Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

JANGAN OM (PART46)

Posted on June 4, 2025 By admin

JANGAN OM (PART46)

Isi Postingan:

JANGAN OM PART46

…

..

.

Setibanya di rumah, Aryo

langsung melangkah menuju

kamarnya. Di dalam, Kinan

tengah duduk di ranjang,

tenggelam dalam sebuah novel.

Ketika Aryo membuka pintu,

Kinan mendongak, menyadari

kehadirannya.

Bagaimana kondisimu?

Sudah lebih baik? tanya Aryo

sambil mendekati Kinan dan

duduk di sampingnya.

Kinan menutup bukunya

erlahan, meletakkannya di atas

nakas di sebelah ranjang.

Sudah lumayan, Mas, jawabnya

dengan suara pelan. Tadi aku

sudah mnakan sedikit, tapi masih

agak mual,

Aryo mengangguk, raut

wajahnya tetap serius. Baiklah,

kalau begitu bersiaplah. Kita

sekarang ke dokter untuk

periksa.

….

Kinan menghela napas kecil,

namun ia tahu Aryo benar. la

segera bangkit dari tempat tidur

dan berjalan ke lemari untuk

mengganti pakaian. Tak butuh

waktu lama, ia sudah siap.

Dengan cekatan, Aryo

membantu mengambilkan tas

kecilnya, dan mereka pun

berangkat menuju rumah sakit,

memastikan kondisi kehamilan

Kinan dalam kondisi baik.

Setelah melalui proses antre

dan pendaftaran, akhirnya

nama Kinan dipanggil untuk

masuk ke ruang praktik dokter

kandungan. Di dalam, Dokter

Amrita menyambut mereka

dengan senyum ramah. Beliau

adalah dokter langganan Kinan

periksa selama ini.

Selamat siang, Bu Kinan.

Apa kabar? Apa yang

dikeluhkan kali ini? tanya

Dokter Amrita, sambil

mempersiapkan alat

pemeriksaannya.

Kinan tersenyum tipis.

Selamat siang, Dok. Beberapa

hari ini saya sering mual dan

muntah. Saya hanya bisa makan

makanan tertentu, terutama

buah-buahan. Tapi kalau makan

nasi atau lauk-pauk, saya

langsung mual dan muntah lagi,

jelasnya.

…

Aryo, yang duduk di

samping, menambahkan,

Apakah ini normal Dok?

Beberapa hari terakhir, Kinan

cuma makan sedikit. Itu pun

makanan seperti spaghetti, sate,

atau burger yang bisa masuk.

Dokter Amrita mengangguk

sambil mencatat. Saya paham.

Kondisi seperti ini normal dan

cukup umum di trimester

pertama. Tapi ada beberapa hal

yang perlu diperhatikan.

Misalnya, sate dan steak

sebenarnya kurang disarankan

untuk ibu hamil, jika dagingnya

tidak matang sempurna. Daging

setengah matang bisa berisiko

membawa bakteri atau parasit

yang berbahaya bagi janin.

Kinan mengangguk pelan,

tampak sedikit terkejut. Oh,

begitu, Dok? Saya tidak tahu

tentang itu.

Betul,lanjut Dokter

Amrita. Selain itu, usahakan

menghindari makanan

berlemak tinggi atau yang

terlalu pedas. Fokus pada

makanan bernutrisi seperti

sayur-sayuran, protein yang

dimasalk matang, dan

karbohidrat kompleks. Kalau

mual, makanlah dalam porsi

kecil tapi sering. Buah-buahan

boleh, tapi jangan terlalu

banyak buah yang asam, ya.

Kinan mengangguk lagi,

mencatat dalanm ingatan semua

yang disampaikan. Baik, Dok.

Terima kasih atas

penjelasannya.

…

Setelah pemeriksaan selesai

dan beberapa saran tambahan

diberikan, dan meresepkan

Vitamin dan juga susu hamil

untuk membantu nutrisi Kinan.

Dokter Amrita juga memastikan

kondisi kehamilan Kinan tetap

baik. Mereka pun keluar dari

ruangan dengan perasaan lega,

meskipun Aryo tampak sudah

mulai memikirkan bagaimana

mengatur pola makan Kinan ke

depannya.

Setelah selesai

memeriksakan diri ke dokter,

Aryo dan Kinan memutuskan

untuk langsung pulang. Namun

di tengah perjalanan, Kinan

meminta Aryo berhenti sejenak

di toko kue favoritnya. Dengan

senyum semangat, Kinan

membeli beberapa kue

kesukaannya dalam jumlah

cukup banyak, dengan alasan

agar bisa dibagikan kepada para

pembantu dan anggota keluarga

lainnya.

…

Ketika mereka sampai di

rumah, ternyata mobil Siska ada

di halaman luar. Di ruang

tengah, Siska-istri pertama

Aryo–sedang mengobrol

dengan Bu Kartika, ibunya Aryo.

Begitu melihat Aryo dan Kinan

masuk, Siska segera

menghentikan pembicaraannya

dan mendekati mereka dengan

ekspresi yang sulit ditebak.

Mas, kamu dari mana saja

? Siska langsung memulai,

suaranya penuh protes.

Kenapa kamu beberapa hari ini

tidak pernah pulang ke rumah?

Aku ini juga istrimu, Mas. Kamu

harus membagi waktumu dan

bersikap adil! Nada bicaranya

semakin tajam, diiringi tatapan

sinis yang ia lemparkan pada

Kinan.

Aryo, yang tampak tidak

terpengaruh oleh kemarahan

Siska, menjawab dengan tenang,

meskipun kata-katanya tajam.

Kinan sedang tidak enak badan.

Aku tidak mungkin

meninggalkannya sendirian di

rumah ini.

….

Siska terdiam sejenak, tapi

wajahnya memerah mendengar

alasan Aryo. Ia kembali

menukas dengan nada tidak

kalah sengit. Tapi, Mas, alku

juga butuh perhatianmu?

Aryo tetap tidak

menunjukkan emosi apa pun.

Sejak kapan? Sejak dulu kamu

lebih banyak menghabiskan

waktu di luar rumah untuk

urusanmu sendiri. Bukankah.

Kamu sendiri yang selalu

mengatakan, kalau kamu tidak

butuh perhatianku. Kita

menikah hanya untuk urusan

bisnis, jadi tidak usah ikut

campur urusan pribadi

masing-masing? ucapnya

dingin.

Hentikan ucapanmu, Mas.

Memang kita dulu menikah

tanpa cinta, tapi aku sekarang

ingin berubah. Aku ingin

memperbaiki hubungan kita

dan memulainya lagi dari awal.

Jadi tolong bersikaplah yang

adil Mas, padaku dan juga istri

mudamu ini. Suaranya mulai

bergetar, campuran antara

marah dan terluka,

Namun, Aryo hanya melirik

Siska sekilas dan tidak

menjawab perkataan Siska.

Merasa ucapannya tidak

ditanggapi oleh Aryo, Siska

mencoba mengalihkan

pembicaraan. Besok, agensi

tempatku bernaung sekarang,

akan mengadakan acara besar.

Aku ingin kamu datang

menemaniku. Aku tidakmau

publik berpikir kalau hubungan

kita bermasalah.

Aryo hanya menatapnya

sebentar, lalu menghela napas

berat. Bukannya menjawab, ia

malah meraih tangan Kinan dan

mengajaknya pergi ke kamar

tanpa sepatah kata lagi kepada

Siska.

….

Kinan hanya menunduk

sepanjang jalan, tidak ingin

memperkeruh suasana. Namun,

di dalam hatinya, ia bisa

merasakan ketegangan yang

semakin memuncak dari cara

Siska menatap tajam padanya.

Setelah meninggalkan

rumah keluarga Aryo, Siska

langsung menuju sebuah klinik

tempat praktik temannya. la

melangkah masuk dengan cepat,

menunggu temannya yang tak

lain adalah seorang dokter. Tak

lama, seorang pria dengan jas

putih keluar dari ruangannya,

membawa sebuah kantong

plastik berisi sesuatu yang

tampak penting.

Sudah siap barangnya?

tanya Siska, suaranya penuh

keyakinan namun tetap

terdengar mendesak.

William, dokter sekaligus

temannya, menyerahkan plastik

tersebut dengan ekspresi serius.

Ini terakhir kali aku bantuin

kamu, Siska. Dan ingat, jangan

pernah bawa-bawa namaku

kalau sampai ada masalah. Aku

tidak mau terseret.

Siska hanya tersenyum tipis,

menatapnya dengan tatapan

penuh percaya diri. Ok, will.

Makasih. Kamu memang

temanku yang paling baik.

Tenang saja, rahasiamu aman

padaku, ucapnya santai.

…

Sebelum pergi, Siska

mendekatkan wajahnya ke arah

William, mencium bibir pria itu

sekilas. William tampak

terkejut, tapi tidak berkata

apa-apa. Siska kemudian

berbalik dan melangkah keluar

klinik dengan anggun,

meninggalkan yang larut dalam

kegelisahannya.

Malam ini, Aryo terpaksa

memenuhi permintaan Siska

untuk menghadiri acara

agensinya. Setelah seharian ini

diteror dengan pesan dan

telepon, Aryo merasa tak enak

hati jika menolak, terutama

karena pemilik agensi itu secara

langsung juga mengundangnya.

Dengan berat hati, ia setuju

untuk ikut.

Di kamar, Aryo sedang

bersiap, berdiri di depan cermin

sambil memasang dasi.

Tiba-tiba, Kinan memeluknya

dari belakang. Wangi lembut

rambut Kinan menguar,

membuat Aryo tersenyum tipis.

Mas, nanti pulang ke sini

kan? tanya Kinan dengan nada

manja, kepalanya bersandar di

punggung Aryo.

Aryo menoleh sedikit,

menggoda. Kenapa? Kamu

sekarang tidak bisa jauh dariku,

hmm? tanyanya, mengangkat

alis sambil tersenyum.

.

.

Kinan mendsah pelan.

Aku nggak bisa tdur kalau

nggak dipeluk Mas Aryo,

jawabnya dengan polos,

membuat Aryo tertawa kecil.

Aryo berbalik, meletakkan

kedua tangannya di pipi Kinan,

menatapnya penuh kasih

sebelum memeluknya erat.

Aku pasti akan segera pulang.

Kamu hati-hati di rumah, ya.

Setelah aku pergi, langsung

tidur saja, ucapnya lembut,

mengusap bibir Kinan, sebelum

melumatnya pelan.

Setelah siap, Aryo pun

pamit pada Kinan. Namun, saat

Aryo beranjak pergi, ada sesuatu

di hatinya yang terasa tidak

nyaman. Entah kenapa, firasat

itu muncul begitu kuat. Seperti

ada hal yang menahannya

untuk meninggalkan Kinan

malam ini. Tapi ia tetap

melangkah keluar, berusaha

mengabaikan perasaan tersebut.

Di belakangnya, Kinan berdiri

memandang kepergiannya

dengan senyum kecil, meski

sedikit enggan melepaskan.

Tak lama setelah kepergian

Aryo, ketukan terdengar di

pintu kamar Kinan. Dengan

langkah pelan, Kinan membuka

pintu dan mendapati seorang

pembantu muda berdiri di sana,

membawa nampan dengan

sebuah gelas di atasnya. Wajah

pembantu itu tampak sedikit

asing bagi Kinan, mungkin

karena ia jarang bertemu

langsung.

….

Permisi, Non. Saya ingin

memberikan vitamin yang

disuruh Bu Lasmi, ucap

pembantu itu sopan sambil

menunjukkan gelas berisi cairan

berwarna cokelat muda.

Oh, iya, Mbak. Taruh saja

di meja, jawab Kinan sambil

melangkah ke belakang,

memberi ruang untuk

pembantu itu masuk.

Pembantu itu berjalan

mendekati meja dan meletakkan

gelasnya di sana. Kata Ibu, itu

jamu, Non. Harus dihabiskan

biar mualnya berkurang dan

kandungan Non sehat. Saya tadi

disuruh Ibu, buat memastikan

Non Kinan meminumnya

sampai habis.

Kinan tersenyum kecil. Iya,

Mbak, nanti saya minum. Saya

baru saja minum obat dari

dokter, jawabnya dengan

disuruh Bu Lasmi, ucap

pembantu itu sopan sambil

menunjukkan gelas berisi cairan

berwarna cokelat muda.

Oh, iya, Mbak. Taruh saja

di meja, jawab Kinan sambil

melangkah ke belakang,

memberi ruang untuk

pembantu itu masuk.

…

Pembantu itu berjalan

mendekati meja dan meletakkan

gelasnya di sana. Kata Ibu, itu

jamu, Non. Harus dihabiskan

biar mualnya berkurang dan

kandungan Non sehat. Saya tadi

disuruh Ibu, buat memastikan

Non Kinan meminumnya

sampai habis.

Kinan tersenyum kecil. Iya,

Mbak, nanti saya minum. Saya

baru saja minum obat dari

dokter, jawabnya dengan

sopan.

Wajah pembantu itu

berubah seketika, seperti

kecewa, tapi ia tidak berkata

apa-apa lagi. Dengan cepat, ia

berpamitan dan keluar dari

kamar, meninggalkan Kinan

sendiri.

Setelah pintu tertutup,

Kinan mendekati meja,

mengambil gelas tersebut, dan

mencium aromanya. Tidak ada

yang mencurigakan-bau jahe

dan serai cukup dominan,

seperti jamu biasa. Namun, saat

ia mencoba menyesap sedikit,

rasanya pahit dan agak

menyengat. Meski begitu, ia

menguatkan hati. Tidak ingin

mengecewakan Nenek Lasmi

yang begitu perhatian, Kinan

segera menghabiskan minuman

itu.

Namun, hanya beberapa

menit setelah gelas itu kosong,

Kinan tiba-tiba merasakan

prutnya mual hebat. Wajahnya

pucat, tbuhnya terasa lemas,

dan rasa tak nyaman

menyerang. Dengan panik, ia

berlari ke kamar mndi,

memegangi perutnya yang

terasa melilit.

Kinan memuntahkan

hampir semua yang ada di

perutnya, termasuk jamu yang

baru saja diminumnya.

Napasnya terengah-engah,

tbuhnya gemetar, dan ia

merasa keringat dingin mulai

mengalir di pelipisnya. Di

tengah kepanikan, pikirannya

mulai dipenuhi pertanyaan

apakah ada yang salah dengan

jamu itu? Atau ini hanya efek

biasa dari kondisinya yang

sedang lemah?

Namun, firasat tidak

nyaman perlahan merayap di

benaknya. Dengan sisa tenaga,

ia berjalan keluar kamar mandi,

bersandar di ranjang sambil

memegangi perutnya. Kinan

berusaha menenangkan diri.

Lalu Kinan mencoba

membringkan tbuhnya di

kasur dam memejamkan mata

berniat tdur, berusaha

mengurangi rasa tidak nyaman

di perutnya.

 

..

sementara itu, Aryo masih

berada di aula pesta bersama

Siska. Malam itu, Aryo sibuk

menemani Siska menyapa para

tamu undangan, termasuk Pak

Roberto, kepala agensi tempat

Siska bekerja.

Selamat datang, Pak Aryo,

Bu Siska. Terimna kasih sudah

menghadiri acara ini. Saya

sangat senang Bapak Aryo

bersedia datang, ucap Pak

Roberto dengan senyum ramah,

menjabat tangan Aryo erat.

Aryo balas tersenyum tipis.

Saya yang seharusnya berterima

kasih, Pak, karena sudah

mengundang kami ke acara

yang luar biasa ini, balasnya

Sopan.

Setelah berbasa-basi, Siska

mulai mnenggiring Aryo untuk

bertemu dengan

kenalan-kenalannya. Ia tampak

sengaja nmembuat Aryo sibuk,

memperkenalkannya sebagai

suaminya dan mengajak Aryo

terlibat dalam percakapan

tentang bisnis dan dunia

hiburan. Aryo berusaha tetap

ramah meski pikirannya

sesekali melayang ke Kinan

yang ditinggalkannya di rumah.

Beberapa jam berlalu, Aryo

akhirnya merasa lelah berdiri.

la memutuskan untuk duduk di

salah satu sudut aula dan

memesan secangkir teh hangat

dari seorang pelayan. Tidak

seperti biasanya, malamn itu

Aryo menolak minuman

beralkhol, semata-mata karena

tahu Kinan tidak akan

menyukainya.

….

Saat pelayan itu berjalan

pergi, Siska yang berpura-pura

hendak ke toilet, diam-diam

mengikutinya. la menghentikan

pelayan itu di koridor yang sepi.

Tunggu sebentar, ucap

Siska sambil menatap pelayan

perempuan itu dengan tajam.

Pelayan itu menoleh, tampak

kebingungan.

Ada apa, Bu? tanyanya

sopan.

Siska tersenyum tipis,

kemudian mengeluarkan

segepok uang dari tasnya.

Kamu mau uang? Ini sepuluh

juta rupiah, ucap Siska,

menyodorkan uang tersebut.

Pelayan itu terpana, tetapi tidak

langsung menjawab.

Siska melanjutkan,

Masukkan obat ini ke dalam teh

suami saya. Tenang saja, ini

hanya obat tdur bukan racun.

Jadi, tidak ada efek samping,

kamu tidak perlu khawatir,

katanya, sambil memberikan

sebuah botol kecil berisi cairan,

yang didapatnya dari William

kemarin.

Pelayan itu sempat ragu,

tetapi mengingat dirinya sedang

butuh uang untuk membayar

utang, ia akhirnya mengangguk.

Baik, Bu, jawabnya pelan,

menerima uang dan kapsul

tersebut.

Namun, tanpa Siska sadari,

seseorang telah melihat

kejadian itu dari balik pilar.

Rossa, salah satu pelayan lain di

acara itu, segera mendekati

temannya, Helen, yang baru saja

menerima uang dari Siska.

Apa tadi yang Ibu tadi

berikan? bisik Rossa dengan

wajah penuh kecurigaan.

Jangan keras-keras! Helen

menatap Rossa dengan panik.

Dia menyuruhku memasukkan

obat tidur ini ke dalam teh

suaminya. Katanya hanya untuk

membuat suaminya tertidur.

Aku… aku nggak punya pilihan.

Dia memberiku sepuluh juta.

Aku janji kita akan berbagi uang

ini, tapi kamu harus

merahasiakannya, jawab Helen

cepat, menunjukkan uang yang

baru ia terima.

…

Rossa tampak terkejut,

tetapi ia tidak mengatakan

apa-apa lagi. Matanya

memandang ke arah aula pesta,

di mana Aryo duduk santai,

sama sekali tidak menyadari

bahwa ada konspirasi yang

sedang terjadi di belakangnya.

Dalam hati, Rossa bimbang

apakah ia harus tetap diam atau

memberitahukan kepada Aryo-

yang tak lain adalah dosen yang

diincarnya selama ini.

NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: JANGAN OM (PART47)
Next Post: ADIK IPAR PELIPUR LARA(PART20)

Related Posts

TETANGGA IDAMAN (PART27) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART02) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART47) Kisah Menarik
ADIK IPAR PELIPUR LARA(PART29) Kisah Menarik
Tetangga menggoda (part11) Kisah Menarik
ADIK IPAR PELIPUR LARA(PART13) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme