… aku nggak punya pilihan.
Dia memberiku sepuluh juta.
Aku janji kita akan berbagi uang
ini, tapi kamu harus
merahasiakannya, jawab Helen
cepat, menunjukkan uang yang
baru ia terima.
…
Rossa tampak terkejut,
tetapi ia tidak mengatakan
apa-apa lagi. Matanya
memandang ke arah aula pesta,
di mana Aryo duduk santai,
sama sekali tidak menyadari
bahwa ada konspirasi yang
sedang terjadi di belakangnya.
Dalam hati, Rossa bimbang
apakah ia harus tetap diam atau
memberitahukan kepada Aryo-
yang tak lain adalah dosen yang
diincarnya selama ini.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts