ADIK IPAR PELIPUR LARA(PART8)
Isi Postingan:
ADIK IPAR PELIPUR LARAPART8
…
Celia bersama suaminya
pindah dari rumah keluarga
Bramantio, dan kini tinggal di
rumah sendiri.
Rumah mewah modern dua
lantai itu memang rumah
idaman Celia, yang dibangun
Bram khusus untuk tempat
tinggal mereka setelah menikah.
Ah, senangnya. Akhirnya
bisa tinggal di rumah sendiri,
sebutnya bahagia.
Celia tak bisa membendung
rasa gembira sekaligus haru bisa
tinggal di rumahnya sendiri,
mengatur rumah tangganya
sendiri bersama Bram suaminya.
Syukurlah kamu happy.
Karena itu yang aku mau, amu
selalu bahagia, kata Bram.
Tentu saja aku bahagia,
apalagi kalau kamu lebih
perhatian, manjain dan lebih
romantis, harap Celia.
Sayang, aku pasti akan
terus berusaha mnembuatmu
tersenyum bahagia. Aku janji,
kata Bram, memeluk sang istri.
Celia sangat mengharapkan
itu dari Bram. Dia juga yakin,
dengan tinggal di kediaman
sendiri, perlakuan Bram
padanya akan semakin hangat
dan romantis.
…
Celia bisa melihat Bram
memang mulai sedikit berubah
dan lebih perhatian padanya.
Dia tak lagi pulang larut
malam atau dini hari saat
berkumpul dengan
tema-temanya.
Bahkan, beberapa kali Celia
diajak nongkrong dengan teman
Bram.
Mereka juga sering makan
malam romantis di restoran,
jalan-jalan serta berwisata
berdua.
Dia sudah tak sabar
menunggu Bram mengunboxing
dirinya.
Celia berharap, dengan
kenyamanan yang didapatkan
Bram, dia akan bisa
melaksanakan kewajibannya
sebagai suami, mereka akan
bergelut di ranjang,
melampiaskan segala hasrat
yang terpendam sejak menikah
delapan bulan lalu.
Namun, nyatanya,
ekspetasi Celia tak sesuai
harapannya.
Bram masih saja tak
sanggup untuk bercnta
dengannya, setiap kali mereka
mencoba, pria itu seperti sedang
menghadapi beban yang cukup
berat.
Celia sudah mulai merasa
ada hal yang tidak beres dengan
suaminya itu. Karena, tak
mungkin Bram capek, lelah atau
sedang tidak mood.
Jadi, bila Bram
menyebutkan alasan itu, dia
rasa sudah tak masuk alkal dan
mengada-ngada.
Karena saat hendak
melakukan hubungan intm,
Bram sedang tidak capek dan
suasana hatinya juga senang.
Mas Bram kenapa sih
sebenarnya. Apa mas gak
bernafsu sama aku, tanya Celia
kesal.
Sayang, maafin aku. Aku
gak bisa, jawabnya.
Gak bisa kenapa? Katakan
dan jujur padaku, apa masalah
yang Mas Bram hadapi sehingga
gak bisa menggaliku, katanya
keras.
Aku gak tau. Bisa kita gak
bicarakan hal ini sekarang.
Lebih baik kita tidur saja, kata
Bram, mengalihkan
pembicaraan.
…
Gak bisa. Mas mnesti jujur
padaku, apa yang mas Bram
rasakan saat kita akan
melakukan itu. Aku ingin tau
alasan mas yang sebenarnya.
Gak bisa terus menerus begini,
ketusnya.
Celia sayang, maaf aku gak
bisa bilang ke kamu apa yang
aku rasakan saat ini. Aku belum
siap untuk cerita apa yang
kurasakan. Tapi satu hal yang
pasti, aku sayang kamu,
sahutnya.
Mas tau, aku sudah cukup
bersabar selama ini. Istri itu
bukan cuma butuh nafkah lahir,
tapi nafkah batin juga. Dan aku
gak pernah mendapatkan
selama ini. Apa kekuranganku,
katakan biar aku perbaiki, biar
aku bisa introspeksi, biar aku
bisa memenuhi harapan Mas
Bram, katanya, mulai terisak.
Mas janji akan membuatku
bahagia, inikah yang Mas Bram
maksud bahagia? Apa gunanya
kita menikah kalau mas gak mau
menyentuhku, katanya masih
tersedu.
Aku sudah bilang, beri aku
waktu untuk mengatasi
masalahku. Bisakah kamu
bersabar sebentar lagi. Aku
sedang berusaha. Tolong jangan
menangis, katanya, mencoba
menghapus air mata Celia.
Tapi wanita itu tak
membiarkannya, memalingkan
wajahnya, lalu tidur
membelakangi Bram.
Terserah saja. Aku mau
tidur. Aku capek. Aku gak tau
sampai kapan bisa bertahan
disisimu dengan sikapmu
seperti itu, kata Celia.
Sayangku, cintaku. Tolong
jangan marah dan ngambek
padaku. Aku sayang kamu,
sebut Bram, mencoba membalik
tubuh istrinya agar menghadap
dirinya.
Tapi lagi-lagi Celia tak mau,
tetap berbaring membelakangi
suaminya.
Sepertinya aku harus cari
tau sendiri kenapa Mas Bram
selalu begitu padaku. Apa
salahku, apa kekuranganku?
gumam Celia.
Atau jangan- jangan dia
punya wanita lain di luar sana?
Bagaimana kalau memang itu
yang sebenarnya terjadi?
tanyanya dalam hati.
Bram memutuskan untuk
membiarkan Celia tidur dan
menyudahi perdebatan mereka.
…
Sejak Celia dan Bram
pindah rumah, Dimas
merasakan kerinduan yang
teramat sangat pada Celia.
Apalagi, kakak iparnya itu
tidak mau menjawab telpon dan
membalas pesannya. Rasanya,
dia ingin pergi ke rumah Celia,
bertemu langsung dengan
wanita itu.
Tapi, dia khawatir Celia
akan berbuat lebih nekat lagi
nantinya seperti waktu itu.
Dia tak mau hal itu terjadi
lagi. Dia tidak mau terjadi
apa-apa dengan Celia.
Satu-satunya cara untuk
melihat Celia adalah ke
butiknya, meski hanya bisa
memandang Celia dari kejauhan.
Dimas memarkirkan
kendaraannya di seberang jalan
di depan butik itu setiap sore
sebelum Celia pulang.
Dia melihat Celia di dalam
butik mewahnya yang
transparan karena dipasangi
kaca di sekelilingnya.
Melihatmu dari jauh
sedikit mengobati rasa rinduku
padamu, batinnya.
Tapi, tetap saja aku ingin
dekat denganmu, memandang
wajahmu dari dekat dan
berbicara denganmu,
gumannya.
Dimas sedang memikirkan
cara untuk bisa dekat dengan
Celia. Dia harus mendapatkan
solusi agar bisa bicara dengan
wanita itu.
Untuk saat ini, yang bisa
dilakukan hanya
memandangnya dari jauh.
Diia bisa betah disana satu
sampai dua jam setiap harinya.
Dimas akan pergi dari sana
setelah Celia pulang dari butik
dengan mobilnya kembali ke
rumahnya.
…
Dimas juga mulai
nongkrong di cafe dengan
teman-temannya, membuat
mereka bertanya-tanya.
Tumben kamu gabung
sama kita lagi malam-malam.
Beberapa bulan ini kan kamu
gak mau nongkrong sama kita
lagi, sebut Dirga.
Iya, kemaren-kemaren dia
lagi sama cewek yang katanya
dia cinta. Emang masih sama
dia? tanya Sandi.
Dia ninggalin aku? Gak
mau bertemu aku lagi, keluh
Dimas.
Oh, jadi si playboy kita lagi
patah hati nih ceritanya. Gak
nyangka aja kamu bisa patah
hati. Mau kasian tapi kok
ngerasa iti karma ya. Wk..wk..
wk, sahut Dirga dan Sandi
tertawa berbarengan.
melupakan Celia.
Dimas sudah jatuh cinta
saat pertama kali bertemu
dengannya dua tahun lalu,
ketika Bram mengenalkan Celia
pada keluarganya.
Hanya saja, saat itu dia tak
bisa setiap waktu bertemu
wanita itu karena dia sedang
kuliah di Los Angeles, Amerika
Serikat.
Jadinya, dia hanya
menghubungi Celua melalui
telpon seluler dan mengirimkan
pesan pada kekasih mas nya itu.
Pesan nakal dan menggoda
yang dia kirimkan itu tak
mendapat respon yang baik dari
Celia.
Bahkan wanita itu justru
marah dan kesal padanya.
Dimas terus saja menggodanya,
meskipun Celia pada akhirnya
menikahi kakaknya Bramantio.
Dia gak tau apakah yang dia
rasakan pada Celua adalah cinta
atau hanya obsesi untuk bisa
menaklukan hati wanita itu.
Dia Ingin memiliki Celia,
bercmbu dan bercnta
dengannya, tanpa peduli bahwa
perempuan cantik dan seksi itu
adalah istri dari Bramantio,
Mas nya sendiri
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts