Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

ADIK IPAR PELIPUR LARA (PART7)

Posted on June 4, 2025 By admin

ADIK IPAR PELIPUR LARA (PART7)

Isi Postingan:

ADIK IPAR PELIPUR LARA PART7

..

Mas, aku mau kita pindah,

tinggal di rumah sendiri. Ini

sudah enam bulan kita di rumah

papa dan mama. Mau ya, pinta

Celia, saat mereka berada di

kamar.

Wanita itu memutuskan

untuk pindah dari rumah itu

karena dia benar-benar ingin

menjauh dari Dimas.

Celia merasa, apa yang telah

Dimas lakukan terhadapnya

sudah tak bisa ditolerir lagi.

Dia tak mau terjebak dalam

obsesi mahasiswa teknik yang

playboy, tengil dan urakan itu.

…

Bagaimana bisa dia

seenteng itu bilang menyukaiku,

mencintaiku. Padahal aku ini

istri dari kakaknya, batin Celia.

Dia begitu berani, memaksa

mencium Celia meski wanita itu

menolaknya. Tak seperti saat

pertama kali Dimas merasakan

bbirnya waktu itu, yang seolah

Celia pasrah saja.

Dia begitu syok saat Dimas

melmat bbirnya penuh nfsu

dan menggebu-gebu ketika di

butik sore itu. Sehingga dia tak

bisa berpikir jernih dan logis.

Yang dia tau, satu-satunya

cara untuk menghentikan

Dimas, membuatnya mundur

dan menjauh dari hidupnya

adalah dengan mengancam akan

melukai dirinya sendiri.

Jujur saja, saat itu Celia tak

punya cara lain. Hanya itu yang

terpikir di benaknya. Dia

berharap, Dimas menepati

janjinya untuk tak lagi berbuat

tak sopan dan kurang ajar

padanya.

Dan, sepertinya cara itu

berhasil, selama seminggu ini,

Dimas tak mengganggunya lagi.

Tak ada kata rayuan,

gombalan dan ketukan di pintu

kamarnya malam-malam untuk

bicara dengannya.

Hanya tatapan dan lirikan

pria itu dari kejauhan saat

sekilas dia berpapasan

dengannya di rumah.

….

Meski Dimas sudah tak lagi

mengganggunya, tapi Celia

telah memutuskan untuk tetap

pindah rumah.

Bram yang sedang fokus

dengan tabletnya saat itu duduk

di atas ranjang di samping Celia,

menghentikan aktivitasnya

sejenak.

Dia lalu menggeserkan

tbuhnya, duduk di hadapan

sang istri. Bram menatap Celia

begitu dalam, memastikan apa

yang dikatakan istrinya itu

sesuatu yang penting dan serius.

Kenapa kamu ingin kita

pindah? Kamu gak betah ya

tinggal sana keluargaku? tanya

Bram ingin tau alasannya

pastinya.

Aku ingin tinggal di rumah

sendiri, bersama kamu. Anggap

saja aku sudah gak betah lagi

tinggal di rumah keluargamu,

gak nyaman dan bikin stres juga

, alasan Celia.

Apa benar kamu gak betah,

gak nyaman dan membuatmu

ess? tanyanya gak percaya.

Apa mama, papa atau

Dimas menyakitimu selama ini,

memperlakukanmu tidak baik,

apa orang tuaku jadi mertua

yang jahat? tanya Bram.

Mereka sangat baik padaku.

Orang tuamu sayang dan peduli

padaku. Bukan karena mereka

aku ingin pindah, sebut Celia.

Atau Dimas bersikap tidak

baik padamu? lagi- lagi Bram

bertanya.

Sejujurnya, itu adalah salah

satu alasan utama Celia pindah.

Selain karena dia memang ingin

punya kehidupan sendiri

bersama suaminya, mandiri dan

mengatur urusan rumah tangga

mereka.

Tapi gak mungkin aku

jujur pada Mas Bram kalau

Dimas memang telah berbuat

kurang ajar padanya. Itu hanya

akan memperburuk keadaan

dan bisa saja membuat

hubungan Mas Bram tidak baik

dengan adiknya itu. Bisa saja dia

membenci Dimas atau bahkan

aku, batin Celia.

Padahal, selama ini, dia tau

banget, hubungannya keduanya

cukup baik. Kenapa Mas Bram

terkesan tidak mau kita tinggal

di rumah sendiri. Apakah

permintaanku terlalu

berlebihan, kata Celia.

Dengar, nanti kalau aku

tugas, kamu akan tinggal

sendirian gak ada teman, sebut

Bram, sepertinya enggan pindah

dari rumah keluarganya.

Kan rencananya kita akan

bawa bibi Laksmi sama Tini,

kata Celia, meyakinkan Bram.

Aku cobapikir-pikir dulu

ya, jawab Bram.

Kok mesti mikir lagi sih.

Mas Bram gak mau kita hidup

mandiri di rumah sendiri. Mau

terus bergantung sana keluarga

mas, kata Celia.

Aku hanya minta waktu

berpikir satu dua hari. Jadi

kamu bisa sabar kan menunggu

keputusanku. Aku harus tanya

mana papaku juga dong, sebut

Bram.

Pokoknya aku tetap mau

pindah. Gak mau tau pokoknya.

Jadi kalau keputusan Mas Bram

nanti tetap gak mau pindah,

sebaiknya kita pikirkan lagi

engenai lanjutan pernikahan

kita. Mending pisah aja deh,

ancamnya.

Kamu kok bisa berpikir

seperti itu. Pikiranmu terlalu

kekanak-kanakan kalau

gara-gara pindah rumah

merembet ke perpisahan, kata

Bram gak gabis pikir dengan

jalan pikiran Celia.

Karena aku sudah tak tau

lagi bagaimana meyakinkan mas

untuk pindah dan tinggal di

rumah kita sendiri, katanya.

Sudah aku bilang, beri aku

waktu dua hari ini untuk

berpikir. Ok, katanya,

menggenggam tangan Celia.

Baik. Dua hari, gak boleh

lebih dari itu, sebutnya. Dia

lalu merebahkan tbuhnya di

atas tempat tdur, memejamkan

matanya untuk tdur.

…

Sementara Bram kembali

melanjutkan aktivitasnya

mengotak atik tabletnya.

Saat makan malam bersama

keluarganya, Bram

mengutarakan keinginannya

untuk pindah rumah.

Dimas juga ikut makan

malam, tanpa banyak bicara,

lebih banyak diam. Sesekali, dia

tetap melirik Celia yang duduk

di samping Bram, menikmati

makan malam.

Ma, Pa, aku dan Celia

memutuskan untuk pindah ke

rumah kami sendiri. Aku pikir

ini saatnya kami tinggal di

rumah sendiri setelah enam

bulan d sini, sebut Bram.

Pindah? Mau tinggal di

rumah sendiri? Apa gak bisa

kalian tetap di sini. Mama

senang kalau ada Celia di rumah

ini, kata mamanya.

Ini saatnya kami mandiri

setelah menikah. Membangun

rumah tangga sendiri. Lagi pula,

aku kan memang sudah beli

rumah untuk kami tempati

setelah menikah, jelas Bram.

Mau tinggal di rumah

kawasan elit yang kamu beli hari

itu? tanya Papinya.

Iya Pi, di sana, jawab

Bram. Apa kalian gak betah

tinggal bersama kam? sambung

namanya lagi.

Bukan begitu ma. Celia

betah kok tinggal di sini. Tapi

benar kata Nas Bram. Kami

harus mandiri, mengatur rumah

tangga sendiri, Kita nanti akan

sering main ke sini kok ma,

kata Celia.

Yah, mau gimana lagi kalau

memang itu keputusan kalian.

Tapi mama harap kalian berdua

sering-sering berkunjung ke sini

ya, harap mamanya.

Usai makan malam, Celia

dan Bram duduk santai berdua

di ruang tamu. Mereka sedang

membicarakan persiapan untuk

pindah besok.

Tiba-tiba, ada panggilan

masuk ke ponselnya Bram.

Sebentar, aku angkat telpon

dulu. Dari teman lamaku,

katanya.

Selalu saja,

teman-temannya menjadi

prioritasnya. Mas Bram gak

pernah sekalipun mengabaikan

telpon dari teman-temannya,

bahkan saat kita bicara hal

penting, keluh Celia.

Celia bisa melihat keceriaan

dan kebahagiaan di wajah Bram

saat bicara dengan temannya itu.

Karena itulah, dia mencoba

bersabar dan memahami itu,

meski kadang kesal juga.

Aku akan segera ke sana.

Sudah lama juga gak ngumpul,

sahut Bram mengiyakan ajakan

temannya itu, lalu menutup

telponnya.

Tadi Dani nelpon ajak aku

dan uang lainnya nongkrong di

cafe. Dia tenan SMA ku, kata

Bram.

Mas mau keluar? Ini kan

sudah pukul sepuluh malam.

Kapan pulang, subuh? sindir

Celia, merajuk.

Dia baru pulang dari luar

negeri. Sudah dua tahun aku gak

bertemu dengannya. Boleh ya,

katanya.

Setiap kali mas hangout

atau nongkrong bersama

teman-teman mas, apa pernah

cuma sebentar? Selalu

berjam-jam. Aku gak yakin mas

pulang cepat, katanya,

cemberut.

Kamu gak perlu

menungguku. Tidur saja duluan.

Aku mungkin pulang dini hari

nanti. Tolong ngerti ya,

katanya, membujuk istrinya.

Meski tak aku tak

mengizinkan mas pergi, mas

tetap akan keluar juga kan? Jadi

apa gunanya aku larang, Pergi

saja, katanya.

Makasih sayang atas

pengertianmu, kata Bram,

mencim pipi Celia. Bram

kemudian pamit keluar untuk

menemui teman dan sahabatnya

yang datang dari luar negeri

tersebut.

…

Celia menarik nafas berat,

menatap nanar punggung Bram

yang menghilang di balik pintu.

Sementara, dari sudut

ruang tamu rumah itu, Dimas

mendengar semua percakapan

pasangan suami istri itu.

Dia tau, meski perempuan

itu membiarkan suaminyapergi

menemui temannya, tapi dalam

hatinya Celia pasti sedih.

Dia sudah sering melihat

Celia dengan tatapan seperti itu,

dengan ekspresi tidak senang

dan terpaksa membiarkan Bram

keluar dengan teman-temnnya

sampai tengah malam dini hai

setiap kali Bram menghabiskan

waktu bersama

teman-temannya.

Aku tau bagaimana

perasaanmu. Pasti berat bagimu

harus bersabar menghadapi

sikap Mas Bram, batinnya.

Ingin rasanya saat itu Dimas

mendekati Celia, menghiburnya

biar dia tak sedih.

Di kamarnya, Dimas

nampak gelisah. Dia mas

memikirkan perasaan Celia.

Waktu sudah hampir

tengah malam, Bram belum juga

pulang.

Ponsel Celia berdering

beberapa kali. Panggilan dari

Dimas.

Wanita itu tak mau

mengangkatnya,

membiarkannya terus

berdering.

Beberapa saat kemudian,

notif pesan masuk dari Dimas

terkirim ke WhatsApp di

handphonenya.

Aku tau mbak pasti belum

tidur? Apa Mbak Celia baik-baik

saja? bunyi pesan yang Dimas

kirim.

…

Celia lagi-lagi

mengabaikannya, tak membalas

pesan tersebut.

Aku tau mbak masih marah

padaku. Itu sebabnya, Mbak

Celia mau pindah kan? pesan

lainnya yang dia kirim.

Aku hanya ingin

memastikan mbak baik-baik

saja. Tidurlah, jangan Bebani

pikiranmu, pesan lanjutannya.

‘Selamat malam, dan

selamat tidur. Mbak harus

istirahat besok kan mau

berberes untuk pindah,

sambung pesannya.

Dimas benar, aku harus

istirahat. Besok aku mau

beres-beresin pakaian untuk

pindahan, gumamnya.

Celia lalu istirahat, kembali

tdur di kamarnya tanpa belian

dan cmbuan suaminya.

 

NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: ADIK IPAR PELIPUR LARA(PART8)
Next Post: JANGAN OM (PART26)

Related Posts

BALADA BESAN DAN MENANTU (PART14) Kisah Menarik
DI BALIK PINTU CAFE ITU Kisah Menarik
JANGAN OM (PART22) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART52) Kisah Menarik
TERDIAM DALAM TAKDIR (PART8) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART69) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Teman Sekolah SMA-ku Datang Menginap di Rumahku Ketika
  • Malam Tak Terduga dengan Sahabat Lamaku
  • Godaan Tengah Malam di Rumah Tanteku
  • Pertemuan Kembali
  • Kemenangan Inspiratif: Jackpot Besar di Megawin888

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • September 2025
  • August 2025
  • July 2025
  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme