Skip to content
LahanBasah

LahanBasah

JANGAN OM (PART27)

Posted on June 4, 2025 By admin

JANGAN OM (PART27)

Isi Postingan:

JANGAN OM PART27

.

.

.

Merasa rindu dengan nasi

uduk buatan ibunya, Kinan

segera mengambil ponsel dan

menghubungi Bu Yati, ibunya.

Tak butuh waktu lama,

panggilannya diangkat.

Halo, Kinan. Ada apa, Nak

? suara lembut Bu Yati

terdengar di seberang.

Ibu jualan hari ini, kan?

tanya Kinan pelan, suaranya

terdengar sedikit lemah.

Iya, Nak. Ibu jualan hari

ini, tapi jualannya sudah tinggal

sedikit. Memangnya kenapa?

jawab Bu Yati.,

Kinan tersenyum kecil.

Nasi uduknya masih ada, Bu?

Kinan lagi pengen banget makan

nasi uduk buatan Ibu.

Oh, masih ada kok, tinggal

tiga porsi. Kalau kamu mau, Ibu

bungkusin aja, ya!!.

Kinan merasa lega

mendengar itu. Iya, Bu. Kinan

mau. Nanti Kinan minta Pak

Danang buat ambil ke sana, ya.

Sama gorengannya juga, Bu.

Iya, Nak. Ibu siapin

sekalian gorengannya, ucap Bu

Yati lembut.

Terima kasih, Bu, kata

Kinan sebelum menutup

panggilan. Meski tubuhnya

lemas, ia merasa sedikit lebih

baik karena tahu akan segera

makan makanan favoritnya.

…

Setelah itu, Kinan segera

menghubungi Pak Danang,

sopir pribadi di Villa. Pak

Danang, tolong ambil nasi uduk

di tempat Ibu saya, ya., ucap

Kinan pelan.

Baik, Mbak Kinan. Saya

langsung berangkat sekarang,

jawab Pak Danang.

Terima kasih ya, Pak!!

Kinan pun tersenyum tipis. Ia

kembali memejamkan matanya

sembari menungggu nasi

uduknya datang. Kinan

berharap nasi uduk buatan

ibunya, dapat membangkitkan

selera makannya dan membantu

tbuhnya cepat pulih.

Setelah menikmati nasi

uduk buatan ibunya, Kinan

merasa sedikit lebih baik. Ia

segera mengambil obat yang

sudah disiapkan oleh Mbok

Sumi di meja samping tempat

tidurnya, lalu meminumnya

dengan segelas air.

Sudah, Nduk, makan dan

minum obatnya? tanya Mbok

Sumi sambil menghampiri

Kinan dan melihat piring bekas

makan di atas meja.

Sudah, Mbok, jawab

Kinan sambil tersenyum lembut.

Ia merasa sangat bersyukur ada

Mbok Sumi yang dengan penuh

perhatian merawatnya saat

sakit. Dalam hati, Kinan sudah

menganggap Mbok Sumi seperti

ibunya sendiri, makanya ia

meminta untuk dipanggil

Nduk saja, bukan Non.

Kalau begitu, Mbok

beresin ya piringnya, kata

Mbok Sumi sambil mengambil

piring dari meja.

…

Iya, Mbok. Makasih, ya,

ucap Kinan lagi, senyumnya tak

lepas dari wajah.

Sudah istirahat yang

banyak, ya, Nduk, biar cepat

sembuh. Kalau butuh apa-apa,

panggil Mbok aja, pesan Mbok

Sumi sebelum keluar dari

kamar.

Iya, Mbok, jawab Kinan,

kemudian merebahkan

tubuhnya di kasur, mencoba

memejamkan mata. Namun, tak

lama setelah itu, ponselnya

berbunyi, menandakan ada

panggilan masuk.

Kinan mengambil

ponselnya dari meja dan melihat

nama Aryo tertera di layar. Ia

tersenyum tipis sebelum

menggeser layar untuk

menerima panggilan.

Halo, Mas, ucapnya

dengan suara lembut, meski

masih terdengar lemah.

Halo, Kinan. Gimana

kabarnya? Udah makan dan

minum obat? tanya Aryo dari

seberang, nada suaranya

terdengar hangat dan penuh

perhatian.

Kinan tersenyum kecil

mendengar nada itu. Udah,

Mas. Tadi Mbok Sumi yang

siapin. Aku baru makan nasi

uduk buatan Ibu.

Bagus kalau begitu. Kamu

istirahat yang cukup, ya. Kalau

nanti masih belum enakan,

hubungi aku. Kita langsung ke

Dokter kata Aryo dengan nada

tegas tapi lembut.

Iya, Mas. Makasih, ya,

udah perhatian banget sama

aku, jawab Kinan, hatinya

terasa hangat meski badannya

masih lemaslemas.

Hemmmm, kalau gitu, aku

lanjut kerja dulu, ya. Tidurlah

lagi, ucap Aryo sebelum

menutup telepon.

…

Kinan menatap layar

ponselnya yang kembali gelap.

Meski tubuhnya masih lemah,

perhatian Aryo membuat

hatinya sedikit lebih kuat. Ia

pun memejamkan mata,

mencoba beristirahat lebih lama

agar cepat pulih.

Sore itu, Kinan terbangun

dari tidurnya dengan perasaan

yang jauh lebih baik. Ia

memegang dahinya,

memastikan bahwa demamnya

sudah turun. Badannya

memang masih sedikit lemas,

tapi tidak lagi terasa panas

seperti tadi pagi. Setelah

melihat jam yang menunjukkan

pukul tiga sore, ia memutuskan

untuk mandi agar merasa lebih

segar.

Setelah mandi, Kinan

mengenakan pakaian santai lalu

turun ke lantai bawah. Perutnya

mulai lapar, mengingat terakhir

kali ia makan adalah nasi uduk

pagi tadi. Saat berada di ruang

tengah, ia bertemu dengan Sari,

salah satu pembantu yang

bertugas membersihkan villa.

Mbak Sari, Mbok Sumi di

mana? tanya kinan sambil

tersenyum kecil.

Oh, Mbak Kinan. Mbok

Sumi lagi ada di dapur, Mbak,

Kayaknya lagi masak buat

Bab

makan malam, jawab Sari

ramah.

Terima kasih, ya, mbak

Sari, ujar Kinan sebelum

berjalan menuju dapur.

Di dapur, Kinan melihat

Mbok Sumi sibuk mengaduk

sesuatu di atas kompor. Aroma

harum masakan menguar di

udara, membuat perut Kinan

semakin keroncongan.

Masak apa Mbok?

Wanginya bikin aku tambah

lapar, ujar Kinan sambil

tersenyum, suaranya lebih ceria

dari sebelumnya.

Mbok Sumi menoleh

dengan wajah lega. Nduk,

kamu sudah bangun?

Alhamdulillah badanmu sudah

enakan, ya? Duduk dulu, Mbok

siapin makanan buat kamu.

Kinan menuruti

permintaan Mbok Sumi dan

duduk di meja makan. Tak lama,

Mbok Sumi menghidangkan

sepiring nasi putih hangat,

sayur sop, dan beberapa lauk

sederhana. Ini, Nduk. Makan

yang banyak, biar energimu

balik lagi, ucap Mbok Sumi

sambil meletakkan segelas teh

manis hangat di samping

piringnya.

Terima kasih, Mbok.

Sudah mau merawatku saat

sakit, ucap Kinan sambil

tersenyum.

Kamu itu sudah seperti

anak Mbok sendiri, Nduk. Yang

penting sekarang kamu sehat,

balas Mbok Sumi sambil

tersenyum hangat.

Kinan mulai makan

perlahan, menikmati setiap

suap makanan. Rasa nyaman

dan perhatian dari Mbok Sumi

membuatnya merasa seperti di

rumah sendiri.

….

Malam itu, Aryo tiba di villa

setelah menyelesaikan

pekerjaan di kantor. Saat masuk

ke ruang tengah, ia melihat

Kinan duduk di sofa sambil

menonton televisi dan

meminum teh hangat. Senyum

kecil muncul di wajah Aryo. Ia

mendekat, lalu menunduk dan

mencium lembut kening Kinan

sebelum duduk di sebelahnya.

Kok Mas Aryo malam

banget datangnya? tanya

Kinan sambil menoleh ke arah

Aryo.

Iya, tadi ada rapat dulu di

kantor, terus habis itu lembur.

Banyak banget pekerjaan yang

harus diselesaikan, jawab Aryo

sambil menghela napas.

Kinan hanya mengangguk

kecil, memahami kesibukan

Aryo. Gimana kondisi kamu?

Udah enakan? tanya Aryo lagi,

kali ini menatap Kinan dengan

penuh perhatian.

Iya, Mas. Udah enakan kok.

Cuma masih sedikit pusing aja,

jawab Kinan sambil tersenyum

tipis.

Ya sudah, kamu banyak

istirahat aja, ya. Jangan sampai

kecapekan, balas Aryo dengan

nada lembut. Ia kemudian

menggenggam tangan Kinan

sejenak, memastikan bahwa

gadis itu benar-benar membaik.

Oh iya, Aryo melanjutkan,

nadanya berubah lebih serius.

Aku mau ngomong sesuatu sama

kamu.

Kinan mengalihkan

pandangannya dari televisi ke

Aryo, merasa penasaran.

Ngomong apa, Mas? tanyanya.

Besok pagi, Mas harus

perjalanan dinas ke luar negeri.

Mungkin Mas di sana sekitar

seminggu, ucap Aryo dengan

nada hati-hati.

..

Kinan merasa hatinya sedih,

kala harus terpisah lagi dari

Aryo. Namun dia juga tidak

berhak melarangnya. Iya, Mas

jawab Kinan pelan mencoba

menyembunyikan

kesedihannya.

Mas akan secepatnya

pulang kok, kalau urusannya

sudah selesai. Mas harap kamu

jaga diri baik-baik selama Mas

pergi. Jangan pergi ke

mana-mana kalau nggak

penting. Kalau selesai dari

kampus, langsung pulang ke

villa. Jangan mampir ke tempat

lain. Perintah Aryo.

Kinan mengernyit, sedikit

bingung. Memang kenapa,

Mas? Paling aku kalau pulang

kampus cuma mampir ke rumah

Ibu. Setelah itu, ya, pulang ke

villa. Aku nggak pernah

jalan-jalan atau pergi ke tempat

lain kok, jawab Kinan dengan

nada menenangkan.

Aryo menghela napas

panjang. Ya, nggak ada apa-apa

sih. Mas cuma khawatir aja.

Jadi, Mas minta, selama Mas

nggak ada di sini, jangan pergi

sendirian ke mana-mana. Kalau

kamu mau jalan-jalan, ke mal,

atau kemana pun, selalu ajak

bodyguard, oke? ucap Aryo

tegas.

Kinan menatap Aryo

sejenak, lalu mengangguk pelan.

Iya, Mas. Aku ngerti. Aku bakal

hati-hati, jawabnya.

Bagus, kata Aryo sambil

tersenyum kecil. Ia mengusap

punggung Kinan dengan lembut,

mencoba menenangkan dirinya

juga. Mas cuma nggak mau

sesuatu yang buruk terjadi sama

kamu.

Kinan tersenyum, meski

dalam hati masih

bertanya-tanya apa yang

membuat Aryo begitu khawatir.

Namun, ia memilih untuk tidak

memperpanjang pembicaraan

dan menuruti permintaan Aryo.

…

Keesokan paginya, Kinan

bangun lebih awal dari biasanya.

Ia merasa sedikit lebih segar

meskipun masih ada rasa lemas

yang tertinggal. Aryo sudah

bersiap dengan koper di dekat

pintu. Dia mengenakan setelan

kasual namun tetap rapi, seperti

biasa.

Kamu kok udah bangun,

tanya Aryo sambil memastikan

barang-barangnya lengkap.

He,e… Mas Aryo sudah

mau berangkat sekarang?

Tanya Kinan sambil duduk di

sofa kamarnya, sambil memeluk

lututnya.

Aryo berjalan mendekat,

duduk di hadapannya, dan

menggenggam kedua tangan

Kinan. Mas pergi dulu, ya.

Ingat pesanku. Jangan pergi ke

mana-mana sendirian. Kalau

ada apa-apa, langsung hubungi

Mas atau bilang ke Mbok Sumi.

Jangan ragu, ya.

Kinan mengangguk. Iya,

Mas. Aku janji bakal hati-hati.

Aryo tersenyum, lalu

mencium kening Kinan lembut.

Mas pulang secepatnya. Kamu

jaga diri baik-baik, ucapnya

sebelum bangkit dan membawa

kopernya keluar.

Kinan ikut mengantarkan

sampai bawah. Ia melambaikan

tangan dari pintu, melihat

mobil Aryo menjauh dari villa.

Perasaan sepi mulai merayap

begitu mobil itu benar-benar

menghilang dari pandangan.

Dirumahnya, Siska duduk

di ruang tamu rumahnya,

membaca laporan dari detektif

swasta yang ia sewa. Tangannya

gemetar saat membalik halaman

demi halaman laporan itu.

Fakta-fakta yang tertulis di sana

membuat darahnya mendidih.

Kinan adalah istri muda

Aryo, gumamnya lirih,

menatap kalimat itu dengan

mata penuh amarah.

Ia tidak percaya Aryo

sampai sejauh inimembeli

perempuan dari tempat lelang

hanya demi menjadikannya istri

muda, dan alasannya? Karena

Aryo ingin memiliki anak.

Anak, bisik Siska dengan

getir. Ia merasa hatinya remuk.

Selama bertahun-tahun, ia tahu

Aryo kecewa karena mereka

belum memiliki anak. Namun,

ia tidak pernah menyangka Aryo

akan mencari pengganti dirinya.

Teleponnya berdering,

memutus lamunannya. Itu dari

detektif swasta yang ia sewa.

Halo, Pak, jawab Siska

dengan suara dingin.

Halo, Bu Siska. Saya hanya

ingin mengkonfirmasi, apakah

laporan yang saya kirimkan

sudah diterima?

Sudah. Dan saya ingin

bertanya… apakah ini benar?

Aryo membeli perempuan itu

dari tempat lelang? tanya Siska,

mencoba menahan emosinya.

Benar, Bu. Kami

menemukan bukti bahwa Nona

Kinan dijual melalui acara

tertutup yang hanya dihadiri

oleh kalangan elit. Pak Aryo

memenangkan lelang tersebut

dan membawa Kinan keluar dari

tempat itu. Berdasarkan

pengamatan kami, Pak Aryo

membeli sebuah villa khusus

untuk Nona Kinan, dan mereka

juga sudah menikah siri. Dan

juga, nona Kinan sekarang

kuliah di kampus milik suami

Anda. jawab detektif itu.

Siska terdiam, memproses

informasi itu. Ia merasa marah,

kecewa, dan terhina.

Baik. Terima kasih atas

informasi Anda. Saya akan

mentransfer sisa pembayaran

sekarang, ucap Siska sebelum

menutup telepon.

Kurang ajar, aku tidak akan

membiarkan perempuan itu

merebut Aryo dariku. Siska

kemudian merencanakan

sesuatu untuk membuat Kinan

pergi dari hidup Aryo.

….

Setelah kepergian Aryo,

Kinan menjalani harinya seperti

biasa. Namun, rasa kesepian

mulai terasa lebih berat ketika

malam tiba. Setelah selesai

makan malam, ia memilih

duduk di teras sambil

memainkan ponselnya.

Tiba-tiba, telepon dari

nomor tak dikenal masuk.

Kinan ragu sejenak sebelum

mengangkatnya.

Halo?

Ini Kinan, kan? suara

wanita di seberang terdengar

dingin namun tegas.

Iya, ini siapa ya? tanya

Kinan, merasa bingung.

Aku Siska, istri Aryo,

jawab suara itu dengan nada

penuh tekanan.

Kinan terdiam, rasa dingin

menjalari tubuhnya. Ia tak

menyangka akan mendapatkan

telepon seperti ini.

Kita perlu bicara, lanjut

Siska. Aku tahu semua tentang

kamu dan Aryo. Kalau kamu

punya waktu, temui aku besok

di kafe Lentera dekat taman

kota. Jangan coba-coba

memberitahu Aryo.

Kinan menutup telepon

dengan tangan gemetar.

Jantungnya berdetak kencang,

pikirannya kalut. Apa yang

sebenarnya Siska tahu? Dan apa

yang akan terjadi selanjutnya?

NoteL..i..k..e..mu penyemangat Mimin

ceritadewasa

ceritanovel

mertuamenantu

menantuidaman

selingkuh

foto

fotoai

text

foryou


Related: Explore more posts

Kisah Menarik Tags:Cerita Basah, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seru, Kisah Basah, Kisah Seru

Post navigation

Previous Post: JANGAN OM (PART28)
Next Post: ADIK IPAR PELIPUR LARA (PART9)

Related Posts

*** FREDDY S. *** WOW……… Kisah Menarik
JANGAN OM (PART49) Kisah Menarik
JANGAN OM (PART13) Kisah Menarik
ADIK IPAR PELIPUR LARA (PART2) Kisah Menarik
BALADA BESAN DAN MENANTU (PART39) Kisah Menarik
ADIK IPAR PELIPUR LARA(PART26) Kisah Menarik

Recent Posts

  • Judul : Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Malam Pertama di Kos-Kosan
  • Judul: Rahasia di Balik Ruang Meeting
  • Judul: “Rahasia di Balik Ruang Meeting”
  • ***ENNY ARROW ***

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025

Categories

  • Kisah Menarik

Copyright © 2025 LahanBasah.

Powered by PressBook Grid Dark theme