BALADA BESAN DAN MENANTU (PART36)
Isi Postingan:
BALADA BESAN DAN MENANTU PART36
…Ceritadewasa..
.
.
.
Pak Amat tersenyum samar dan mengangguk.
Iya, Mil. Tadi ada keperluan dulu ke bank
sebentar. Sekarang mau lihat sawah lama itu.
Gak lama kok Cuma sebentar, jawabnya
dengan nada pelan, lalu berpamitan dengan
perasaan berat.
Iya, hati-hati, Pak, sambung Milah.
Langkah kaki Pak Amat terasa lambat saat ia
berjalan menuju sawahnya, yang sudah sekian
puluh tahun menjadi hartanya, meskipun
beberapa tahun belakangan tidak lagi digarap.
Sawah itu menyimpan banyak kenangan bagi
dirinya dan keluarga. Kini, setelah sawah itu
terjual, Pak Amat ingin mengucapkan salam
perpisahan sebelum benar-benar melepasnya.
Sesampainya di sana, sawah itu terlihat sunyi.
Ilalang tumbuh tinggi di mana-mana,
menutupi hampir seluruh permukaan tanah.
Gubug reyot yang dulu digunakan untuk
berteduh di tengah sawah masih berdiri
meski sudah miring dan tak layak pakai. Pak
Amat melangkah mendekat ke gubug itu,
berniat untuk duduk sejenak dan mengenang
masa-masa ketika sawah itu masih subur dan
dipenuhi tanaman padi.
.
.
.
Namun begitu masuk ke dalam gubug,
matanya tiba-tiba menangkap sesuatu yang
tidak biasa. Di lantai yang penuh dengan debu
dan dedaunan kering, tergeletak sebuah benda
kecil yang tak asing lagi baginya-kndom
bekas pakai.
Pak Amat membungkuk untuk melihat lebih
jelas, hatinya langsung tersentak. Pikiran
pertama yang muncul di benaknya adalah
kejadian yang
yang dia saksikan semalam-
hubungan terlarang antara Pak Wira dan Umi
Latifah. Meskipun dia tahu dengan pasti
bahwa tadi malam Pak Wira tidak memakai
kondom saat bercinta dengan Umi Latifah,
bayangan kelakuan keduanya tetap
membuatnya berpikir buruk.
Apakah mereka sering ke sini? Berarti
hubungan mereka sudah lama terjalin, pikir
Pak Amat, seraya memandangi kndom itu
dengan rasa muak.
Pak Amat berdiri dengan cepat, merasa
dadanya semakin sesak. Perasaan yang sejak
tadi dia coba kendalikan kini membuncah-rasa
jijik, marah, sekaligus kecewa.
.
.
.
Apa yang dia
lihat di rumah Pak Wira tadi malam sudah
cukup untuk mengguncang imannya, tetapi
penemuan kondom di gubug sawahnya
sendiri semakin menambah rasa jijiknya.
Ia melangkah keluar dari gubug dengan
perasaan tak karuan. Sawah yang dulu
menjadi sumber kebanggaan dan kebahagiaan
kini seolah menjadi tempat yang tercemar oleh
dosa. Pak Amat memandangi sawahnya yang
penuh ilalang itu dengan tatapan kosong,
perpisahan yang semula ia bayangkan akan
penuh kenangan indah kini berubah menjadi
kenangan pahit yang sulit dihapus.
Sambil menatap langit yang mulai cerah, Pak
Amat merenung.
Apakah ini pertanda bahwa sudah waktunya
aku meninggalkan semua ini? Sawah,
kehidupan lama, dan rahasia yang kulihat?
.
.
.
NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin
Related: Explore more posts