Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

JANGAN OM (PART47)

Posted on June 4, 2025 By admin

JANGAN OM (PART47)

Isi Postingan:

JANGAN OM PART47

…

..

.

Tak lama, teh pesanan Aryo

datang. Sang pelayan

meletakkannya di meja dengan

sedikit gugup, hal ini tak luput

dari pandangan Aryo. la hanya

melirik sekilas, lalu

mengalihkan perhatian kembali

pada suasana pesta yang sangat

ramai. Beberapa saat kemudian,

Siska muncul dan kembali

duduk di hadapan Aryo.

Maaf, Mas. Tadi aku

bertemu teman lama di toilet,

jadi kami ngobrol sebentar,’

kata Siska sambil tersenyum

ringan. Matanya melirik teh

yang kini ada di depan Aryo.

Aryo hanya mengangguk

kecil tanpa banyak bicara, lalu

mulai nenyeruput teh tersebut

perlahan-lahan, berhati-hati

karena masih panas.

Keheningan sempat mengisi

ruang di antara mereka sampai

tiba-tiba seseorang

menghampiri meja mereka.

…

Siska, ayo ikut aku

sebentar. Ada bos dari majalah

terkenal luar negeri yang ingin

bertemnu. Ini kesempatan emas

buat kamu! kata seorang wanita

yang ternyata adalah Fira,

teman Siska.

Siska tampak terkejut

sekaligus tertarik dengan ajakan

itu. Awalnya, ia berniat untuk

tetap duduk di sana sambil

mengamati reaksi Aryo setelah

meminum obat yang ia

masukkan secara diam-diam ke

dalam teh tersebut. Namun,

godaan untuk bertemu dengan

seseorang berpengaruh di dunia

jurnalistik terlalu besar untuk

diabaikan.

Lebih baik aku ikut Fira

dulu. Lagipula, obat itu tidak

langsung bereaksi, butuh waktu

beberapa saat, pikir Siska

dalam hati. Ia kemudian berdiri

dan tersenyum pada Aryo.

Mas, aku ikut Fira sebentar

ya, untuk bertemu bos itu. Aku

nggak akan lama kok, pamit

Siska dengan nada penuh

antusias.

Aryo menatapnya sejenak,

lalu mengangguk pelan.

Hmmm… silahkan, ucapnya

singkat.

Siska segera pergi bersama

Fira, meninggalkan Aryo yang

kini kembali sendirian di meja,

masih memegang cangkir

tehnya. Tanpa ia sadari, tatapan

Aryo mulai berubah. Ada

sesuatu di balik sorot matanya

yang dingin dan penuh tanda

tanya.

…

Beberapa saat setelah

menyeruput tehnya, Aryo mulai

merasakan keanehan.

Kepalanya terasa berat,

pandangannya

berkunang-kunang, dan

tubuhnya mulai melemah.

Jantungnya berdetak cepat,

bukan hanya karena efek dari

sesuatu yang ia curigai telah

dicampurkan ke dalam tehnya,

tetapi juga karena pikiran yang

tiba-tiba tertuju pada Kinan.

Sebuah firasat buruk muncul,

seperti ada sesuatu yang akan

menimpa gadis itu.

Dengan sisa kesadarannya,

Aryo merogoh ponselnya dan

berulang kali mencoba

menghubungi nomor Kinan,

namun tak ada jawaban.

Hatinya semakin tidak tenang.

Ja lalu memutuskan untuk

menghubungi Joni, tangan

kanannya yang selalu bisa

diandalkan. Sambil berusaha

menahan rasa pusing yang

semakin menjadi, Aryo

mengetik pesan singkat

Joni, tolong pergi ke

rumah orang tuaku bersama

Mbok Sumi. Suruh Mbok Sumi

untuk mengecek kondisi Kinan

di kamarku. Aku sudah

mencoba menghubunginya, tapi

tidak ada jawaban. Aku sangat

khawatir dan perasaanku tidak

enak. Arya memang sengaja

menyuruh Mbok Sumi untuk

mengecek kondisi Kinan,

karena Arya tidak terlalu

percaya dengan para pegawai

yang bekerja di rumah orang

tuanya.

Pesan terkirim. Beberapa

menit kemudian, balasan dari

Joni muncul

….

Siap, Tuan. Saya akan

segera ke sana bersama Mbok

Sumi. Apa ada lagi, Tuan?

Aryo membalas cepat

Kirimkan juga beberapa

anak buahmu untuk

menjemputku di Hotel

Harmoni. Aku akan

mengirimkan lokasiku sekarang.

Sepertinya ada yang mencoba

menjebakku dengan

mencampur sesuatu ke dalam

minumanku.

Namun, kesadaran Aryo

mulai memudar. Tubuhnya

terasa semakin berat, dan ia

tahu betul bahwa anak buah

Joni tidak akan sempat tiba

tepat waktu karena jarak yang

terlalu jauh. Dengan sisa tenaga,

ia berusaha keluar dari ruangan

itu secara diam-diam. Namun

sebelumnya, dia mengaktifkan

GPS di ponsel miliknya, agar

anak buah Joni gampang untuk

menemnukannya. Ketika sampai

di lorong, tubuhnya mulai

limbung, hampir jatuh ke lantai,

namun sebuah tangan sigap

menahannya.

Pak Aryo, ini saya, Rossa.

Saya murid Anda di kampus,

juga teman Kinan, ujar suara

lembut namun tegas. Aryo

mengerjap, mencoba mengenali

sosok tersebut. Ternyata wanita

itu adalah wanita yang dia temui

bersama Kinan, Beberapa hari

lalu saat membeli sate. Saya

akan membantu Anda,

lanjutnya tanpa ragu.

….

Rossa memapah tbuh Aryo

yang semakin lemas. Ia

membawa Aryo keluar lewat

pintu samping, menghindari

keramaian di lobi hotel.

telah memperhatikan

gerak-gerik Aryo dan Siska,

sejak teman kerjanya

memberikan teh yang telah

dicampur oleh obat tidur yang

diberikan oleh Siska, kepada

temannya. Saat ia melihat Aryo

berjalan sempoyongan,

nalurinya mengatakan bahwa

ada yang tidak beres.

Di luar, Rossa segera

melambaikan tangan ke sebuah

taksi yang kebetulan parkir

tidak jauh dari hotel. Setelah

keduanya masuk ke dalam

mobil, Aryo berbicara dengan

suara serak, Anak buahku akan

segera mencari keberadaanku.

Tapi sebelum mereka datang,

tolong bantu aku menjauh dari

tempat ini. Ada seseorang yang

ingin menjebakku.

Rossa mengangguk tanpa

banyak bertanya. la langsung

memberi instruksi kepada sopir

taksi untuk mulai jalan.

Rossa memilih membawa

Aryo ke sebuah hotel bintang

tiga yang lokasinya tidak jauh

dari Hotel Harmoni, tempat

acara sebelumnya berlangsung.

Ia meminta bantuan seorang

pekerja hotel untuk

membawanya ke kamar, karena

Aryo kini sepenuhnya pingsan

akibat efek obat tidur yang

dimasukkan Siska ke dalam

tehnya. Dengan susah payah,

mereka akhirnya berhasil

membawa Aryo ke ranjang di

kamar yang telah disiapkan.

Setelah pekerja hotel pergi,

Rossa duduk di tepi ranjang,

memandangi Aryo yang

terbaring tak berdaya.

…

Kekacauan memenuhi

pikiran Rossa. la kebingungan,

tidak tahu apa yang harus

dilakukan. Jadi, Rossa hanya

bisa menunggu anak buah Aryo

datang untuk menjemputnya.

Namun, tiba-tiba pikiran Rosa

mulai dipenuhi sesuatu yang lain

-sebuah keinginan yang telah

lama ia simpan dalam hati.

Rossa menghela napas

panjang. la menatap wajah Aryo

dengan perasaan bercampur

aduk. Maafkan aku, Pak Aryo,

bisiknya lirih. Aku hanya ingin

dekat denganmu, walau hanya

sebentar. Kesempatan seperti

ini tidak akan pernah datang

lagi.

Dengan tangan gemetar,

Rossa mulai membuka kancing

kemeja Aryo perlahan. la

berbaring di sebelahnya,

membiarkan dirinya tenggelam

dalam perasaan yang selama ini

ia pendam dalam diam. Air

matanya mulai menetes tanpa

disadari, menandakan

pergulatan batin yang ia alami.

Rosa merasa bahagia, akhirnya

keinginannya untuk dekat

dengan Aryo terkabul. Rosa

ternyata selama ini memendam

perasaan kepada dosennya

tersebut, dia tidak berani

mengungkapkannya karena

sadar Aryo sudah memiliki istri.

Karena terbawa suasana,

Rosa pun mulai berani berbuat

lebih. Dia menempelkan

bibirnya ke bibir Aryo dan

melumatnya pelan, namun

tidak ada respon apapun dari

Aryo karena sudah sepenuhnya

pingsan. Tangannya juga mulai

berani mengelus milik Aryo dari

balik celananya.

Namun, tiba-tiba sebuah

rasa bersalah yang begitu kuat

merasuki hatinya. Ia

memandang Aryo lagi, kini

dengan tatapan penuh

penyesalan. Apa yang sedang

aku lakukan? gumamnya.

Rossa buru-buru bangkit dari

tempat tidur, merapikan

pakaian Aryo yang sempat

terbuka, dan menjauh.

Ia duduk di kursi di sudut

ruangan, kedua tangannya

menutupi wajah. Dalam hati, ia

tahu bahwa tindakannya

barusan sudah melewati batas.

Maafkan aku Pak Aryo, aku

terlalu mencintaimu,

gumamnya pelan, dengan hati

yang terasa berat.

Tak berselang lama, suara

ketukan pelan di pintu

menyadarkannya. Anak buah

Aryo telah tiba. Rossa segera

bangkit untuk membukakan

pintu, berusaha

menyembunyikan wajahnya

yang tegang.

…

Sementara itu, Mbok Sumi

dan Joni sudah sampai di rumah

orang tua Aryo. Mbok Sumi,

yang puluhan tahun bekerja

untuk keluarga Aryo, dengan

sigap menuju kamar Aryo. la

hafal setiap sudut rumah itu,

termasuk kamar pribadi Aryo

yang kini ditempati Kinan.

Sesampainya di depan

pintu, Mbok Sumi mengetuk

pelan. Namun, tak ada jawaban

dari dalam. Hatinya mulai

diliputi rasa cemas. Dengan

ragu, ia memutar gagang pintu

dan mendapati pintu itu tidak

terkunci. Saat membuka pintu,

ia melihat Kinan sedang

terbaring lemah di atas tempat

tidur, wajahnya pucat. Kinan

memegangi perutnya sambil

meringis kesakitan.

Kinan! Kamu kenapa?

tanya Mbok Sumi panik,

berjalan cepat mendekati gadis

itu.

Kinan, dengan suara lirih

dan tbuh gemetar, hanya

mampu berkata, Mbok…

tolong.. perutku sakit…

Melihat keadaan Kinan

yang tampak pucat dan

kesakitan, Mbok Sumi segera

mengambil ponsel untuk

menghubungi Joni, yang

menunggu di luar. Joni, cepat

ke sini! Non Kinan kesakitan,

tolong bantu bawa ke rumah

sakit! katanya dengan nada

cemas.

Joni segera masuk ke rumah

yang sunyi. Semua penghuni

sudah masuk ke kamar

masing-masing, dan para

pekerja rumah tangga telah

istirahat. Ia langsung menuju

kamar Aryo, menemukan Kinan

yang sudah semakin lemah di

atas ranjang. Tanpa banyak

bicara, ia segera menggendong

tubuh Kinan. Mbok Sumi yang

tampak sangat panik terus

mengikuti Joni sambil berkata,

Tenang ya, Nduk. Sebentar lagi

kita sanmpai rumah sakit.

Sepanjang perjalanan,

Mbok Sumi mulai menyadari

bahwa ada bercak merah di

pakaian Kinan. Matanya

melebar. Sepertinya ini

pendarahan, gumamnya

dengan suara gemetar.

…

Akhirnya, mereka tiba di

rumah sakit. Joni dengan sigap

menggendong Kinan masuk ke

ruang IGD, di mana para

perawat langsung bergerak

cepat membantu. Dokter juga

segera datang untuk memeriksa

kondisi Kinan. Mbok Sumi

hanya bisa berdiri di depan

ruangan dengan wajah penuh

kekhawatiran..

Mbok, apa yang

sebenarnya terjadi pada Nona

Kinan? tanya Joni dengan nada

serius.

Mbok Sumi menggeleng

lemah. Aku juga tidak tahu,

Joni. Tapi sepertinya dia

mengalami pendarahan.

Kalau begitu, kita harus

segera menghubungi Tuan Aryo

, kata Joni. Ia mencoba

menelepon Aryo beberapa kali,

namun tidak ada jawaban.

Joni mendekati Mbok Sumi,

wajahnya tampak penuh beban.

Tuan Aryo tidak mengangkat

teleponnya. Saya khawatir

beliau juga sedang dalam

masalah. Tadi beliau sempat

menghubungi saya, mengatakan

ada yang mencoba

menjebaknya, dan meminta

anak buah saya untuk

menjemputnya.

Mendengar itu, tubuh Mbok

Sumi terasa lemnas. Ia duduk di

kursi di depan ruang IGD,

memegangi dadanya yang

berdegup keras. Astagfirullah…

Apa yang sebenarnya terjadi

pada mereka? Baru beberapa

hari tinggal disana, kenapa jadi

begini?

Joni mengangguk pelan.

Sepertinya ada seseorang yang

berniat mencelakakan Tuan

Aryo dan Nona Kinan. Kita

harus tetap waspada, ujarnya

dengan nada tegas.

Sementara itu, di balik

pintu ruang IGD, dokter dan

perawat tengah berusaha keras

menstabilkan kondisi Kinan.

Ketegangan semnakin terasa, dan

rasa cemas yang menyelimuti

Mbok Sumi serta Joni terus

memuncak.

Di tempat lain, Siska mulai

panik setelah menyadari Aryo

menghilang dari tempat

duduknya. Awalnya, ia hanya

berniat menyapa sebentar bos

besar yang dikenalkan oleh Fira.

Namun, obrolan pekerjaan yang

panjang dan intens

membuatnya terjebak, hingga

melupakan tujuannya semula-

menghilang dari tempat

duduknya. Awalnya, ia hanya

berniat menyapa sebentar bos

besar yang dikenalkan oleh Fira.

Namun, obrolan pekerjaan yang

panjang dan intens

membuatnya terjebak, hingga

melupakan tujuannya semula-

mengawasi Aryo. Setelah cukup

lama berbicara, Siska akhirnya

berpamitan dan kembali ke meja

tempat Aryo tadi duduk, namun

ia tidak menemukan keberadaan

suaminya.

…

Dengan jantung berdegup

kencang, Siska mencoba

mencari Aryo di seluruh

ruangan. Namun, hasilnya nihil.

Ke mana Mas Aryo?

gumamnya sambil berjalan

cepat ke beberapa sudut

ruangan. Pikiran buruk mulai

menghantuinya. Kalau dia

sampai pingsan di sembarang

tempat dan ditemukan orang

jahat, bisa berbahaya. Kalau

terjadi apa-apa, aku juga yang

rugi!

Siska akhirnya

memutuskan untuk meminta

bantuan pegawai hotel. Ia

menghampiri salah satu staf

yang tengah berjaga dan

memohon agar mereka

membantunya mencari Aryo.

Siska juga meminta akses ke

ruang CCTV untuk melihat

rekaman di sekitar ruangan

acara. Pegawai itu mengangguk

dan mengajak Siska menuju

ruang kontrol.

Setelah beberapa saat

memutar rekaman CCTV, Siska

melihat Aryo yang terlihat

berjalan sempoyongan keluar

dari ruangan. la tampak lemah,

seperti kehilangan

keseimbangan. Di lorong,

rekaman menunjukkan

seseorang dengan seragam

pelayan menghampiri Aryo dan

membantunya menuju pintu

keluar samping.

Siapa perempuan itu?

tanya Siska tajam kepada

pegawai hotel yang berdiri di

sebelahnya.

Pegawai itu tampak ragu

sejenak sebelum menjawab,

Maaf, Nyonya. Saya juga tidak

mengenalnya. Hari ini, ada

beberapa pelayan baru yang

disewa untuk membantu

kelangsungan acara. Mereka

adalah pegawai panggilan.

Siska mengepalkan tangan,

rasa frustrasi semakin

memuncak. Kalau begitu, cari

tahu segera siapa dia! Saya ingin

data wanita tersebut, dan

pastikan saya mendapatkan

informasi yang akurat

secepatnya!

Pegawai itu segera

mengangguk dan pergi

meninggalkan Siska untuk

mencari informasi lebih lanjut.

Namun, rasa kesal Siska tak

kunjung reda. Sialan, ke mana

perginya Aryo? gumamnya

dengan nada kesal bercampur

cemas.

…

Tanpa pikir panjang, ia

mengambil ponselnya dan

menghubungi seseorang yang ia

percayai untuk membantu.

Setelah panggilan tersambung,

ia berbicara dengan suara tegas,

Cari tahu keberadaan Aryo

sekarangjuga. Aku Akan

mengirim lokasi terakhir dia

berada. Aku tak peduli

bagaimana caranya, tapi aku

harus tahu di mana dia berada

sekarang. Segera kabari aku

kalau sudah ada informasi.

Siska menutup telepon,

matanya menatap kosong layar

CCTV yang masih menampilkan

rekaman, Aku tidak bisa

kehilangan kontrol seperti ini.

Mas Aryo harus ditemukan

secepatnya. Pikirannya terus

dipenuhi berbagai

kemungkinan buruk yang

mungkin terjadi.

NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: JANGAN OM (PART48)
Next Post: JANGAN OM (PART46)

Related Posts

Hati yang Berdegup Ketika Badai Melanda! Kisah Menarik
JANGAN OM (PART2) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART03) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART8) Kisah Menarik
Nostalgia di Kamar Mandi: Petualangan Cinta yang Tak Kisah Menarik
JANGAN OM (PART57) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme