Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

BALADA BESAN DAN MENANTU (PART37)

Posted on June 4, 2025 By admin

BALADA BESAN DAN MENANTU (PART37)

Isi Postingan:

BALADA BESAN DAN MENANTU PART37

…CERITADEWASA..

.

.

Pak Amat berjalan pulang dari sawah dengan

langkah yang berat. Pikirannya masih

dipenuhi oleh perasaan kecewa dan jijik atas

apa yang baru saja ia temukan. Namun, ketika

ia mendekati jalan menuju rumah, ia melihat

sosok yang tak disangka-Umi Latifah.

Wanita berbusana muslimah rapi itu tampak

berjalan mendekatinya dengan senyum yang

lebih lebar daripada biasanya. Ada sesuatu

yang berbeda dari penampilannya. Wajahnya

tampak lebih cerah, dan sikapnya, entah

bagaimana, terlihat lebih genit daripada kesan

biasanya yang begitu anggun dan berwibawa.

.

.

Assalamualaikum, Pak Amat, sapa Umi

Latifah dengan suara lembut, namun dengan

nada yang terdengar sedikit lebih manja.

Pak Amat menjawab salamnya dengan datar,

canggung dan sedikit curiga.

Waalaikumussalam, Bu Umi.

.

.

.

Umi Latifah tersenyum tipis sebelum berkata,

Saya mau minta maaf, Pak Amat, soal waktu

itu, ketika saya datang ke rumah Bapak untuk

menanyakan perihal sawah yang ingin dijual.

Mungkin saya terlihat terlalu ingin tahu. Saya

harap Bapak tidak salah paham.

Pak Amat tertegun sesaat. Permintaan maaf

yang tiba-tiba ini terdengar tidak wajar

baginya, terutama setelah apa yang ia ketahui

tentang wanita ini. Ia tahu ada sesuatu yang

tersembunyi di balik sikap ramah dan lembut

Umi Latifah. Bayangan kejadian di rumah Pak

Wira kembali melintas di pikirannya-

hubungan terlarang yang ia saksikan

membuatnya merasa bahwa

bahwa wanita ini

bukanlah sosok yang dia bayangkan selama

ini.

Pak Amat mencoba mengendalikan dirinya,

meskipun perasaan heran dan muak

berkecamuk di dalam hati. Bagaimana

mungkin seorang wanita yang selama ini

dikenal sebagai teladan dalam agama, seorang

istri dari Ustad Bidin, bisa menyimpan

kemunafikan yang begitu dalam?

Ah, tidak apa-apa, Umi. Urusan sawah sudah

selesai kok, jawab Pak Amat singkat, dengan

nada dingin yang sulit ia sembunyikan.

Pak Amat, dari mana? Kok, kaya dari sawah?

tanyanya dengan senyum lebar yang sedikit

dipaksakan. Katanya kan, sawahnya udah

dijual?

.

.

.

Pak Amat, yang masih berusaha menenangkan

pikirannya, menjawab dengan tenang namun

tidak bisa menyembunyikan rasa tidak

enaknya. Iya, Umi. Sawahnya memang udah

dijual sama Pak Wira. Saya tadi cuma

memeriksa aja, untuk memastikan nggak ada

barang-barang saya yang tertinggal di saung

reyot itu. Maklum, sudah lama nggak ke sana.

Umi Latifah mendengarkan dengan saksama,

tapi ada kesan licik di balik senyumnya. Dia

kemudian menyela dengan tawa kecil, sambil

bercanda sedikit, Terus, ada yang ketinggalan,

Pak?

Pak Amat sejenak terdiam, menatap Umi

Latifah. Ada perasaan yang tiba-tiba

menggelegak dalam dadanya-perasaan ingin

menyindir sekaligus menguji wanita di

hadapannya ini. Entah kenapa, tanpa berpikir

panjang, Pak Amat pun menjawab dengan

nada yang datar namun penuh makna.

Ada, katanya perlahan. Tapi yang

ketinggalan… kndom.

Mendengar kata kndom, wajah Umi Latifah

langsung berubah drastis. Senyumnya yang

tadi lebar mendadak menghilang, digantikan

dengan keterkejutan yang jelas terlihat.

Wajahnya memerah, bukan karena malu, tapi

karena syok. Pak Amat bisa melihat perubahan

itu dengan sangat jelas. Wanita yang tadi

begitu percaya diri kini tampak goyah, seolah

-olah tersengat oleh kata-kata Pak Amat.

Umi

Latifah

mencoba

menutupi

napas

ia tidak

bisa

keterkejutannya dengan menarik

panjang,

namun

menyembunyikan rasa canggung yang tiba-

tiba melanda. Suaranya bergetar sedikit saat ia

menjawab, A-apakah maksud Pak Amat…?

Pak Amat tak perlu berkata lebih lanjut.

Tatapan matanya yang tajam sudah cukup

menjelaskan bahwa dia tahu lebih banyak

daripada yang terlihat. Pandangan mata

mereka bertemu, dan Umi Latifah tampak

gelisah. Dalam sekejap, wajahnya yang tadi

cerah penuh percaya diri berubah menjadi

tegang.

Tanpa menunggu jawaban lebih lanjut, Pak

Amat hanya mengangguk pelan. Ya, kondom.

Saya rasa Umi lebih tahu siapa yang biasa ke

saung reyot itu.

Wajah Umi Latifah semakin memerah, seperti

seseorang yang tertangkap basah. Ia tidak bisa

berkata apa-apa lagi. Pak Amat tahu bahwa

wanita di hadapannya ini menyimpan rahasia

besar, dan sekarang, setelah pertemuan ini,

rahasia itu mulai retak.

Sudah ya, Umi. Saya harus lanjut pulang.

Pak Amat melangkah pergi dengan hati yang

penuh kebimbangan, meninggalkan Umi


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: BALADA BESAN DAN MENANTU (PART38)
Next Post: BALADA BESAN DAN MENANTU (PART36)

Related Posts

JANGAN OM (PART30) Kisah Menarik
***ENNY ARROW *** Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART70) Kisah Menarik
Tetangga idaman (PART34) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART11) Kisah Menarik
TERDIAM DALAM TAKDIR (PART33) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme